Liputan6.com, Tokyo - Tepat pukul 06.02, serentak ponsel di 12 prefektur termasuk di Tokyo dan Hokkaido, Jepang berbunyi. Suara alarm khas yang dikirim pemerintah Matahari Terbit 'J-Alert' terdengar.
Isinya bukan gempa seperti biasa mereka terima, melainkan pemberitahuan misil.
Sebuah misil balitik ditembakkan pada pukul 05.58 waktu Korea Utara pada Selasa 29 Agustus 2017. Rudal itu melintasi langit Jepang dan jatuh di perairan 1.180 km dari timur Tanjung Erimo.
Advertisement
Dalam waktu tiga menit setelah Korut meluncurkan rudal, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe memerintahkah para pejabat untuk berkumpul dan menganalisis informasi lainnya termasuk mengaktifkan alarm waspada.
"Misil diluncurkan. Misil diluncurkan. Sebuah misil ditembak dari Korea Utara. Harap evakuasi ke gedung yang kokoh atau bawah tanah," demikian isi teks itu.
J-Alert itu dikeluarkan di 12 prefektur dan seperti dikutip dari Japan Times pada (30/8/2017), ini adalah penyebaran alarm waspada paling banyak tersebar semenjak sistem itu mulai dioperasikan pada tahun 2007.
Tak hanya di ponsel, televisi dan siaran radio juga diinterupsi dengan peringatan itu. Bahkan di Pulau Hokkaido, kereta cepat harus dihentikan untuk mendengar pengumuman dari pengeras suara.
Membaca pesan yang bukan berupa peringatan gempa membuat sebagian besar warga panik. Meskipun, sebelumnya mereka kerap melakukan latihan evakuasi menghadapi bagaimana bencana nuklir terjadi.
Namun, saat hal terburuk terjadi, realitasnya tetap saja membingungkan sekaligus membuat warga Jepang ketakutan.
Hal ini diungkapkan oleh Ichiro Kondo, seorang nelayan berusia 38 tahun asal kota Erimo di Hokkaido.
"Peringatan itu memintaku untuk evakuasi, tapi aku tidak tahu gedung mana di kota yang tahan dengan serangan misil. Aku tak tahu ke mana harus pergi," katanya.
Hal yang sama dirasa oleh Ai Onodera. Perempuan 33 tahun yang tinggal di ibukota pulau Hokkaido, Sapporo, kaget bukan kepalang. Segera ia menelpon suaminya yang tengah berada di kota lain.
"Aku takut tak bisa bertemu dia lagi," kata Onodera.
Tak sedikit warga Jepang yang bingung menerima pesan itu. Salah satunya adalah seorang korban gempa Maret 2011 yang hingga kini masih tinggal di penampungan.
"Apa yang mereka maksud? Gedung kuat? Memangnya kita punya?" katanya di media sosial.
Warga kota Morioka, ibukota dari Prefektur Iwate, yang hanya berjarak 300 km dari tempat jatuhnya rudal Korut juga bingung.
"Aku bangun karena alarm itu di ponselku. Aku sama sekali tak mempersiapkan apapun. Bahkan ketika ada alarm ini, tak tahu harus lari ke mana? Kita tidak punya basement apalagi shelter bom," kata Naori Suzuki dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com.
Pada pukul 06.09, alarm kembali berbunyi. Kali ini, datang dari Fire and Disaster Management yang mengatakan bahwa misil telah melewati Hokkaido.
"Jika Anda menemukan sesuatu yang aneh, tolong jangan pernah menyentuhnya," tambah pesan dari pemadam kebakaran.
Di Hokkaido, polisi menerima setidaknya 90 panggilan darurat. Kebanyakan mempertanyakan di mana harus evakuasi.
Setidaknya 40 sekolah, kebanyakan di Hokkaido, dan sebagian di timur laut Jepang, ditutup.
Peringatan Sampai ke Tokyo
Peringatan juga sampai kepada warga di Tokyo. Beberapa layanan kereta api di Ibu kota dan Prefektur Kanagawa juga sempat terganggu karena berhenti untuk mendengarkan pengumuman.
Ketakutan dan kekhawatiran juga dirasa oleh Ami Kartika, seorang ibu rumah tangga asal Indonesia yang menetap di Yokohama, Prefektur Kanagawa yang tak jauh dari Tokyo. Apalagi, sesaat setelah alarm pertama berbunyi anaknya yang masih berusia tiga tahun menangis mendengar suara peringatan itu.
"Saya di rumah, suami lagi kerja malam anak ketakutan kaget karena alarm darurat, dia menangis," kata Ami kepada Liputan6.com.
