Liputan6.com, Washington - Penembakan kembali terjadi di Amerika Serikat. Seorang siswa tewas dan tiga murid lainnya cedera akibat remaja pria menghujani peluru. Pelaku melakukan aksinya karena latar belakangnya sebagai korban bullying atau intimidasi di sebuah sekolah di Negara Bagian Washington, AS.Â
Kasus penembakan di AS tersebut terjadi di SMA Freeman di Rockford, Washington, pada Rabu 13 September 2014 tak lama setelah pukul 10.00 waktu setempat.
Baca Juga
Seperti diberitakan Daily Mail yang dikutip Kamis (14/9/2017), remaja pria bersenjata itu melepaskan tembakan di lorong, mengarahkan dua senjata pada siswa dan staf sekolah. Salah satu senjata macet, tapi dia berhasil menggunakan yang satunya untuk menembak.
Advertisement
"Korban tewas akibat akibat mencoba mengajak remaja bersenjata tersebut untuk tak menyerang," kata polisi.
Tak lama kemudian, staf sekolah berhasil membekuk remaja bersenjata tersebut dan polisi segera menangkapnya. Saat ini si penembak yang diidentifikasi berusia di bawah 18 tahun berada di pusat penahanan remaja dan sedang diinterogasi.
Sementara itu, tiga remaja lain yang terluka dibawa ke Sacred Heart Medical Center dan Children's Hospital. Ketiganya dalam kondisi stabil. Seseorang membutuhkan operasi tapi dokter mengatakan seluruh korban cedera tak mengalami luka membahayakan jiwa.
Sejauh ini belum ada korban cedera yang dipulangkan.
Sheriff Spokane County, Ozzie Knezovich mengatakan bahwa remaja bersenjata itu merupakan korban bullying yang terpicu kemarahannya.
"Itu seperti kasus tipe bullying," kata Knezovich pada Rabu siang.
Knezovich membenarkan bahwa anak laki-laki yang meninggal itu berusaha menghentikan aksi si remaja bersenjata.
"Sepertinya dia berjalan ke arahnya dan mencoba membujuknya..."
Menurut keterangan murid-murid lain, beberapa hari sebelum penembakan, si pelaku berbicara telah menonton film dokumenter bertema penembakan di sekolah lain.
Penembakan di Sekolah
Kasus penembakan di sekolah juga pernah terjadi di Prancis. Peringatan teror bahkan dikeluarkan pemerintah setempat pada Kamis, 16 Maret 2017, pasca-insiden di sebuah sekolah di Kota Grasse.
Kabar mengejutkan tersebut disebarluaskan lewat aplikasi khusus di ponsel.
Laporan menyebut, tersangka yang memiliki sejumlah senjata melepaskan tembakan di SMU Alexis de Tocqueville. Sejumlah orang terluka karenanya, termasuk sang kepala sekolah.
Christian Estrosi, pemimpin wilayah Provence-Alpes-Cote d'Azur, kepada France Info mengatakan, luka yang dialami kepala sekolah tak sampai membahayakan nyawa.
Pemerintah setempat juga mengeluarkan peringatan lewat Twitter, meminta penduduk untuk tetap berada di dalam rumah.
Sumber polisi, seperti dikutip dari France24 mengatakan, masih terlalu dini untuk menyebut itu adalah serangan teror. Seorang pelaku telah diamankan aparat.
Pelaku diduga adalah murid sekolah berusia 17 tahun. Ia mempersenjatai diri dengan dua revolver, sebuah senapan berburu, dan granat.
Diduga, ia melakukan pencarian tentang pembunuhan massal sebelum pembunuhan. Sementara, partner jahatnya langsung kabur setelah penembakan.
"Panik terjadi dan para murid kabur menyelamatkan diri di supermarket terdekat," kata saksi mata.
Murid lain mengatakan, setelah mendengar suara letusan, ia berlindung di bawah meja.
"Aku kemudian mendekati jendela dan melihat seorang pria yang menatap mataku," kata saksi yang tak disebut namanya itu.
"Ia terlihat seperti seorang murid dan badannya tak terlalu besar. Kemudian, pelaku menembakkan peluru ke atas dan kabur."
Mendengar kabar tersebut, Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve segera memperpendek masa kunjungannya di area Somme.
Apalagi sebelumnya terjadi ledakan bom surat di kantor Badan Moneter Internasional (IMF) di Paris, Prancis.
Advertisement