Liputan6.com, Canberra - Kemasyhuran gudeg Jogja sebagai salah satu kuliner legendaris asal Indonesia, ternyata menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi masyarakat Australia, termasuk mereka yang tinggal di Canberra.
Yang terpikat dengan gudeg pun sangat beragam, mulai dari kalangan profesional, penulis dan akademisi, hingga budayawan Australia.
Baca Juga
Mereka tampak begitu menyukainya ketika menikmati gudeg Jogja yang disuguhkan dalam acara Promosi Budaya dan Pariwisata Indonesia yang mengetengahkan tema "The Unforgettable Jogjakarta". Acara tersebut digelar oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra pada 8 September 2017
Advertisement
Pembukaan acara tersebut disaksikan langsung oleh Duta Besar RI untuk Australia, Y Kristiarto S Legowo. Sejumlah istri duta besar negara sahabat, seperti Maroko, Yordania, dan Brunei Darussalam juga tampak hadir.
Hellen Mitchel, salah satu pengunjung yang hadir, mengakui bahwa rasa masakan gudeg Jogja memang sangat istimewa.
"Yang paling saya suka dari gudeg adalah sambal kreceknya," ujar wanita Australia yang hampir selalu hadir dalam setiap kegiatan promosi pariwisata di KBRI Canberra ini, seperti dilansir dari keterangan pers KBRI Canberra, Jumat (8/9/2017).
Antusiasme mereka ingin merasakan gudeg Jogja mulai terlihat saat demo masak berlangsung. Mereka langsung mengerumuni seolah tak ingin melewatkan cara memasak gudeg agar dapat dipraktikkan di rumah.
Ketertarikan ini dilandasi fakta, tidak sulit mencari bahan membuat gudeg di Australia, termasuk nangka muda dan bumbu-bumbunya.
Menurut Caecilia Legowo, Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Canberra, yang membuka acara Promosi Budaya dan Pariwisata Jogja ini mengatakan bahwa promosi gudeg Jogja ini merupakan bagian dari upaya KBRI Canberra untuk memperkenalkan Kota Yogyakarta yang memang menawarkan banyak atraksi, mulai dari Kraton Jogja, Malioboro, batik, Candi Borobudur, dan Prambanan, serta tempat berbelanja.
"Semua kekayaan budaya dan potensi pariwisata Jogja sangat lengkap untuk ditawarkan kepada publik Australia. Istilahnya satu paket, mulai dari kesenian, tradisi budaya, panorama alam, hingga kuliner. Ada juga Candi Prambanan yang kerap disebut sebagai Menara Eiffel-nya Indonesia," ujar Caecilia.
Selain demo masak, program promosi pariwisata ini juga diisi dengan pameran foto bercorak Jogja, pameran batik dan kerajinan tangan khas Jogja, serta pemutaran video.
Suasana Balai Kartini di KBRI Canberra memang disulap bak suasana Kota Yogyakarta saat itu. Terlebih lagi ketika masuk, para pengunjung sudah langsung disuguhi musik gending gamelan Jawa.
Untuk lebih memberikan informasi yang lebih luas tentang Jogja, termasuk mengenai mudahnya berkunjung ke Jogja dari berbagai kota di Australia, Benedicta Diah Kristanti, diplomat muda KBRI Canberra yang juga berasal dari Jogja, memaparkannya secara atraktif.
"Anda tidak perlu jauh-jauh ke Inggris untuk melihat Istana Buckingham. Datang saja ke Yogyakarta. Kraton Jogja dan tradisi khas masyarakat Jogja, termasuk Grebek Suro, sangat menarik dikunjungi," ujar diplomat jebolan Universitas St Andrews, Scotlandia ini.
Menurut Lindy Ross, wanita Canberra yang saat ini menjabat sebagai Ketua Womens International Club (WIC) di ibu kota Australia ini, usai menghadiri acara di KBRI yang disebutnya sangat informatif ini, dirinya akan mengajak suaminya berlibur ke Jogja.
"Jogja akan menjadi tujuan berlibur saya selanjutnya. Kotanya punya banyak kekhasan dan nyaman karena tidak terlalu padat. Tidak jauh beda dengan Kota Canberra. Saya juga ingin kembali mencicipi Gudeg Jogja," imbuhnya.
Promosi tentang Yogyakarta ini dimaksudkan untuk lebih mendorong lebih banyak publik Australia berkunjung ke Indonesia.
Saat ini, Indonesia menjadi destinasi terfavorit di luar negeri bagi pelancong dari Australia setelah Selandia Baru. Tahun lalu sekitar 1,3 juta turis Australia mengunjungi berbagai tempat pariwisata di Indonesia.