Liputan6.com, Havana - Pemerintah AS tengah mempertimbangkan untuk menutup kedutaan besarnya di Kuba, setelah staf diplomatik melaporkan masalah kesehatan yang oleh Washington disebutkan akibat serangan sonik nan misterius.
Dikutip dari BBC, Senin (18/9/2017), Sekretaris Negara, Rex Tillerson mengatakan bahwa keputusan penutupan misi diplomatik di Kuba tengah dalam proses evaluasi.
Baca Juga
Sejauh ini lebih dari 20 staf mengalami kondisi mulai dari trauma otak ringan dan gangguan pendengaran hingga pusing serta mual. Pejabat AS meyakini beberapa jenis perangkat digunakan untuk melemahkan kesehatan mereka.
Advertisement
Kendati demikian pihak Kuba membantah terlibat dalam kasus serangan sonik tersebut.
Setidaknya dua warga Kanada juga dilaporkan terkena gejala serupa.
"Ini adalah masalah yang sangat serius sehubungan dengan kerugian yang dialami orang-orang tertentu," kata Tillerson kepada CBS.
Meskipun sudah ada investigasi yang melibatkan FBI, Polisi Mount Kanada dan pihak berwenang Kuba hingga kini masih belum memberikan penjelasan lengkap mengenai penyebab insiden yang terjadi sejak akhir 2016.
Presiden Raul Castro dilaporkan memberikan penjelasan kepada pihak berwenang AS di Havana bahwa Kuba tidak berada di balik serangan tersebut.
AS membuka kembali kedutaan besarnya di Havana pada 2015. Langkah tersebut dilakukan setelah puluhan tahun hubungan antara kedua negara menegang.
Pada 2016 lalu, Presiden Barack Obama menjadi presiden AS pertama yang
mengunjungi Kuba sejak Calvin Coolidge yang terjadi 1928. Sementara Juni lalu, Donald Trump mengumumkan sebagian penarikan kebijakan Kuba Obama, namun mengatakan bahwa dia tidak akan menutup kedutaan AS di Havana.
Belum Terpecahkan
Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Heather Nauert mengatakan di tengah isu serangan sonik itu pihak Kedubes Amerika di Havana tetap "beroperasi secara penuh".
Pada Juni lalu, lima diplomat Kanada serta anggota keluarga mereka melaporkan gejala yang konsisten terkait dengan serangan tersebut. Hal ini memicu dugaan bahwa di tengah proses penyelidikan terjadi serangan kedua.
"Kami mengetahui gejala tidak biasa yang memengaruhi personel diplomatik Kanada dan AS serta keluarga mereka di Havana," terang Juru Bicara Departemen Urusan Global Kanada Brianne Maxwell dalam sebuah pernyataan pada awal Agustus.
Ditambahkannya, "Pemerintah bekerja secara aktif -- termasuk dengan otoritas AS dan Kuba -- untuk memastikan penyebabnya".
Menurut sejumlah pejabat AS yang enggan menyebut nama, dalam beberapa serangan, sebuah senjata sonik canggih ditempatkan di dalam atau di luar tempat tinggal para diplomat. Senjata tersebut memicu mual, sakit kepala, dan gangguan pendengaran.
"Serangan lainnya membuat suara yang sangat memekakkan telinga serupa dengungan yang disebabkan serangga atau logam yang digoreskan ke lantai. Namun, sumber suaranya tidak dapat diidentifikasi," kata sejumlah pejabat AS.
Advertisement