Sukses

Demi Emas, Penambang Ilegal Bantai Penduduk Asli Amazon

Polisi federal dan jaksa tengah menginvestigasi pembunuhan suku terasing Amazon yang tinggal di perbatasan Peru dan Kolombia.

Liputan6.com, Brasil - Jika Anda melakukan kejahatan, maka adalah tindakan bodoh untuk membanggakannya di di depan banyak orang. Namun, itulah yang dilakukan pasangan penambang ilegal di Brasil. Keduanya berkoar-koar di bar, mengumuman tindakan keji yang mereka lakukan dengan suku terasing yang tersisa di muka Bumi.

Jaksa penuntut umum Brasil sedang melakukan investigasi, menyusul laporan dari publik yang mengatakan, dua penambang ilegal emas di Sungai Amazon membunuh 10 hingga 20 orang anggota suku terasing. Kini kedua pelaku harus mendekam di penjara.

Dikutip dari The News.com.au, Selasa (12/9/2017) polisi federal dan jaksa penuntut umum kini tengah menginvestigasi pembunuhan suku terasing itu yang tinggal di perbatasan Peru dan Kolombia.

Penyelidikan tersebut dilakukan setelah para penambang emas membual tentang pembunuhan di sebuah bar. Para penambang tersebut dilaporkan mengacungkan dayung buatan tangan yang mereka klaim diambil dari suku pedalaman.

Leila Silvia Burger Sotto-Maior, yang bekerja untuk sebuah lembaga di Brasil untuk urusan pribumi dan merupakan koordinator departemen untuk suku-suku terasing, baru-baru ini dihubungi terkait dengan kasus ini. 

Pihaknya mengajukan gugatan ke kantor kejaksaan setelah mengetahui tentang pria yang membual melakukan pembunuhan tersebut saat pesta menenggak alkohol

"Itu adalah pembicaraan di bar yang kejam," kata Sotto-Maior kepada The New York Times.

"Mereka bahkan membual tentang memotong mayat dan melemparkannya ke sungai," lanjutnya.

Pembantaian tersebut diduga terjadi bulan lalu. "Para penambang tersebut mengklaim, mereka harus membunuh orang-orang suku terasing itu atau dibunuh," jelas Sotto-Maior.

Penyidik mengatakan, jasad anggota suku itu dimutilasi lalu dibuang di sungai. "Ada banyak petunjuk, tapi masih perlu dibuktikan," tambahnya lagi.

Penambang liar merupakan salah satu ancaman paling mendesak bagi masyarakat yang tidak terkontaminasi di Amazon dan telah dipersalahkan karena mengenalkan penyakit baru serta mencemari sungai dan hutan.

Tahun lalu pemerintah Peru mengumumkan sebuah keadaan darurat karena kontaminasi merkuri yang disebabkan oleh penambangan emas ilegal di Amazon.

Fiona Watson, Direktur Kampanye di Survival International, sebuah kelompok hak ulayat global yang didedikasikan untuk melindungi hak-hak masyarakat adat suku tertutup mengatakan, butuh perlindungan bagi suku-suku itu. 

"Belum lama ini, banyak yang menolak adanya suku-suku yang tidak terkontaminasi dan mengklaim bahwa mereka dapat mengklaim tanah mereka dengan kekebalan hukum," kata Fiona Watson, Direktur Kampanye di Survival International, kepada News.com.au pada Desember lalu.

Perkampungan Yanomami dibentuk dengan tujuan untuk menjaga keamanan penduduk suku anak dalam yang berada di Amazon, Brasil (News.com.au)

"Kami memberi masyarakat suku asli keterampilan menggunakan sarana untuk berbicara dengan dunia, dan meningkatkan kesadaran akan krisis kemanusiaan yang mendesak dan mengerikan ini," lanjut Watson yang organisasinya bergerak untuk melindungi hak ulayat masyarakat adat.

Menurut Survival International, mengingat suku Amazon yang tidak terkontaminasi itu berjumlah kecil, insiden pembunuhan tersebut bisa mengakhiri sejarah kelompok etnis terpencil yang nyaris musnah itu.

"Jika 10 suku asli dikonfirmasi terbunuh, itu bisa mewakili 20 persen populasi suku tersebut."

Presiden Brasil Diduga Juga Membantai Suku Pedalaman 

Tak hanya para penambang ilegal yang harus berhadapan dengan hukum, Presiden Brasil Michel Temer pun demikian.

Presiden yang kini mendapat sorotan atas tuduhan korupsi mendapat kecaman atas dugaan pembantaian dan laporan pembunuhan pribumi lainnya di Brasil tahun ini.

