Liputan6.com, Budapest - Hari itu, 17 September 2006, sebuah rekaman yang berisi pernyataan sensitif Perdana Menteri Hungaria Ferenc Gyurcsany tersebar ke publik. Isi rekamannya membuat rakyat Hungaria geram, hingga berbuntut demonstrasi besar-besaran.
Rekaman Gyurcsany dalam pertemuannya dengan anggota dewan dari partai yang mengusung si perdana menteri, Partai Sosialis, disiarkan di hampir seluruh radio penjuru negara. Inti dari pernyataan rekamannya adalah, selama ini PM Gyurcsany menyatakan kebohongan ke publik terkait kondisi keuangan negara dalam 18 bulan terakhir masa pemerintahannya.
Baca Juga
Pertemuan Gyurcsany dengan anggota dewan dari partainya itu dilakukan pada 26 Mei 2006, sebulan setelah ia menang pemilu dan terpilih kembali sebagai Perdana Menteri. Kebohongan ini dilakukan Gyurcsany agar ia bisa meraih hati publik demi menduduki kembali posisi kepala pemerintahan Hungaria. Kemudian rekamannya tersebar sekitar 3 bulan kemudian.
Advertisement
"Tidak ada pilihan lagi. Tidak ada. Karena kondisi kita sudah kacau. Tidak ada negara Eropa yang melakukan sesuatu seperti ini," ujar Gyurcsany dalam rekaman yang tersebar, seperti dimuat BBC.
"Faktanya, kita memang telah berbohong, dalam satu setengah tahun terakhir, atau dua tahun. Jelas, kita memang tidak mengatakan yang sebenarnya. Karena tidak ada lagi yang bisa kita banggakan dalam pemerintahan."
Masih dalam rekaman tersebut, Gyurcsany mengucapkan terima kasih kepada anggota dewan yang selama ini membantunya agar pemerintahan terlihat berjalan lancar. "Atas melimpahnya dana dan trik yang kita lakukan. Kita berbohong siang dan malam," kata Gyurcsany.
Menindaklanjuti tersebarnya rekaman tersebut, PM Gyurcsany memberikan klarifikasinya dalam siaran televisi. Kata dia, kebohongan yang dimaksud adalah apa yang telah dilakukan politisi kepada publik.
"Dan kita harus menghentikan banjir kebohongan yang telah terjadi selama bertahun-tahun ini," ujar dia.
Namun klarifikasi itu tak serta merta menghapus kekecewaan rakyat. Puluhan ribu orang turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi besar-besaran, pada 18 September dan 20 September 2006. Mereka menuntut agar PM Gyurcsany mengundurkan diri. Warga menduduki gedung televisi pemerintah yang terletak di jantung kota Budapest.
Pada demonstran juga berbondong-bondong memadati halaman Gedung Parlemen, dan melakukan long march ke alun-alun kota yang tak jauh dari stasiun radio pemerintah. Demo berbuntut kerusuhan itu menyebabkan lebih dari 150 orang terluka.
Sementara itu, PM Gyurcsany menegaskan bahwa dirinya tak akan mengundurkan diri dari jabatannya. Pada akhirnya ketegangan berakhir, dan Gyurcsany melanjutkan pemerintahannya hingga tahun 2009.
Sejarah lain mencatat pada 17 September 1945 - PMI (Palang Merah Indonesia) didirikan dengan ketua Drs. M. Hatta. Kemudian 17 September 2009, gembong teroris indonesia yang paling dicari Noordin Muhammad Top tewas dalam perburuan yang dilakukan tim Polri.