Sukses

1-9-1983: AS Tuduh Uni Soviet Dalang Jatuhnya Korean Airlines

Menanggapi hal itu, Menteri Luar Negeri AS George Shultz meminta penjelasan lengkap dari pihak Moskow.

Liputan6.com, Seoul - Tepat hari ini pada tahun 1983, rakyat Korea Selatan berduka. Pasalnya, maskapai penerbangan Korean Airlines asal Negeri Gingseng tersebut jatuh dan hilang kendali.

Dikutip dari laman BBC, Jumat (1/9/2017), sebanyak 269 penumpang dilaporkan tewas dalam kecelakaan pesawat dengan nomor penerbangan Korean Airlines KAL 007.

Menanggapi hal ini, pihak Amerika Serikat menuduh Uni Soviet menjadi dalang utama jatuhnya pesawat tersebut. AS mengklaim Uni Soviet telah menembak pesawat angkutan sipil kerena Korea Selatan merupakan sekutu negaranya.

Pesawat tipe Boeing 747 tersebut terbang dari Amerika Serikat menuju ibu kota Seoul. Saat melintas langit Soviet, pesawat berpenumpang itu jatuh akibat serangan peluru.

Saat itu, Menteri Luar Negeri AS George Shultz meminta penjelasan lengkap dari pihak Moskow. Ia mengatakan kepada media bahwa ia yakin Uni Soviet telah menembak Korean Airlines.

Hal ini diperkuat dengan pantauan pihak Jepang yang mengatakan bahwa mereka telah menyadap percakapan seorang pilot Soviet yang tengah berdiskusi dengan tentaranya.

Dalam percakapan tersebut, terdengar pihak Soviet yang tengah bersiap menembaki pesawat Korean Airlines.

Kompleks militer di dekat Sakhalin dan pangkalan laut di pelabuhan Vladivostok berada di salah satu daerah strategis yang paling sensitif di Rusia. Wilayah itu lah yang diduga menjadi pusat segala percakapan tersebut.

Di tanggal yang sama pada tahun 1985, ekspedisi gabungan AS dan Prancis berhasil menemukan lokasi tenggelammnya kapal Titanic. Ekspedisi ini menggunakan teknologi kapal selam tanpa awak bernama Argo.

Argo menyelam ke dasar laut di Utara Atlantic dan ia menemukan kapal besar dan legendaris itu berada di dasar laut 13 ribu kaki dalamnya. Titanic, kapal pesiar mewah menabrak tebing es pada 15 April 2012 di perairan Atlantik. Tabrakan itu mengakibatkan lambung kapal besar itu robek. Perlahan-lahan, air masuk hingga menenggelamkan kapal yang membawa 2.224 penumpang dan kru.

Sementara, pada 1 September 1923 terjadi gempa Bumi Besar Kanto di Jepang sekitar 100.000 orang tewas. Pada tanggal yang sama Moammar Khadafi merebut kekuasaan di Libya melalui kudeta -- kelak, ia juga akan mengalami nasib serupa.

Video Terkini