Liputan6.com, Manila - Presiden Rodrigo Duterte mengizinkan kepolisian Filipina untuk membuhuh orang-orang 'idiot'. Sebutan idiot yang dilontarkan Duterte berlaku bagi pelaku kejahatan yang menolak ditangkap dan melawan dengan tindak kekerasan.
Perintah ini diinstruksikan Duterte dua hari usai ribuan orang menghadiri pemakaman, Kiyan Loyd Delos Santos. Pemuda tersebut tewas dalam unjuk rasa menentang kebijakan perang berdarah melawan pelaku tindak kejahatan narkotika.
"Tugas kalian menuntut kalian untuk meredam pemberontakan dari orang yang kalian tangkap," ucap Duterte, seperti dikutip dari The Guardian, Senin (28/8/2017).
Advertisement
"Jika mereka menolak dan mencederai ini, kalian bebas membunuh idiot tersebut, ini perintah saya kepada kalian," sebutnya.
Baca Juga
Dia menambahkan, jika pelaku kejahatan tidak melawan saat ditangkap, maka aparat keamanan tak diizinkan untuk membunuh. Perintah tersebut pun harus ditaati.
Semenjak memerintah, Duterte menginstruksikan perang terhadap narkotika dan kriminal. Dia menegaskan, perintah ini dilakukan demi menghapus total kejahatan tersebut.
Akibatnya, ribuan orang dinyatakan tewas. Kebijakan Duterte tersebut mendapatkan kritik tajam komunitas internasional.
Kritikan semakin deras mengalir usai Santos terbunuh 16 Agustus 2017 lalu. Kejadian itu, memicu kemarahan publik besar.
Ribuan orang yang ikut dalam upacara pemakaman Santos berasal dari kalangan berbeda. Termasuk, suster, pastur dan anak-anak.
Unjuk rasa tersebut bahkan disebut-sebut sebagai yang terbesar semenjak Duterte memerintah.
Menurut saksi mata, Santos sebelum dibunuh dibawa oleh polisi ke sebuah gubuk gelap penuh sampah.
Di tempat itu, nyawa Santos dihabisi. Kepalanya ditembak, jasadnya pun ditinggalkan di sebelah kandang babi.
Mendapat kritikan atas pembunuhan tersebut, Kepolisian Filipina membela diri. Mereka menyebut, aksi pembunuhan adalah respons karena Santos terlebih dulu menembaki polisi.
Pembunuhan Santos
Kasus yang menimpa Santos merupakan satu dari banyak sekali kasus yang terkait perang berdarah Duterte membasmi narkotika.
Meski demikian, insiden tersebut mengundang perhatian besar dari publik seantero Filipina.
Menurut beberapa aktivis pro-HAM Filipina, pembunuhan Santor merupakan aksi sistematis untuk membunuh para pengguna atau pengedar narkotika.
Pembunuhan terhadap Santos yang terjadi pada pertengahan Agustus lalu dilakukan oleh tiga orang polisi.
Seorang saksi mata yang tak mau identitasnya diungkap menyebut ia melihat polisi-polisi tersebut menangkap Santos di depan sebuah toko depan rumahnya.
Mereka menampar dan memukul pemuda itu. Aksi tersebut dilakukan sampai Santos menangis.
Setelah itu, Santos dibekap lalu diseret. Dari rekaman CCTV sebelum sampai di tempat eksekusi, polisi sempat melewati lapangan basket.
Santos pun dibunuh di gang gelap yang dipenuhi sampah dan terletak di dekat sungai. Jasadnya ditemukan keesekoan hari di dekat kandang babi.
Advertisement