Sukses

Menlu Inggris: Serangan Korut Bisa Bikin Korsel Jadi 'Uap'

Menlu Inggris mengimbau bahwa opsi militer akan memprovokasi Korut membinasakan populasi Korsel sebagai langkah balasan.

Liputan6.com, London - Uji coba bom hidrogen yang dilakukan Korea Utara dikecam dunia. Amerika Serikat bahkan mengancam akan meresponsnya dengan aksi militer besar-besaran. Meski demikian, Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, mengatakan opsi yang akan diambil AS justru akan menimbulkan kerugian yang sangat signifikan.

"Pandangan kami (Inggris), tidak ada opsi militer yang mudah dan baik. Jarak antara Korea Utara dan Selatan sangat dekat. Mereka (Korut) dapat dengan mudah membuat sebagian besar Korea Selatan berubah menjadi 'uap'. Sehingga, segala ancaman itu tidak akan mudah untuk dilakukan," kata Menlu Johnson, seperti yang dikuti Telegraph, Senin (4/9/2017).

Di sisi lain, Boris Johnson juga mengutuk uji coba bom hidrogen yang dilakukan Korut. Apalagi, Pyongyang mengklaim, bom itu mampu mampu diaplikasikan pada rudal jarak jauh.

Menurut Menlu Inggris, terobosan yang dilakukan oleh Korut itu merupakan sebuah "bentuk ancaman baru".

"Mereka tampak semakin dekat menyempurnakan bom hidrogen. Jika dapat diaplikasikan dalam sebuah misil, kedua hal itu dapat menjadi ancaman baru," ujar sang menlu.

Boris Johnson juga mengutuk aksi sembrono Pyongyang yang pada pekan lalu meluncurkan rudal uji coba melintasi Pulau Hokkaido, Jepang.

Politikus Partai Konservatif Inggris itu juga menyebut bahwa China harus mengambil langkah yang lebih krusial dalam isu Korea Utara, mengingat Negeri Tirai Bambu bertanggung jawab atas 90 persen neraca perdagangan negeri di utara Semenanjung.

Keuntungan dari perdagangan itu diduga untuk mendanai program pengembangan rudal dan bom nuklir Korut.

2 dari 2 halaman

Korea Utara Tes Bom Hidrogen

Korea Utara mengumumkan kesuksesannya dalam melakukan uji coba bom hidrogen pada Minggu, 3 September waktu setempat. Hal tersebut disampaikan media pemerintah negara Korut.

"Korea Utara sukses melakukan uji coba sebuah bom hidrogen pada rudal balistik antarbenua (ICBM)," demikian pengumuman yang disampaikan pembaca berita veteran Ri Chun-hee seperti dilansir CNN, Minggu 3 September 2017.

Sebelumnya, pejabat Jepang dan Korea Selatan telah lebih dulu mengungkapkan hal tesebut setelah otoritas terkait mendeteksi gempa buatan yang terjadi di dekat situs uji coba nuklir Korut.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia, pada Minggu 3 September 2017, pukul 10.30 lewat empat menit WIB, mencatat aktivitas seismik tak lazim di Korea Utara.

"Sebanyak 166 sensor seismik yang digunakan BMKG dalam menganalisis parameter kegempaan menunjukkan adanya sebuah 'pusat gempa' dengan kekuatan 6,2 SR terletak pada koordinat 41,29 LU dan 128,94 dengan kedalaman 1 km tepatnya di wilayah Negara Korea Utara," demikian keterangan tertulis BMKG yang diterima Liputan6.com.

Tidak hanya BMKG, sejumlah lembaga pemantau gempa dunia lainnya, seperti Amerika Serikat (USGS), Jerman (GFZ), dan Eropa (EMSC) mencatat aktivitas seismik tak lazim ini yang juga berpusat di Korut.

Dalam keterangannya, BMKG turut menjelaskan, "Data seismik yang terekam di BMKG menunjukkan adanya compressional source dengan amplitudo gelombang P relatif lebih besar dari gelombang S-nya, maka cukup beralasan jika kita meyakini bahwa telah terjadi sebuah aktivitas ledakan besar di bawah permukaan. Karena zona ini secara tektonik bukan zona sumber gempa".

Sementara itu, USGS menyebut bahwa pusat ledakan terletak pada lokasi uji coba nuklir Korut terdahulu.

Uji coba bom hidrogen yang dilakukan Korea Utara menuai aksi balasan dari negara tetangga di selatan. Merespons aksi itu, Korea Selatan melakukan tes rudal balistik pada hari yang sama, ujar media pemerintah Korsel, Yonhap.

Menanggapi tes bom nuklir teranyar itu, Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis, mengimbau, "Segala bentuk ancaman terhadap seluruh teritorial dan sekutu AS akan dibalas dengan aksi militer besar-besaran."

"Kami tidak bertujuan untuk membinasakan sebuah negara. Meski begitu, banyak opsi yang dapat kami pertimbangkan," ia menambahkan.

Sementara itu, pekan lalu, Presiden AS Donald Trump akhirnya buka suara terkait sejumlah aksi agresif yang dilakuan Korea Utara. Ia mengutuk tes rudal Korut yang melintasi Jepang beberapa pekan lalu sebagai 'tindakan yang sangat berbahaya dan mengganggu bagi Amerika Serikat.

Presiden ke-45 AS itu juga menambahkan, "Langkah lunak yang diambil terhadap Korea Utara tidak akan menuai keberhasilan," menyinggung jalan diplomasi yang selama ini ditempuh oleh Washington, DC beserta koalisi dalam menindak aksi agresif tes rudal dan menghentikan perdagangan ilegal Negeri di utara Semenanjung.

Sementara itu, Gedung Putih menjelaskan, "AS akan melindungi diri dan sekutunya menggunakan segala bentuk langkah diplomasi, konvensional (militer), dan kapabilitas nuklir sesuai kehendak kami."

 

Simak pula video berikut ini