Sukses

Detik-Detik Robot Promobot Sapa dan Jabat Tangan Vladimir Putin

Sebuah robot seukuran manusia bermata besar yang memiliki tiga jari ini menarik perhatian Putin sehingga ia menghampiri robot tersebut.

Liputan6.com, Perm - Sebuah robot seukuran manusia, bermata besar dan memiliki tiga jari menarik perhatian Presiden Rusia Vladimir Putin, sehingga ia pun menghampirinya.

Seperti dikutip dari laman RBTH Indonesia, Jumat (15/9/2017), unit buatan Rusia bernama Promobot itu lantas mengejutkan orang nomor satu di Negeri Beruang Merah itu dengan aksi perkenalan.

"Halo, Vladimir Vladimirovich Putin, saya Promobot," kata sebuah robot kepada Putin di sebuah pameran teknologi informasi di Kota Perm.

Saat para perancang robot itu memberikan presentasi tentang ide mereka, tiba-tiba Promobot berkedip, menatap sang presiden dan berkata, "Halo, Vladimir Vladimirovich Putin, saya Promobot," katanya sambil mengulurkan tangannya. Putin pun membalas jabatan tangan tersebut.

Robot yang populer dan menjadi berita utama dunia selama beberapa tahun terakhir ini dengan antusias mengenalkan dirinya kepada presiden Rusia, yang tengah tur di pameran teknologi informasi di Kota Perm -- yang sedang berlomba menjadi 'Silicon Valley' di negara tersebut.

Saksikan videonya berikut ini:

Promobot yang digunakan sebagai pemandu, asisten bank, bahkan salesman di berbagai tempat di seluruh Rusia tak hanya dapat menyimpan database dari klien biasa, tapi juga tokoh masyarakat terkemuka.

Robot ini bisa mengenali siapa yang mengajaknya bicara. Ia juga bisa menyesuaikan pembicaraan, menawarkan bantuan, atau sekadar bercakap-cakap.

Robot ini sengaja dirancang menyerupai tokoh robot android dari film-film populer, seperti C-3PO dari Star Wars, JARVIS dari Iron Man, dan VGC-60L dari Robot & Frank.

Perancang robot ini mengatakan bahwa mereka telah menjual robot tersebut senilai $US20 ribu atau lebih ke seluruh dunia.

Dalam pidatonya di Perm kepada para pelaku bisnis rintisan setempat, Putin mendorong mereka untuk mengembangkan lebih banyak teknologi di Rusia, terutama dalam hal-hal yang sensitif, seperti teknologi keamanan.

Ia yakin bahwa sesuatu yang berkaitan dengan internet akan menjadi inovasi praktis yang utama di tahun-tahun mendatang.

2 dari 2 halaman

Rusia Juga Kembangkan Soratnik, Mesin Tempur Serupa Terminator

Kalashnikov Concern, perusahaan pembuat senjata asal Rusia, mengklaim telah membuat robot seberat tujuh ton yang disebut 'Soratnik'. Robot itu dirancang untuk membantu operasi militer.

Soratnik beroperasi menggunakan roda rantai dan dilapisi baja tebal seperti tank. Kombinasi bahan itu dipilih agar robot tersebut mampu lebih mudah melintasi medan yang kasar serta menangkis serangan artileri dan granat.

Dengan ukuran kecil dan menggunakan sistem tak berawak, Soratnik dapat dilengkapi dengan banyak jenis senjata, mulai dari meriam 7,62 milimeter hingga senapan mesin 12,7 milimeter.

Kalashnikov Concern juga berencana untuk melengkapi dengan senapan tempur jet 30 milimeter dan misil anti-pesawat.

Robot itu dapat bekerja sama dengan pesawat tak berawak (drone) untuk terbang di atas medan perang serta dikontrol oleh operator dari bunker atau tempat yang lebih aman.

Perangkat lunak Soratnik menggunakan artificial intelligence (kecerdasan buatan) dan mampu bekerja di tiga mode berbeda. Mode pertama dengan operator yang mampu mengendalikan mesin metal ini dari jarak hingga 10 kilometer.

Mode kedua adalah mode semi-otomatis, namun informasi mengenai ini masih dirahasiakan. Analis militer Izvestia Alexei Ramm mengatakan bahwa robot itu dapat mencari dan memangsa target secara mandiri, serta membedakan kawan dan lawan.

Robot itu juga dapat menyimpan informasi mengenai target. Berdasarkan data yang tersimpan, operator dapat memberitahu robot apakah harus menyerang atau tidak.

Yang ketiga, sepenuhnya otomatis. Soratnik dapat bekerja secara mandiri, seperti Terminator.

"Ini hal paling menarik karena para pakar dan pejabat militer di seluruh dunia belum siap membuat mesin yang membuat keputusan yang sepenuhnya mandiri. Terlepas dari fakta bahwa memberikan robot kebebasan total di medan perang membutuhkan berbagai macam peraturan, masih belum jelas bagaimana membuat robot ini mampu membedakan yang mana target atau masyarakat sipil," kata Ramm menambahkan.