Liputan6.com, Jakarta - Sepertinya sukar diterima, tapi teman-teman dan rekan-rekan kerja berbohong kepada kita secara reguler.
Dengan demikian, tantangannya ada pada cara kita menanggapi kebohongan tersebut ketika kita memergoki seseorang melakukannya.
Menurut penelitian, kebanyakan orang memang banyak berbohong, rata-rata 2 atau 3 kali dalam perbincangan selama 10 menit. Tapi, kita tidak terlalu pandai membacanya.
Advertisement
Para peneliti University of California menganalisa hasil 253 penelitian dan mendapati bahwa kita hanya bisa merasakan sekitar 53 persen dari kebohongan yang diceritakan kepada kita.
Baca Juga
Yang mengerikan adalah bahwa orang-orang yang dilatih untuk mendeteksi kebohongan – hakim, petugas pabean, aparat penegak hukum, dan bahkan agen CIA – tidak jauh lebih unggul daripada kita.
Mereka pun hanya bisa mendeteksi sekitar 60 persen kebohongan yang mereka terima.
Ketika kita tahu telah dibohongi, kita terperanjat. Ada beberapa jenis kebohongan yang amat menghina penerimanya sehingga korban tidak bisa berpikir jernih.
Dalam saat-saat seperti itu, kita ingin agar pembicaraan terus konstruktif tapi tidak sudi membiarkan si pembohong lolos begitu saja. Sulit, bukan?
Jadi, apa yang kita lakukan terhadap suatu kebohongan? Jika kita menduga ada orang berbohong kepada kita, apakah kita langsung menegurnya, menceritakan kepada orang lain, atau lanjut saja seperti tidak ada apa-apa?
Seperti dikutip dari theladders.com pada Rabu (30/8/2017), sebenarnya ada beberapa hal yang dapat kita lakukan sesuai dengan situasi:
1. Tidak Melakukan Apapun
Tidak ada orang yang suka dibohongi dan reaksi alamiah kita adalah untuk mengadukan si pembohong. Tapi itu bukanlah hal yang paling cerdas, apalagi di tempat kerja.
Sebelum melakukan apapun, tanyakan kepada diri sendiri, "Apa yang terlibat selain ego saya?"
Cermati pro dan kontra sebelum mengambil keputusan.
Pikirkan siapa yang harus tahu tentang kebohongan itu dan implikasinya kepada perusahaan. Kadang-kadang, diam saja lebih bermanfaat daripada kepuasan telah membuka mulut.
Di lain waktu, kebohongannya bisa saja sangat serius sehingga orang lain harus mengetahuinya.
Advertisement
2. Tangkis dengan Humor
Beberapa kebohongan terlalu besar untuk diabaikan seluruhnya, tapi terlalu kecil untuk diributkan. Kalau terjadi seperti ini, kita bisa menanggapinya dengan berguyon.
Berikan komentar ringan hanya untuk memberitahu bahwa kita sebenarnya tahu tentang kebohongan itu, misalnya "Nah, saya lihat ekspresi muka kamu berubah."
Strategi ini memberikan kesempatan kepada si pembohong untuk mengakui kesalahan mereka tanpa perlu takut diserang.
Kuncinya di sini adalah dengan memberikan kesan bahwa si pembohong itu hanya sedang membesar-besarkan saja.
Â
Saksikan juga video menarik berikut ini:
3. Pura-Pura Bodoh
Salah satu cara untuk tetap menyelamatkan muka orang lain adalah dengan berpura-pura bodoh, apalagi dalam suasana berkelompok.
Lakukan seakan kita lupa atau bingung dengan fakta-faktanya, lalu lanjutkan dengan banyak bertanya.
Semakin banyak detil yang kita tanyakan, semakin mungkin kita menggali kebenaran.
Menggiring dengan pertanyaan memberikan kesempatan kepada si pembohong untuk mengakui bahwa mereka telah "selip lidah" dan memperbaikinya sendiri tanpa perlu dicap sebagai pembohong.
Advertisement
4. Tegur Secara Langsung
Dalam situasi ketika diam saja bukan menjadi pilihan yang baik, kita selalu bisa menegur langsung. Asalkan kita memikirkan cara terbaik untuk melakukannya dan tidak perlu secara impulsif mencecarnya.
Kita bisa melakukan pembicaraan empat mata dengan si pembohong atau dengan orang-orang lain yang terdampak oleh kebohongannya.