Liputan6.com, Canberra - Australia menyatakan siap mendukung Jepang "setiap saat". Pernyataan ini muncul usai Korea Utara meluncurkan rudal yang melintasi wilayah udara Negeri Matahari Terbit.Â
Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, mengatakan, Australia fokus dengan ketegangan yang meningkat pasca-suksesi Kim Jong-un sebagai pemimpin Korut. Menurutnya, China memainkan peran penting dalam mendesak Pyongyang untuk menghentikan program senjata nuklirnya dengan cara ikut menjatuhkan sanksi terberat.
China sejauh ini telah menyetujui resolusi DK PBB yang melarang impor batu bara dan makanan laut dari Korut serta menghentikan penerbitan visa kerja bagi warga negara itu. Langkah ini diharapkan dapat menimbulkan konsekuensi ekonomi parah terhadap Pyongyang.
Advertisement
"China memainkan peran dalam menegakkan sanksi terhadap rezim tersebut dan China adalah salah satu tujuan utama pekerja migran Korut," kata Menlu Bishop seperti dikutip dari The Sydney Morning Herald, Selasa (29/8/2017).
"China telah mengonfirmasi bahwa pihaknya tidak akan mengeluarkan visa kerja baru bagi pekerja asal Korut. Ini akan memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Itulah yang ingin kami lakukan; memberi tekanan yang cukup besar pada rezim tersebut sehingga mereka menghitung risiko atas tindakan ilegalnya," imbuhnya.
Menurut Bishop, keputusan Jepang untuk tidak menembak jatuh rudal tersebut merupakan tindakan yang diperhitungkan demi mengumpulkan data intelijen.
Baca Juga
Sementara itu, Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, mendesak China untuk berbuat lebih banyak dalam upaya menekan Korut. "China harus meningkatkan tekanan. China memiliki pengaruh ekonomi terbesar dan mereka memiliki kemampuan untuk menasihati Korut tanpa perlu tindakan militer," ujar PM Turnbull.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan, pemerintahannya akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi warga.
Bukan Kali Pertama
Julie Bishop mengatakan, ini bukan kali pertama dunia menyaksikan tingkah serupa yang dilakukan Korut. "Terakhir kali mereka menembakkan rudal ke wilayah Jepang pada 1998," kata Bishop.
"Seiring berjalannya waktu, kami berhasil bicara dengan Korut untuk patuh. Namun, sementara waktu saja itu berhasil dilakukan melalui resolusi DK PBB. Tentu, skala dan kecepatan uji coba meningkat. Temponya semakin meningkat," ucap Menlu Australia tersebut.
Dilanjutkan Bishop, "Tentu Anda ingat pada 2000, dua tahun setelah mereka uji coba rudal ke arah Jepang, Korsel dan Korut berada dalam satu tim di Olimpiade Sydney. Kami sampai pada titik di mana kami berhasil mengubah perilaku Korut saat itu dan sekarang AS berharap dapat melakukannya lagi."
Pentagon telah mengonfirmasi peluncuran teranyar rudal Korut. Komando Pertahanan Ruang Angkasa Amerika Utara atau NORAD telah memastikan bahwa tembakan peluru kendali Korut tidak menimbulkan ancaman bagi Amerika Utara.
Seperti dilansir The New York Times, sejak Kim Jong-un berkuasa pada akhir 2011, Korut telah melakukan lebih dari 80 kali uji coba rudal. Namun, peluru kendali tidak pernah mengarah ke Jepang.
Advertisement