Meski khawatir, Ami tetap tenang. Dia mencari sumber informasi lain mengenai kabar tersebut.
"Saya setel televisi di beritanya masyarakat diminta siap siaga jika ada jatuhan benda dan kalau ada benda aneh segera lapor kepoilisian dan pemadam kebakaran," lanjut Ami.
Dalam berita yang disaksikannya di layar kaca, sama seperti apa yang dilihatnya di ponselnya, ternyata benar Korut telah menembakkan misil dan melewati Jepang.
Syukurnya, misil itu melewati langit udara wilayah Hokkaido yang sangat jauh dari kediamannya di Yokohama.
Walau begitu, Ami menceritakan, warga lingkungan tempatnya tinggal usai keadaan dinilai aman langsung menyerbu supermarket terdekat. Mereka memborong bahan-bahan pokok yang tersedia hingga ludes.
"Setelah supermarket buka langsung belanja buat stok makanan waktu pembirtahuan darurat langsung belanja semua habis," paparnya.
"Kebiasaan orang Jepang biasanya begitu kalau ada darurat paling enggak buat belanja kebutuhan buat tiga hari ke depan," paparnya.
Sementara itu, di stasiun kereta api yang pada di Tokyo, Hiroshi melihat alarm J-Alert kala ia tengah menuju ke timur Jepang.
"Kami merasa tak berdaya bahwa tak ada yang bisa dilakukan ketika misil melewati langit Jepang," kata Hiroshi yang bekerja untuk sebuah koran Jepang, lewat email.
"Aku menerima pesan dari istriku yang mengatakan 'Jepang tak lagi aman'. Aku katakan hal itu kepada orang asing di sisiku, dan dia setuju dengan perasaanku dan istriku," kata pria berusia 44 tahun yang beristri orang Indonesia itu.
Advertisement
Asia Timur Memanas
Wilayah Asia Timur yang mencakup Korsel, Korut dan Jepang, memanas sejak rudal antarbenua diluncurkan oleh rezim Kim Jong-un.
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in memerintahkan Angkatan Udara mengirim empat jet tempur F-15Ks untuk mendemonstrasikan kepiawaiannya dalam merespons aksi provokatif Korea Utara.
Keempat jet tempur terbang ke perbatasan antara dua Korea di Taebaek. Mereka membawa delapan bom Mark 84 atau MK 84 yang memiliki berat 1 ton.
"Jika Korea Utara mengancam kami dengan nuklir dan misil, Angkatan Udara kami tak akan tinggal diam. Kami tak ragu-ragu menggunakan kekuatan untuk mengahncurkan kepemimpinan Korea Utara," demikian kata komandan operasi ini yang enggan disebutkan namanya seperti dikutip dari Yonhap pada Selasa (29/8/2017).
Tak hanya menjatuhkan bom, militer Korea Selatan merespons rudal Korut dengan uji coba misil.
Misil balistik Korea Selatan memiliki kemampuan jelajah 500 kilometer dengan kekuatan hulu ledak yang lebih baik. Misil kedua mampu meluncur sepanjang 800 km.
Menurut Agency for Defense Development (ADD) misil merupakan elemen penting dari sistem tindakan pencegahan program 'Kill Chain' jika Korut menyerang. Selain itu, misil merupakan bagian dari skema Korea Massive Punishment and Retaliation (KMPR).
"Militer kami memiliki kemampuan rudal dengan tingkat presisi dan kekuatan tertinggi untuk menyerang tempat manapun di Korea Utara jika perlu," kata ADD.
Shinzo Abe Naik Pitam
Peluncuran misil terbaru oleh Korea Utara membuat Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe naik pitam.
Sesaat setelah kejadian, kedua pemimpin langsung berkomunikasi lewat sambungan telepon.
"Donald Trump berkata, AS 100 persen bersama Jepang, dan AS mengulang komitmen kuat kepada pertahanan Jepang," ucap Abe, seperti dikutip dari The Guardian.
"Jepang menyerukan dengan lantang pada komunitas internasional untuk memberi tekanan lebih pada Korut," paparnya.
Mendapat tekanan, Pempimpin Korut Kim Jong-un akhirnya buka suara.
Jong-un menegaskan, peluncuran itu adalah respons dari dilaksanakannya latihan militer bersama AS dan Korea Selatan.
"Uji coba misil balistik baru-baru ini seperti perang yang nyata," tulis KCNA mengutip pernyataan Kim Jong-un, seperti dilansir dari First Post.
"Ini adalah langkah awal operasi militer Pasukan Tentara Korea (militer Korut) di Pasifik mencakup Guam," sebutnya.
Simak video berikut
Advertisement