Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara merilis seperangkat prangko pos baru, sebagai penanda serangkaian kesuksesan tes rudal teranyar yang dilakukan oleh negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un sejak bulan Juli hingga Agustus 2017.
Teranyar, misil terbaru yang dites oleh Pyongyang melintas dan jatuh di kawasan utara Jepang pada 29 Agustus 2017.
Seperangkat prangko bernuansa propaganda itu dirilis oleh biro pos pemerintah dan dipublikasikan oleh media resmi Korut, KCNA. Prangko itu mencantumkan sejumlah ilustrasi gambar serta deskripsi peluncuran rudal yang dilakukan oleh Pyongyang pada akhir Juli lalu. Demikian seperti dikutip dari Sky News, Senin (4/9/2017).
Advertisement
Pada salah satu tipe prangko, tertulis keterangan 'Puncak Ketinggian 3.724,9 km', menandai kapabilitas tempuh rudal secara vertikal. Prangko itu merujuk rudal yang dites pada 28 Juli 2017 lalu.
Baca Juga
Kala itu, Korut melakukan uji coba Intercontinental ballistic missile atau rudal balistik antarbenua (ICBM) yang diduga merupakan tipe Hwasong-14. Mengonfirmasi peluncuran tersebut, pihak Korut mengatakan bahwa ICBM itu terbang selama lebih dari 47 menit, mencapai ketinggian 3.724 km, dan jatuh di laut lepas utara Jepang.
Jenis misil yang sama juga sempat digunakan pada uji coba pada 3 Juli 2017.
Sementara itu, tipe prangko lain menampilkan foto Kim Jong-un bersama dengan perwira militernya yang sedang bertepuk tangan. Pada bingkai prangko yang serupa, terdapat gambar peluncuran rudal.
Sedangkan tipe prangko lain memiliki latar peta dunia dan mengilustrasikan gambar Hwasong-14 yang tengah lepas lendas.
Rudal tipe Hwasong-14 milik Korut turut diduga sebagai misil serupa yang melintasi langit Pulau Hokkaido di utara Jepang dan jatuh di perairan timur Negeri Sakura pada 29 Agustus 2017.
Prangko, Alat Propaganda Korea Utara
Bukan kali itu saja Korea Utara merilis prangko bernuansa propaganda. Pada Juli 2017, kala negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu memperingati Perang Korea dan acara tahunan bertajuk "Struggle Against US Imperialism Month", dua prangko propaganda pro-pemerintah dan anti Amerika Serikat turut dirilis oleh penyelenggara acara.
Dikutip dari CNN, Selasa 18 Juli 2017, prangko khusus itu bergambar moncong nuklir mengarah ke Capitol Hill (Gedung Kongres AS) dan misil milik Amerika Serikat yang hancur.
Desain prangko-prangko itu dibuat melanjutkan "tradisi"-- yang menggambarkan penghancuran Pyongyang atas musuh-musuhnya.
Meski demikian, gambar anti-Amerika adalah salah satu dari desain prangko Korea Utara yang unik atau aneh menurut sejumlah orang.
Sebuah katalog daring yang diolah pemerintah Korut, Korean Stamp Corporation, menampilkan lebih dari 70 kategori desain.
Topik seperti sejarah revolusi dan penghormatan kepada Kim Jong-un bersanding dengan propaganda lainnya seperti transportasi, infrastruktur dan inovasi.
Namun, ada pula koleksi yang cukup aneh. Seperti jamur dan catur. Para filateli atau sebutan untuk pengoleksi prangko juga tertarik koleksi desain kucing imut -- yang dianggap menggambarkan Korea Utara ternyata menyukai hal-hal yang lucu.
Menurut kepala Studi Asia di University of British Columbia, Ross King, Pyongyang jelas menargetkan para kolektor prangko.
"Pyongyang membuat industri prangko sebagai sumber pendapatan yang tetap untuk negara," kata King.
"Pesan propaganda perlu, tapi para kolektor tak peduli, yang penting mereka mengoleksi prangko-prangko dari Korut, ini yang ditargetkan oleh Pyongyang," lanjutnya.
"Bahkan, pada 1980-an, negara ini punya daftar koleksi Putri Diana. Mereka pikir warga Inggris akan membelinya," ujar King.
King menduga, Korea Utara "berada di level atas bersama Amerika Serikat" sebagai salah satu otoritas penerbitan prangko paling produktif di dunia.
"AS adalah contoh lain dari sebuah negara yang menggunakan layanan pos untuk menghasilkan banyak uang dari para kolektor," kata King.
"Korea Utara dan Amerika Serikat sangat mirip dalam hal itu."
Sama seperti layanan pos negara Barat, negara tertutup itu juga merancang prangko untuk memperingati prestasi nasional dan acara dunia.
Subjek yang umum termasuk Hotel Ryugyong, struktur berbentuk piramid 105 lantai yang mendominasi cakrawala Pyongyang, dan Piala Dunia 2014 -- yang sejatinya tak diikuti Korut karena gagal babak kualifikasi zona Asia.
Namun, meski nilainya rendah, prangko murah diproduksi dan sangat menguntungkan, demikian menurut kolektor dan penjual prangko asal Belanda, Willem van der Bijl.
"Kebanyakan tidak memiliki nilai pasar yang tinggi," katanya Willem.
"Prangko baru, dalam kondisi mint atau lumayan, dijual seharga sekitar 50 sen (dalam mata uang AS) per prangko -- meskipun itu hanya rata-rata. Tapi mereka hanya mencetak kertas, yang tidak berharga, dan menerima dolar yang berharga," ujar Willem
"Prangko yang menampilkan olahraga dan hewan hanya dibuat untuk menyenangkan kolektor dan mendapatkan mata uang asing," lanjutnya.
Willem adalah orang uang kerap mengunjungi Korea Utara. Namun, ia berhenti setelah pernah ditangkap dan ditahan selama dua minggu. Ia menyukai desain sederhana prangko Korut.
Dia mengklaim memiliki "hampir semua" prangko yang pernah dikeluarkan oleh negara tersebut.
Simak pula video berikut ini
Advertisement