Jaksa juga menyelidiki keluhan lain tentang dugaan pembunuhan penduduk asli dari suku Warikama Djapar yang terisolasi. Serangan tersebut diduga terjadi di bulan Mei namun belum dikonfirmasi.

"Jika laporan ini dikonfirmasi, Presiden Temer dan pemerintahnya menanggung tanggung jawab besar atas serangan genosida ini," kata Direktur Internasional Survival Stephen Corry dalam sebuah pernyataan.

"Semua suku ini seharusnya memiliki tanah mereka, diakui dan dilindungi dengan benar. Dukungan pemerintah agar mereka membuka wilayah adat benar-benar memalukan," lanjut Corry.

Pemerintahan Presiden Temer telah menghadapi kritik internasional setelah mengabaikan isu lingkungan dan hak-hak masyarakat adat di tengah krisis ekonomi. Beberapa kelompok pemerintah yang bertugas melindungi wilayah pribumi yang tidak terkontaminasi akhir-akhir ini mengeluh karena dana mereka yang dipotong oleh pemerintah Brasil. Bahkan beberapa lembaga terkait hak ulayat harus ditutup.

 

 

2 dari 2 halaman

Penampakan 'Suku Tak Terjamah' di Pedalaman Amazon

Pada November 2016, foto-foto dari udara di atas Amazon menemukan hal yang menarik. Tim foto melihat penampakan pertama suku terpencil yang masih belum 'terjamah'.

Gambar tersebut menguak adanya peradaban penduduk asli di wilayah terpencil di utara Brasil, Yanomami, yang menurut ahli bisa 'punah' kapan saja. Desa yang diperkirakan dihuni oleh 100 penduduk itu berada tak jauh dari perbatasan Venezuela. Mereka digambarkan memiliki adat yang terlihat seperti suku 'yano' Yanomami.

Menurut kelompok advokasi suku, Survival International, mereka membangun rumah membentuk lingkaran. Setiap sisi persegi bangunan tempat tinggal dihuni keluarga yang berbeda.

Mereka digambarkan bergelayut di hammock, membuat api unggun dan menyimpan bahan makanan.

Suku ini merupakan kelompok penduduk asli 'tak tersentuh' jauh dari peradaban modern (News.com.au)

Organisasi itu memperingatkan, bahwa suku pedalaman tersebut berada dalam bahaya, akibat 5.000 penambang emas liar yang berada di wilayah tersebut.

"Penambang menyebarkan penyakit seperti malaria di wilayah tersebut dan mengotori sumber makanan dan air Yanomami dengan air raksa. Hal ini bisa menimbulkan masalah kesehatan yang serius," kata Survival International melalui keterangan tertulisnya.

Penyakit yang dibawa dari luar seperti flu dan campak juga bisa sangat berbahaya bagi penduduk asli yang tinggal di wilayah terpencil itu.

Suku pedalaman Amazon tersebut memiliki pengetahuan mengenai tumbuh-tumbuhan yang sangat luas. Mereka menggunakan sekitar 500 tanaman sebagai bahan makanan, obat-obatan, dan membangun rumah.

Anggota suku terpencil tersebut menghidupi keluarganya dengan cara berburu, mengumpulkan makanan, dan memancing.

Tidak hanya itu, mereka juga bercocok tanam seperti menumbuhkan ubi kayu dan pisang, yang ditanam di dalam kebun hutan yang bersih.

"Gambar menakjubkan ini merupakan bukti lebih lanjut mengenai keberadaan suku terasing dari peradaban modern. Mereka tidak brutal tapi lebih kompleks dan merupakan bagian dari masyarakat kontemporer yang haknya harus dihormati," kata Direktur Survival International, Stephen Corry melalui keterangan tertulisnya.

Corry juga menyatakan bahwa komunitas itu dapat hidup dengan baik tanpa adanya 'kemajuan' dan 'perkembangan'.Menurut Survival International, penemuan suku terpencil tersebut memberitahukan bahwa mereka tak ingin diganggu dan 'sengaja' mengasingkan diri dari Yanomami lainnya.

Sekitar 22 ribu Yanomami hidup di daerah perbatasan Brasil dengan Venezuela, dan setidaknya 3 kelompok belum terjamah dengan 'dunia luar'.

"Kami memperkirakan ada sekitar 100 suku terasing di seluruh dunia, kebanyakan dari mereka berasal di Amerika Selatan, Amazon," ujar juru bicara Survival International.

Video Terkini