Liputan6.com, Tokyo - 2 September 1947, Jepang akhirnya menyerah tanpa sarat kepada sekutu. Keputusan tersebut mengakhiri Perang Dunia II yang telah berlangsung enam tahun.
Di depan 50 jenderal dari kelompok sekutu, perwakilan Jepang naik ke dalam kapal perang AS Missouri yang sedang bersandar di Teluk Tokyo dan menandantangani dokumen menyerah tanpa sarat.
Selama setengah jam saat penandatanganan berlangsung, 42 kapal perang AS masuk ke dalam Teluk Tokyo. Mereka membawa 13 ribu pasukan.
Advertisement
Komandan Besar Sekutu, Jenderal Douglas MacArthur dalam pidato singkatnya mengatakan, pihak sekutu mendesak Jepang mematuhi penyerahan tanpa sarat dengan penuh, segera dan tidak boleh dilanggar.
"Ini adalah suatu pencapaian dalam harapan kami, dan juga harapan umat manusia," sebut MacArthur seperti dikutip dari BBC History, Jumat (1/9/2017).
"Bahwa dari situasi ini, dunia akan keluar dari waktu berdarah dan pembantaian di masa lalu, dunia akan didirikan di atas dasar iman dan pengertian, serta dunia akan mendedikasikan untuk martabat umat manusia dan pemenuhan keinginan untuk kebebasan, toleransi dan keadilan," tambah dia.
Baca Juga
Terkait bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki, MacArthur menyebut, kejadian tersebut berarti konsep perang tradisional telah direvisi.
Oleh sebab itu, dunia harus berubah. Jika tidak kiamat sudah ada di depan pintu dan tak bisa terelakan lagi.
Sesuai ketentuan gencatan senjata. Jepang sepakat mengakhiri permusuhan dengan sekutu. Mereka pun akan membebaskan seluruh tahanan dan mematuhi deklarasi Postdam.
Deklarasi tersebut membatasi daerah kedaulatan Jepang hanya sekitar empat pulau utama yang membentuk negara tersebut.
Dalam kesepakatan tersebut, Jepang harus mengakui otoritas Komandan Tertinggi AS. Meski demikian Kaisar tetap diijinkan sebagai simbol negara.
Perdana Menteri Jepang saat itu Higashi Kuni meminta seluruh masyarakat untuk mematuhi syarat penyerahan diri.
"Jepang mesti menghadapi kekalahan dengan tepat meski kita merasakan penderitaan tak tertahankan," ucap Kuni.
Pada 2 September 1998, penerbangan Swiss Air 111 jatuh di dekat Peggys Cove, Nova Scotia, Atlantik. Sebanyak 229 orang yang ada di dalamnya tewas.
Sedangkan pada tahun 1992, gempa bumi 7,7 skala Richter mengguncang Nikaragua, 116 orang dilaporkan tewas.Â
Simak video berikut: