Sukses

Penis Hingga Kaki, Ini 7 Bagian Tubuh yang Bisa Dibuat Manusia

Tentu saja laboratorium memegang peranan penting. Tapi, temuan-temuan laboratorium pun bisa mengusik nilai etika.

Liputan6.com, Jakarta - Ilmu pengetahuan telah mencapai kemajuan luar biasa dalam 100 tahun belakangan ini, terutama dalam bidang kedokteran dan rekayasa biologi.

Mulai dari temuan vaksin hingga bedah revolusioner, ilmu pengetahuan telah sangat memperbaiki mutu kehidupan.

Proses itu melibatkan penelitian untuk mencari solusi baru. Tentu saja laboratorium memegang peranan penting. Tapi, temuan-temuannya pun bisa mengusik nilai etika.

Misalnya ketika para peneliti Salk Institute menanamkan sel-sel manusia ke dalam embrio babi agar nantinya bisa menumbuhkan ulang organ manusia.

Apa jadinya kalau DNA manusia itu kemudian mempengaruhi otak babi sehingga mencapai kemampuan pikir manusia?

Di lain pihak, pembuatan daging hamburger di laboratorium oleh Dr. Mark Post (Belanda) mungkin dapat mengurangi peternakan sapi dalam skala besar atau bahkan mengurangi penyembelihan hewan di masa depan. Hasilnya, ia mendirikan perusahaan Mosa Meats.

Disarikan dari listverse.com pada Jumat (9/8/2017) berikut ini adalah sejumlah ciptaan laboratorium yang mengusik cara pikir kita selama ini:

1. Kaki Tikus

Kaki tikus buatan lab. (Sumber National Public Radio)

Pada 2015, para peneliti di Massachusetts General Hospital menjadi berita karena keberhasilan perdana sedunia menumbuhkan kaki depan lengkap untuk tikus.

Upaya itu dipimpin oleh Dr. Harold Ott yang juga mengepalai Ott Laboratory for Organ Engineering and Regeneration. Eksperimen itu menghasilkan jejaring otot hanya dalam waktu 16 hari.

Dr. Ott dan tim mengambil kaki seekor tikus dan membuang semua sel melalui proses yang disebut deselulerisasi (decellularization). Setelah semua sel hidup dibuang, yang tersisa adalah struktur cangkang protein kaki tersebut.

Mereka kemudian menyuntikkan struktur itu dengan sel-sel hidup untuk membentuk jejaring otot dan sel-sel darah dalam waktu beberapa minggu ke depan.

Untuk menguji fungsi kaki buatan, tim mengalirkan muatan listrik ukuran kecil pada jejaring otot. Hasilnya, otot-otot berkontraksi persis seperti organ alamiah.

2. Sperma Tikus

Sperma tikus buatan lab. (Sumber sciencenews.org)

Pada 2016, para ilmuwan di Institute of Zoology, Chinese Academy of Sciences, menghasilkan sperma tikus dengan menggunakan sel punca.

Pertama-tama, mereka mengambil sel-sel punca dari seekor tikus, lalu disisipkan sel-sel testes dari tikus yang baru lahir.

Kemudian, sel-sel punca itu dipaparkan pada beberapa zat kimia yang terlibat dalam perkembangan sperma, misalnya testosteron dan hormon perangsang pertumbuhan dari kelenjar pituari.

Dalam waktu 2 minggu, tim ilmuwan di bawah pimpinan Qi Zhou dan Xiao-Yang Zhao berhasil mengembangkan sel-sel sperma yang fungsional sepenuhnya.

Mereka kemudian mempertemukan sperma buatan itu dengan sel telur buatan memindahkan zigot (hasil pembuahan) itu ke dalam tubuh tikus-tikus betina.

Ada 9 anak tikus yang dihasilkan dari eksperimen ini dan beberapa di antaranya kemudian melakukan reproduksi sendiri.

Penelitian ini membuka jalan bagi perawatan kesuburan di masa depan, walaupun efisiensinya – pada angka 3 persen – belum setara dengan inseminasi buatan menggunakan sperma alamiah dengan tingkat keberhasilan 9 persen.

3. Penis Kelinci…dan Manusia

Kelinci percobaan penis buatan laboratorium. (Sumber nc3rs.org.uk)

Pada 2008, Dr. Anthony Atala di Wake Forest Institute for Regenerative Medicine mengawasi perkawinan beberapa kelinci. Tapi itu bukan sembarang kelinci.

Kelinci-kelinci jantan yang sedang kawin memiliki penis yang ditumbuhkan di laboratorium. Jangan kaget, ide penumbuhan penis di lab sudah ada sejak 1992.

Dari 12 kelinci pemilik penis rekayasa biologi, semuanya mencoba kawin. Delapan kelinci berhasil mencapai ejakulasi dan empat kelinci berhasil memiliki keturunan.

Menjelang 2014, Atala dan tim telah menciptakan 6 penis manusia dan berharap mendapatkan persetujuan FDA agar bisa melakukan transplantasi pada manusia.

Ilmuwan itu telah menguji secara ketat organ-organ buatan lab tersebut, misalnya melalui penggunaan mesin untuk menarik dan meremas guna memastikan organ-organ itu tahan untuk kegunaan sehari-hari.

Mereka juga menggukan mesin untuk memompa cairan memenuhi organ guna memastikan kemampuan ereksi.

Hingga 2017, pihak FDA masih belum menyetujui transplantas organ-organ buatan lab pada populasi pada umumnya.

4. Vagina Buatan

Vagina buatan laboratorium. (Sumber CBC.ca)

Selain penis manusia buatan lab, Dr. Anthony Atala dan tim juga membuat vagina manusia.

Mereka kemudian melakukan implan organ-organ tersebut pada 4 remaja Meksiko yang memiliki cacat bawaan sehingga terlahir tanpa vagina.

Untuk membuat vagina, tim Atala mengambil sedikit sampel jejaring dari masing-masing remaja. Mereka kemudian menciptakan tatakan (scaffolding) yang bisa meluruh secara biologis (biodegradable) dan menyuntikkan sel-sel yang ditumbuhkan dari sampel jejaring organ.

Bedah pertama tuntas pada 2005. Pemeriksaan lanjutan para pasien mengungkapkan tidak ada komplikasi jangka panjang yang diderita. Empat pasien itu melaporkan fungsi seksual normal.

Namun demikian, hanya 2 pasien yang memiliki rahim. Belum jelas apakah 2 wanita lainnya bisa memiliki anak.

2 dari 2 halaman

Kegunaan Buah Apel

5. Sel Punca Darah

Kemajuan teknologi sel punca memungkinkan pembuatan sel darah merah di laboratorium. Temuan ini bisa menolong di kala bencana.

Dua tim terpisah mengembangkan cara awal penciptaan sel-sel punca darah.

Satu tim yang ada di Boston Children's Hospital dipimpin oleh George Daley. Mereka menggunakan sel kulit manusia dan diprogram ulang agar menjadi sel-sel punca serbaguna paksaan (induced pluripotent stem, iPS) yang berperan menjadi sel punca universal buatan (artifisial).

Sel-sel iPS itu kemudian disuntikkan faktor-faktor transkripsi, yaitu gen-gen pengatur gen-gen lain. Lalu iPS dimasukkan dalam tikus-tikus. Setelah 12 minggu, para peneliti telah menciptakan cikal-bakal sel-sel punca darah.

Tim ke-2 dipimpin oleh Shahin Rafii dari Weill Cornell Medical College. Tim ini tidak melewati tahapan iPS. Mereka mengambil sel-sel dari pembuluh darah tikus-tikus dewasa dan disuntikkan empat faktor transkripsi.

Para peneliti kemudian memindahkan sel-sel ke cawan petri yang dibuat mirip dengan lingkungan di dalam suatu pembuluh darah manusia. Sel-sel itu kemudian berubah menjadi sel-sel punca darah.

Sel-sel punca dari eksperimen ini amat digaya sehingga bisa sepenuhnya menyembuhkan sekelompok tikus yang menderita kekurangan sel-sel darah akibat perawatan radiasi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

6. Daun Telinga dari Apel

Telinga buatan lab, dicetak pada buah apel. (Sumber CTV News)

Pada 2016, ahli biofisika Kanada bernama Andrew Pelling dan tim dari University of Ottawa berhasil menumbuhkan jejaring manusia menggunakan apel.

Menggunakan deselulerisasi (decellularization), sel-sel apel dikeluarkan hingga menyisakan tatakan berbahan selulosa pada buah itu, lalu dibentuk seperti daun telinga manusia.

Bentukan telinga manusia itu diisi dengan sel-sel manusia yang kemudian berkembang mengisi 'cetakan' agar menghasilkan implan daun telinga yang lebih murah dan tidak terlalu bermasalah.

Masalah selama ini adalah karena materi biologis konvensional untuk implan terkadang diambil dari hewan atau jasad manusia.

Selain apel, menurut Pelling, teknik ini akan dijajal pada kelopak bunga, asparagus, dan sayuran lain.

7. Gumpalan-gumpalan Otak

'Otak mini' ini dibuat dari memadatkan dan menyusun jaringan otak sungguhan. (foto: News Discovery)

Sergiu Pasca di Stanford University merawat otak mungil selama 2 tahun penuh. Gumpalan otak yang dikenal sebagai cerebral organoid itu hanya berdiameter 4 milimeter. Dalam penelitian, jejaring otak manusia tersebut ditumbuhkan di lab dari sel-sel punca.

Dengan hormon-hormon yang tepat, para peneliti berhasil merangsang jejaring itu bertumbuh menjadi struktur yang hampir menyerupai bagian-bagian otak.

Perbedaannya dengan otak lengkap adalah bahwa otak mini buatan lab tidak memiliki pembuluh-pembuluh darah ataupun sel-sel darah putih.

Otak buatan lab juga tidak mengikuti pola perkembangan syaraf normal dan berhenti mematangkan diri pada tingkatan setara trimester pertama pertumbuhan manusia. Itulah yang terjadi dalam kasus neuron-neuron pada cerebral organoid.

Tapi ada beberapa astrosit – yaitu sel-sel non-syaraf – yang berhasil matang sepenuhnya dalam organoid buatan lab. Astrosit adalah sel-sel pembantu yang menciptakan dan mengurangi hubungan-hubungan antar neuron sesuai keperluan.

Astrosit juga membuat hubungan-hubungan dengan pembuluh-pembuluh darah keluar-masuk otak dan berperan penting mengindra adanya cedera otak.

Penelitian lanjutan pada gumpalan-gumpalan otak dapat membantu mengerti mekanisme penyakit Lou Gehrig's dan beberapa gangguan perkembangan syaraf lainnya.