Sukses

25 Guru NTB Perdalam Ilmu Matematika di Australia

Sebanyak 25 guru Matematika dari berbagai SMP di Lombok dan Sumbawa mengunjungi Australia untuk memperdalam ilmu pengajaran Matematika.

Liputan6.com, Canberra - Sebanyak 25 orang guru Matematika dari berbagai Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Lombok dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengunjungi Ibu kota Australia, Canberra, selama empat pekan.

Kegiatan itu dilakukan untuk memperdalam ilmu pengajaran Matematika, khususnya dalam membangun kedekatan maupun interaksi dengan murid guna meningkatkan minat mempelajari Matematika.

Kunjungan mereka ke Australia merupakan bagian dari program kerja sama peningkatan kapasitas antara University of Canberra (UC) dengan beberapa universitas lainnya di Indonesia. Kegiatan itu yang juga didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Kementerian Riset dan Pendidikan Tingi (Kemristek Dikti) RI, serta Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia.

Menurut Kepala Program Pengembangan Kapasitas UC Tom Lowrie, melalui program ini, guru-guru dari NTB diharapkan dapat semakin mengasah kemampuannya dalam mengajar Matematika.

"Melalui pendekatan yang tepat, guru-guru NTB akan dapat menginspirasi muridnya untuk memiliki minat yang lebih tinggi terhadap Matematika," ujar Tom. Dosen senior UC itu juga berharap agar kelak Provinsi NTB dapat menjadi pusat pengajaran Matematika di Indonesia.

Seperti keterangan media yang diperoleh Liputan6.com dari KBRI Canberra, Kamis (7/9/2017), di sela-sela program mereka yang padat, para guru juga telah berkunjung ke Kedutaan Besar (KBRI) Canberra. Pada kesempatan tersebut, Duta Besar Y. Kristiarto Legowo menyampaikan beberapa pesan kepada para pendidik itu.

Pria yang dibesarkan di lingkungan keluarga pengajar itu secara khusus memberikan pesan kepada para tenaga pendidik mengenai pentingnya menjadi 'guru yang berhati guru', yakni mereka yang selalu bangga melihat muridnya sukses.

Dubes Kristiarto juga menekankan pentingnya program peningkatan kapasitas di Australia yang tengah diambil oleh guru-guru NTB tersebut untuk menciptakan perubahan yang positif, tidak hanya bagi diri sendiri, namun juga bagi para murid, masyarakat dan bangsa.

"Perlu ada komitmen yang tinggi untuk menjadi guru yang mumpuni. Anda dapat belajar dari Australia yang memang memiliki keunggulan dan inovasi yang tinggi dalam bidang pendidikan, termasuk Matematika," tambah Dubes Kristiarto.

 

2 dari 2 halaman

Tanggapan Peserta

Salah seorang peserta yang merupakan guru SMP dari Lombok, Retno Purwanti, program kunjungan ke Australia ini sangat bermanfaat. Melalui kegiatan itu, ia dapat langsung belajar dari sistem pengajaran Matematika di Australia yang dikenal sangat maju.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Emi Suhaemi dari Sumbawa. Ia mengaku sangat terkesan dengan metode pembelajaran yang modern di Australia.

"Kita diajari cara mengatasi murid yang memiliki kesulitan belajar Matematika karena minimnya minat yang ada. Setiap murid perlu pendekatan yang berbeda," ujar Emi.

Sementara itu menurut Associate Profesor bidang Matematika di UC, Dr. Sitti Maesuri Patahuddin, tak memungkiti bahwa peran Matematika semakin penting dewasa ini.

"Matematika kian dibutuhkan di dunia kerja. Salah satu cara agar siswa berminat belajar Matematika adalah dengan mencetak guru yang percaya diri dan ahli dalam mengajar," ujar pakar Matematika asal Indonesia yang dipercaya menduduki jabatan strategis sebagai Associate Professor di Universitas Canberra tersebut.

Selain mendapatkan pelatihan di kampus UC, para guru SMP dari NTB juga diberikan kesempatan khusus mempraktekkan secara langsung teknik dan pengetahuan yang mereka dapatkan dengan mengajar Matematika di sekolah-sekolah di Canberra.

Program peningkatan kapasitas bagi guru-guru Indonesia ini telah memasuki tahun ketiga -- dimulai sejak tahun 2015. Kunjungan 25 guru Matematika dari NTB ke Australia merupakan angkatan ke-2 dari program ini.

Para guru mendapatkan berbagai pelatihan yang antara lain meliputi observasi dan riset di kelas, kunjungan ke berbagai sekolah, pengembangan modul berbasis online (dual mode), dan peran guru sebagai fasilitator.