Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa bulan belakangan ini, Semenanjung Korea terus bergolak. Dunia seakan sedang berada di ujung tanduk pecahnya Perang Dunia III. Sejumlah kekuatan dunia tak tinggal diam menanggapi ulah Pyongyang yang terus menjajal teknologi rudal mereka.
Seakan tidak peduli dengan tekanan dunia luar, Kim Jong-un bahkan mengancam meluncurkan serangan rudal ke pulau Guam. Pulau di Pasifik Selatan itu merupakan wilayah Amerika Serikat (AS).
Ketegangan terasa meningkat, tapi bukan hanya di kalangan pemimpin dunia. Sementara rezim Kim Jong-un terus menebar ancaman, rakyatnya dilaporkan kelaparan. Dampaknya diduga secara langsung dirasakan kaum perempuan yang terpaksa jual diri menjadi pekerja seks komersial (PSK), demi bertahan hidup.
Advertisement
Dikutip dari Daily Star pada Kamis (7/9/2017), selama 12 bulan belakangan ini telah terjadi peningkatan dramatis jumlah wanita Korea Utara yang terlibat dalam perdagangan seks.
Baca Juga
Peningkatan tersebut berkaitan dengan peningkatan permintaan jasa untuk urusan syahwat tersebut.
Menurut suatu sumber melalui The Daily NK, kaum wanita berusia 20-an terlihat berkeliaran di depan Kampun Hotel di Sinuiju. Mereka sibuk menjajakan diri kepada para calon pelanggan.
"Wanita-wanita tersebut berdiri dekat pintu masuk hotel dan menyapa para tentara, 'Mau pijat dulu sebelum berangkat?," kata sumber yang tak mau disebut namanya.Â
"Jika kita pergi ke jalan utama atau di sekitar stasiun di pusat kota, mudah ditemukan sekitar 200 hingga 300 wanita bekerja sebagai PSK."
"Jika mereka bisa mendapatkan seorang pelanggan, uang yang dibayarkan sekitar 10 poundsterling. Tapi, secara pribadi mereka hanya mendapatkan sekitar 1 poundsterling," demikian dilanjutkan oleh sumber tadi.
Narkoba Jadi Pelarian
Tak hanya transaksi seksual yang meningkat. Sumber tersebut mengungkapkan bahwa peredaran narkoba juga marak di negara paling menutup diri di muka bumi itu.Â
"Sekarang ini penggunaan narkoba ilegal merebak di Korea Utara karena warga punya masalah-masalah lain yang dihadapi sehingga menyulitkan hidup mereka."
Sejauh ini, Kim Jong-un menanggap remeh keberadaan ancaman-ancaman tindakan militer pihak lawan.
Sebelumnya, ia telah mengancam akan meledakkan semua kapal Amerika Serikat jika berani meluncurkan bahkan satu rudal pun ke 'kerajaannya' tersebut.
Sebaliknya, Presiden AS Donald Trump tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerah. Ia terus mendesak tekanan ekonomi dan diplomatik lewat Dewan Keamanan PBB, di sisi lain opsi militer masih dimungkinkan.Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: