Sukses

Korut Terus Kembangkan Program Nuklir

Para ahli juga telah terkejut pada kecanggihan dari pabrik pengayaan uranium dan reaktor air ringan di kompleks nuklir utama Korut, yang ditunjukkan seorang ilmuwan AS awal bulan ini.

Liputan6.com, Seoul: Secara diam-diam, Korea Utara merinci pertama kalinya untuk terus mengembangkan program nuklirnya pada Selasa (30/11). Korut juga menyatakan sebanyak ribuan sentrifugal aktif dalam program nuklir itu. Pengembangan ini karena tekanan yang dibangun di Cina, untuk mengendalikan sekutu di tengah ketegangan di Semenanjung Korea.

Seperti dilansir Associated Press, pemberitahuan program nuklir Pyongyang yang mengenai pengayaan uranium ini juga memberikan rute kedua untuk membuat bom nuklir. Kabar ini muncul seminggu setelah Korut melancarkan serangan artileri ke sebuah pulau milik Korea Selatan di Laut Kuning, sehingga menewaskan empat orang termasuk dua warga sipil [baca: Korea Utara Serang Korea Selatan].

Para ahli juga telah terkejut pada kecanggihan dari pabrik pengayaan uranium dan reaktor air ringan di kompleks nuklir utama Korut. Seperti ditunjukkan seorang ilmuwan Amerika Serikat, awal bulan ini [baca: Korsel: Korut Buat Bom Nuklir Skala Kecil].

"Saat ini pembangunan reaktor air ringan yang sedang berlangsung aktif dan pengayaan uranium pabrik modern sudah dilengkapi dengan beberapa ribu sentrifugal, untuk mengamankan pasokan bahan bakar, sedang beroperasi," demikian yang dilaporkan surat kabar Rodong Sinmun.

"Proyek-proyek pengembangan energi nuklir ini akan menjadi lebih aktif untuk tujuan damai di masa depan," tambah harian itu seperti dikutip kantor berita resmi KCNA.

Korea Utara telah melakukan dua tes nuklir terbaru dan diyakini memiliki bahan fisil yang cukup dari program berbasis plutonium untuk pembuatan antara enam dan 12 bom. Tidak mungkin untuk memverifikasi program pengayaan uranium Korut, yang pertama kali diumumkan tahun lalu, sehingga membuat pengawas internasional diusir dari Korut pada tahun silam. Namun, Washington mengatakan sejak 2002 itu diduga Pyongyang telah memulai program seperti itu.(JAY/ANS)