Liputan6.com, Jakarta - Nasib nahas menimpa Sekjen PBB Dag Hammarskjöld. Diplomat asal Swedia itu tewas akibat kecelakaan pesawat di kota Ndola, Rhodesia, Afrika. Jenazahnya ditemukan sehari kemudian, yakni pada 18 September 1961.
Hammarskjöld meninggal dalam perjalanan dinas untuk pembicaraan perdamaian antara PBB dengan pasukan pemberontak di Kongo. Selain Sekjen PBB, 12 orang diplomat lainnya tewas. Hanya satu orang yang selamat, yakni pejabat PBB dari Amerika Serikat Sersan Harold Julian.
Baca Juga
Menurut Julian, ia meminta agar pesawat mengubah arah untuk menuju destinasi lainnya. Pesawat terbang lancar di tengah perjalanan. Namun sesaat sebelum mendarat, terjadi ledakan di badan pesawat, diikuti sejumlah ledakan lainnya. Pesawat jatuh, menabrak pohon, dan menghujam daratan.
Advertisement
Petugas pengatur lalu lintas udara mengatakan, pihaknya sempat berkomunikasi dengan pilot yang meminta izin untuk melakukan pendaratan di Ndola. Namun menurut petugas, pesawat belok arah ke utara sesaat sebelum hilang kontak.
Sekjen PBB Hammarskjold sebelumnya mengunjungi Leopoldville, Ibu Kota Kongo, untuk membicarakan bantuan dari PBB atas konflik yang terjadi di negara tersebut. Ia naik pesawat Douglas DC-6 untuk terbang ke Ndola menemui Gubernur Provinsi Katanga, Moise Tshombe. Tim pejabat PBB memutuskan terbang naik pesawat pada malam hari untuk menghindari tembakan rudal nyasar.
Ungkapan simpati dan duka cita disampaikan para pemimpin dunia. Presiden Amerika Serikat John F Kennedy menilai Hammarskjold merupakan salah satu "mutiara" dalam sejarah perdamaian dunia. Perdana Menteri Inggris mengatakan, "dunia kehilangan sosok pejabat yang sangat tulus mengabdi demi perdamaian dunia."
Posisi Hammarskjöld sebagai Sekjen PBB kemudian digantikan U Thant dari Burma --kini Myanmar-- yang menjabat hingga tahun 1972.
Hammarskjöld dilahirkan di kota Jonkoping, Swedia. Namun, ia tumbuh dan menghabiskan masa mudanya di Uppsala, tempat ayahnya menjabat sebagai Gubernur Kaunti.
Ia menjadi Dosen Senior Ilmu Ekonomi pada 1933, Wakil Sekretaris dalam Kementerian Keuangan selama 10 tahun. Hammarskjöld juga pernah menjabat sebagai Ketua Delegasi Swedia ke perundingan OECD antara 1947-48, Wakil Sekretaris Tetap di Kementerian Luar Negeri antara 1949-51 dan kemudian bergabung dengan pemerintahan sebagai menteri negara non-politik dengan kisaran isu internasional yang luas.
Pada April 1953, Hammarskjöld diangkat sebagai Sekjen PBB.
Selama masa jabatannya, Hammarskjöld berhasil memperbaiki konsekuensi 3 krisis dunia: krisis Suez pada 1956, dan dalam konflik di Lebanon dan Laos. Saat perang saudara pecah di Kongo, Hammarskjöld membantu meminta pasukan PBB dikirim ke daerah itu dan secara pribadi ia mencoba menengahi mereka yang bertikai.
Secara anumerta Hammarskjöld dianugerahi Penghargaan Perdamaian Nobel pada 1961. Hammarskjöld juga memiliki kepribadian budaya yang kuat. Ia diakui sebagai penulis, penerjemah, dan salah satu dari 18 anggota Akademi Swedia.
Sejarah lain mencatat pada 18 September 1906, angin topan dan tsunami meluluhlantakkan Hong Kong, mengakibatkan sekitar 10 ribu orang tewas hanya dalam waktu dua jam.
Kejadian lain pada 18 September 1974, Badai Fifi dengan kecepatan 110 meter per jam menewaskan 5.000 orang di Honduras.