Liputan6.com, Nairobi - Sekelompok militan menyerang sebuah pangkalan militer Somalia dan kantor polisi di dekat perbatasan Kenya. Pihak berwenang mengatakan, delapan tentara meninggal dunia.
"Militan Al-Shabab menyerang pangkalan di Kota Beled Hawa dengan kendaraan yang bermuatan bahan peledak, kemudian menyerbu sambil berjalan kaki," jelas Mohamud Hayd Osman, juru bicara Militer Somalia, seperti dikutip dari BBC pada Senin (11/9/2017)
Al-Shabab mengklaim telah membunuh 30 tentara dalam serangan tabrak lari tersebut.
Advertisement
"Militan juga meledakkan kantor polisi dan sebuah tiang telepon, sebelum mundur," kata Osman.
Menurut laporan reporter BBC Somalia, Bashkas Jugsodaay dari Nairobi, serangan tersebut menunjukkan bahwa Al-Shabab merupakan kelompok yang berbahaya. Meski, mereka telah kehilangan wilayah kekuasaan dan beberapa komandan utamanya terbunuh dalam serangan udara AS.
Sebelumnya, pada Januari, Al-Shabab mengatakan telah membunuh 50 tentara Kenya dalam sebuah serangan di pangkalan di Kota Kolbiyow, Somalia selatan.
Kelompok Al-Shabab kerap melakukan serentetan serangan di Somalia dan Kenya, sejak melancarkan pemberontakan lebih dari satu dekade yang lalu.
Tentara Kenya adalah bagian dari pasukan di Somalia.
Uni Afrika memiliki kekuatan 18.000 tentara yang membantu pemerintah Somalia yang didukung PBB menangani militan Al-Shabab.
Bantuan AS
Amerika Serikat mengirimkan sejumlah pasukannya ke Somalia untuk membantu tentara nasional negara itu melakukan operasi keamanan dalam jangka waktu yang tidak ditentukan.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh juru bicara militer AS sekaligus menandai kembalinya pasukan AS ke Somalia untuk pertama kalinya sejak 1993.
Saat itu, 18 pasukan khusus AS tewas dalam pertempuran melawan kelompok bersenjata di Mogadishu -- kelak peristiwa tersebut diadopsi ke sebuah film berjudul Black Hawk Down.
Samantha Reho, jubir untuk Komando AS di Afrika yang berpusat di Jerman, mengatakan, pasukan dari Divisi Lintas Udara 101, sebuah unit infanteri ringan dalam serangan udara, memiliki tugas utama untuk melatih dan melengkapi pasukan Somalia demi memerangi al-Shabab. Kelompok bersenjata itu kerap melancarkan teror untuk menggulingkan pemerintahan yang sah.
"Untuk masalah keamanan operasional, kami tidak akan menjelaskan secara spesifik atau berspekulasi tentang potensi kegiatan atau operasi," ujar Reho kepada kantor berita AFP yang dikutip Al Jazeera, 16 April 2017.
Ia menolak menyebutkan berapa persisnya jumlah pasukan AS yang dikirimkan ke Somalia.
Dalam beberapa tahun terakhir, AS telah mengirimkan sejumlah kecil pasukan operasi khusus dan penasihat kontra-teror ke Somalia. Belum lama ini, Presiden Donald Trump setuju untuk memperluas peran militernya di negara pimpinan Presiden Mohamed Abdullahi Mohamed itu.
Pemerintah pusat Somalia saat ini masih disangga oleh bantuan masyarakat internasional dan 22.000 pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika setelah nyaris selama tiga dekade negara itu dilanda perang saudara.
Kelompok militan Al-Shabab berhasil diusir dari Mogadishu oleh pasukan Uni Afrika pada 2011. Namun, teror terus mereka lancarkan untuk merebut sejumlah wilayah di bagian selatan dan tengah Somalia.
Advertisement