Sukses

Benarkah Cinta Membuat Manusia Bodoh? Ini Kajian Ilmiahnya

Walaupun cinta melemahkan beberapa kemampuan kognitif, pengalaman bercinta dapat memperbaiki fungsi-fungsi syaraf.

Liputan6.com, Jakarta Penyanyi Bruce Springsteen pernah berujar melalui lagu "Crush on You" dari album The River sebagai berikut, "Otak saya liburkan dulu, berikan ruang lebih luas kepada hati."

Ketika kita dilanda cinta, obsesi tunggal kepada kekasih dapat menekan aspek-aspek lain dalam kehidupan intelektual, misalnya belajar atau bekerja.

Secara khusus, cinta menggebu-gebu dikaitkan dengan menurunnya kendali kognitif. Padahal kendali itu adalah kemampuan kita berfokus pada suatu hal sambil mengabaikan bermacam-macam gangguan.

Lebih jauh lagi, ketika berpikir tentang cinta, kita pun meraih hasil lebih buruk dalam melakukan tugas-tugas pemikiran analitis. Demikianlah yang dikutip dari Pyschology Today pada Selasa (29/8/2017).

Para peneliti menduga bahwa perasaan cinta memberi stimulasi daerah-daerah pada otak yang berkaitan dengan ganjaran dan menurunkan kegiatan daerah otak yang berkaitan dengan fungsi-fungsi kognitif lain.

Walaupun cinta melemahkan beberapa kemampuan kognitif, misalnya ingatan jangka pendek dan atensi, pengalaman cinta dapat memperbaiki fungsi-fungsi syaraf semisal identifikasi keadaan emosional dan pemikiran kreatif.

Perlu dicatat bahwa penelitian melibatkan para mahasiswa S1, sehingga tidak jelas apakah cinta juga membuat bodoh orang-orang yang lebih tua.

2 dari 2 halaman

Seks Membuat Pintar

Walaupun tidak mengherankan bahwa cinta membuat kita bodoh, kita mungkin terkejut bahwa seks malah membuat lebih pintar.

Beberapa bukti menunjukkan bahwa kegiatan seksual berkaitan dengan kemampuan kognitif yang lebih baik pada orang dewasa.

Orang dewasa yang tetap tertarik dan terlibat dengan kegiatan seksual juga mempertahankan kemampuan kognitif yang lebih kuat semisal kemahiran verbal, pengurutan angka, dan hafalan.

Para peneliti menduga bahwa seks meningkatkan sekresi dopamin yang kemudian membantu meningkatkan ingatan jangka pendek dan kemampuan kognitif.

Tapi, penelitian ini melibatkan orang dewasa yang relatif sepuh, yaitu yang berusia di atas 50 tahun.

Dengan demikian, kita tidak dapat menyimpulkan bahwa orang yang berusia di bawah 50 tahun akan mendapatkan manfaat dari peningkatan ketertarikan dan partisipasi dalam seks.

Tapi, ketika para sukarelawan penelitian diminta menambah frekuensi hubungan seksual, mereka malah menunjukkan penurunan tingkat kebahagiaan.

Nah, lebih ingin menjadi pintar atau bahagia?

 

 

Saksikan juga video menarik berikut ini: