Liputan6.com, Jakarta - Pada masa kini, bermunculan penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang aneh-aneh, baik secara fisik maupun kejiwaan.
Keberadaan internet pun mempermudah penyebaran 'pengetahuan' baru tentang penyakit-penyakit itu.
Orang bisa saja mengatakan bahwa makanan tertentu dapat mematikan (walau ada benarnya juga), bau nafas dapat mematikan, atau sinyal WiFi yang disebut-sebut mempengaruhi kesehatan.
Advertisement
Baca Juga
Seperti dikutip dari listverse.com pada Sabtu (2/9/2017), seringkali rekaan-rekaan penyakit itu dimaksudkan untuk menakut-nakuti agar bisa menjual suatu produk.
Berikut ini adalah 5 gangguan kesehatan ataupun penyakit yang dramatis namun dipercaya oleh sebagian orang:
1. Kepekaan Terhadap Gluten
Sekarang ini seperti ada tren untuk menyingkirkan gluten dari bahan pangan kita, seakan gluten membuat kita sakit, lelah, atau lemas. Tapi, dugaan itu tidak ada dasarnya.
Kebanyakan orang belum memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui apakah mereka memang mengidap penyakit celiac atau alregi terhadap gandum, tapi sudah langsung begitu saja mengaku peka terhadap gluten.
Beberapa situs berita telah menyataka bahwa penelitian membuktikan adanya intoleransi terhadap gluten, padahal penelitian yang dimaksud tidak melakukan hal itu.
Penelitian telah menunjukkan bahwa ada sejumlah orang yang tidak positif alergi gandum atau berpenyakit celiac tapi mengaku memiliki gejala-gejalanya ketika menyantap gluten. Padahal ada banyak faktor lain yang ikut ambil bagian.
Banyak orang percaya bahwa gluten itu buruk bagi semua orang, walaupun tidak benar demikian. Jadi, secara psikologis mereka meyakinkan tubuhnya bahwa gluten itu buruk dan membuat diri mereka sakit.
Para dokter juga telah menduga bahwa sindrom iritasi BAB (irritable bowel syndrome, IBS) mungkin terlibat dalam hal ini. Berdasarkan penelitian pada orang yang mengaku intoleran terhadap gluten, ketahuan bahwa gluten bukan menjadi biang keladi jika dibandingkan dengan placebo.
Menurut para peneliti, gandum dan beberapa makanan lain memang bisa membawa masalah perut pada pengidap IBS, tapi mereka memang peka terhadap segalanya walaupun gluten bukan biang keladinya.
Jika merasa ada masalah dengan gluten, dianjurkan untuk pertama-tema mendapatkan diagnosis resmi karena ada banyak zat bukan gluten yang menyebabkan gejala-gejala.
Jangan sampai kita menunda diagnosis yang sepatutnya karena merasa sudah menyelesaikan sendiri masalahnya.
Kenyataannya, banyak orang yang mengaku peka terhadap gluten memang punya masalah perut secara umum.
Advertisement
2. Keseimbangan Energi, Adakah?
Sekarang ini banyak orang bicara tentang energi dirinya dan energi di sekitarnya. Mereke menduga orang-orang lain memiliki "energi negatif" sedangkan dirinya memiliki "energi positif."
Mereka percaya bahwa hal itu bukan sekedar orang bereaksi terhadap emosi orang lain, tapi semacam medan energi kasat mata di sekitar seoang manusia. Ya, seringkali dikenal sebagai aura.
Kepercayaan itu memunculkan gerombolan penipu yang menjalankan praktik Reiki. Praktisi Reiki percaya bahwa ia bisa mengeluarkan energi dari dalam diri untuk digunakan mempengaruhi medan energi orang lain sehingga menolongnya menjadi lebih baik.
Bahkan ada jugayang mengaku bisa melakukannya dari jarak jauh. Para praktisi mengalirkan energi kesembuhan dari jarak beberapa kilometer, tanpa pernah bertemu denagn "pasien."
Walaupun sering dipenuhi dengan bahasa yang terdengar ilmiah, Reiki ditujukan kepada orang yang tidak mengerti penggunaan bahasa itu.
Tubuh tidak memiliki medan energi khusus, dan tidak memancarkan daya magnetik apapun. Kita memang memiliki energi untuk melakukan tugas-tugas kita, tapi tidak melalui penciptaan medan energi tertentu, melainkan hanya mengukur seberapa banyak tugas yang diraih oleh tubuh dalam rentang waktu tertentu.
Ketika ada orang mulai bicara tentang elektromagnetisme atau panas yang dipancarkan dari tubuh untuk keseimbangan energi kita, maka kita harus waspada.
3. Bau Mulut dan Produk Penyegar Nafas
Mungkin ada di antara kita yang pernah mendengar kondisi yang disebut halitosis – ya, nafas berbau busuk.
Kebanyakan orang sekarang ini menganggapnya serius dan terkadang membawa kecemasan sosial karena nafas yang berbau tidak sedap. Beberapa orang bahkan pergi memeriksakan diri ke dokter karena masalah ini.
Padahal, tidak terlalu jauh di masa lalu, orang tidak mengkhawatirkan nafas berbau tak sedap. Karena tidak menyebabkan nyeri dan tanpa gejala lain yang mengancam nyawa, halitosis tidak dianggap sebagai penyakit.
Ya, memang betul. Halitosis bukanlah penyakit sesungguhnya.
Di masa awalnya, pada akhir 1800-an, perusahaan pembuat Listerine menjual produk sterilisasi luka dalam jumlah yang biasa-biasa saja. Tapi mereka merasa belum cukup.
Kemudian diciptakanlah istilah "halitosis" yang kemudian mendongkrak pemasaran memanfaatkan rasa kurang percaya diri seseorang.
Hasilnya mengagumkan, karena orang kemudian termakan siasat tersebut karena tidak mau lagi ketahuan memiliki bau nafas tidak sedap.
Sekarang ini keuntungan produk Listerine tidak lagi terlalu hebat karena orang sekarang cukup membawa permen mint dan menggosok gigi secara lebih teratur.
Advertisement
4. 'Detoks’ Tubuh Tidaklah Nyata
Melalui berbagai blog kesehatan, kita mungkin sering melihat ada suplemen atau diet khusus detoks yang bertujuan untuk menguras keluar semua racun dari dalam tubuh.
Penjual produk memperingatkan tentang timbunan zat-zat buruk dalam tubuh dan menganjurkan kita minum atau makan zat tertentu untuk membuang zat-zat yang dimaksud. Padahal harga produknya mahal.
Bisa ditebak bahwa pernyataan itu tidak benar.
Ada beberapa masalah besar dengan klaim mereka. Pertama, mereka tidak mengerti arti kata "detoks."
Istilah itu dipakai dalam kalangan kedokteran untuk membawa seorang ketagihan hingga ke suatu titik di mana ia aman tanpa narkoba. Seorang yang ketagihan narkoba harus dilepas perlahan-lahan dari narkoba agar tidak sakaw.
Jadi, tidak urusannya dengan pembersihan bagian dalam tubuh.
Ketika bicara diet atau suplemen detoks, racun-racun yang mereka sebutkan itu sangat tidak spesifik atau bahkan tidak ada.
Faktanya, tubuh kita dengan sendirinya terus menerus menguras apapun yang beracun dari dalam. Misalnya, tubuh secara perlahan membuang alkohol melalui hati.
Terlebih lagi, jika kita benar-benar merasa bahwa tubuh kita tidak menguras racun  sebagaimana seharusnya dan kita menjadi sakit serius, maka kemungkinan ada kegagalan organ yang bersifat serius.
Segeralah menemui dokter, karena minuman detoks tidak akan membantu.
Â
Saksikan juga video menarik berikut ini:
5.Tidak Perlu Bilas Vagina
Pembilasan vagina sudah agak lazim di kalangan wanita walaupun sejarahnya masih singkat dan baru dipakai meluas dalam beberapa abad belakangan.
Awalnya, pembilasan vagina digunakan sebagai cara mengendalikan kelahiran. Untuk keperluan itu, biasanya dipakai campuran cuka atau zat kimia lain yang cukup berbahaya.
Perlahan-lahan, keperluannya lebih sebagai pembersihan atau menghilangkan bau. Bahkan Lysol – suatu produk pembersih – diiklankan pada 1900-an sebagai zat pembersih vagina.
Kemudian disadari bahwa sentuhan Lysol pada kulit justru berbahaya, tapi kaum wanita terlanjur percaya bahwa pembersihan vagina harus dilakukan secara reguler.
Kenyataannya, vagina membersihkan dirinya sendiri tanpa perlu zat kimia khusus. Selain itu, pembilasan justru mengganggu keseimbangan cermat zat kimia dalam vagina sehingga meningkatkan risiko infeksi dan komplikasi lain.
Dokter tidak merekomendasikan melakukan pembilasan, walaupun harus berjuang meyakinkan masyarakat yang telah turun-temurun menasehati generasi berikutnya untuk melakukan pembilasan.
Advertisement