Liputan6.com, London - "Seberapa cepat Anda berjalan?"
Pertanyaan sederhana tersebut, ternyata dapat membantu para peneliti untuk menentukan tingkat risiko kematian seseorang akibat penyakit jantung. Hal itu dipraktikkan dalam sebuah studi yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari Inggris.
Studi tersebut menemukan bahwa dewasa madya (35-55) yang berjalan dengan lambat, dua kali lebih mungkin meninggal akibat penyakit jantung. Hasil tersebut dibandingkan dengan mereka yang berjalan secara cepat.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Live Science, Rabu (30/8/2017), hasil tersebut ditemukan sebelum para peneliti memperhitungkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil, seperti kebiasaan berolahraga, diet, dan konsumsi alkohol atau rokok.
Untuk penelitian tersebut, para peneliti menganalisis informasi lebih dari 420.000 dewasa madya di Inggris yang mereka amati selama enam tahun. Pada saat masuk studi, tak satu pun peserta yang mengidap penyakit jantung.
Peseerta diminta untuk menilai kecepatan berjalan mereka dalam tiga kategori, yakni 'lamban', 'rata-rata', dan 'cepat'. Mereka yang dianalisis juga menjalani tes di laboratorium untuk mengetahui tingkat kebugarannya.
Selama studi tersebut, hampir 8.600 partisipan meninggal dalam rentang studi. Sebanyak 1.650 di antaranya meninggal akibat penyakit jantung.
Risiko Berjalan Lamban
Mereka yang berjalan dengan lamban, 1,8 sampai 2,4 kali lebih mungkin meninggal akibat penyakit jantung. Risiko tertinggi berada pada mereka yang memiliki Indeks Masa Tubuh rendah, di mana orang itu kekurangan gizi atau kehilangan jaringan otot seiring bertambahnya usia.
Studi tersebut juga menemukan bahwa kecepatan berjalan sangat berkaitan dengan tingkat kebugaran fisik. Dengan kata lain, tingkat kebugaran yang rendah di antara pejalanan lamban dapat menjelaskan risiko kematian lebih tinggi mereka akibat penyakit jantung.
"Kecepatan berjalan dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang yang memiiki tingakt kebugaran fisik rendah, dan akibatnya, risiko kematian lebih tinggi akibat penyakit jantung," ujar rekan penulis studi dari University of Leicester, Tom Yates.
Selain melihat keterkaitan dengan penyakit jantung, studi tersebut juga melihat kaitan kecepatan berjalan dengan risiko kematian akibat kanker. Namun, para peneliti tak menemukan hubungan yang konsisten atas dua hal tersebut.
Â
Saksikan video menarik berikut ini:
Advertisement