Liputan6.com, Moskow - Pada 26 September 1983, tak banyak orang yang tahu bahwa nyaris terjadi Perang Nuklir antara AS dan Rusia. Namun berkat Stanislav Petrov, seorang ahli teknologi informasi yang bertugas jaga malam itu, dunia selamat dari peperangan.Â
Dikutip dari New York Times, pada Selasa (19/9/2017), sang penyelamat itu kini dikabarkan tutup usia. Petrov meninggal dalam usia 77 tahun.Â
Baca Juga
Kisah penyelamatan dunia dari Perang Nuklir oleh Stanislav Petrov berawal pada 26 September 1983 subuh. Kala itu sistem peringatan dini milik Uni Soviet mendeteksi serangan rudal dari Amerika Serikat. Tampilan data di komputer menunjukkan, sejumlah rudal telah diluncurkan. Sesuai protokol, Uni Soviet akan membalasnya dengan serangan nulkir.
Advertisement
Namun, Stanislav Petrov -- yang kala itu bertugas mendata apa yang nampak sebagai peluncuran rudal musuh -- memutuskan untuk tidak melapor ke atasannya. Ia menganggapnya sebagai alarm palsu (false alarm).
Apa yang dilakukan Petrov di satu sisi adalah pelanggaran atas instruksi atasannya, sebuah kelalaian tugas. Namun, keputusannya terbukti telah menyelamatkan dunia.
"Saya punya seluruh data yang menyebut bahwa akan ada serangan misil. Jika saya menyerahkan laporan ke atasan saya, tak akan ada yang menentangnya," kata Stanislav Petrov seperti dimuat BBC, 26 September 2013.
Namun, Petrov curiga itu adalah kesalahan komputer. Karena jika ia percaya itu adalah serangan nuklir, AS seharusnya akan ada ratusan peluncuran misil yang simultan.
"Memang, yang harusnya saya lakukan adalah meraih telepon dan menghubungi komandan. Tapi saya tak bisa bergerak, seperti duduk di atas penggorengan panas," ujarnya kepada BBC.
Petrov akhirnya memutuskan melaporkan kepada markas besar tentara Soviet bahwa ada sistem yang rusak.
"Dua puluh tiga menit kemudian, saya sadar tak ada yang terjadi. Jika itu benar ada serangan, jelas saya tahu. Namun ternyata tidak. Ini membuat saya lega," lanjutnya.
Meski mendapat pujian atas keputusannya, dia juga secara resmi ditegur karena gagal menggambarkan kejadian di buku catatan.
Krisis 'false alarm' itu terjadi pada saat ketegangan antara AS dan Uni Soviet meningkat, yaitu tiga minggu setelah militer Soviet meledakkan penerbangan Korean Air Lines 007, membunuh semua 269 orang di kapal.
Rupanya, keputusan Soviet disebabkan oleh alarm palsu yang disebabkan oleh keselarasan sinar matahari yang langka dengan awan namun terbaca oleh komputer sebagai serangan misil.
Petrov pensiun dengan pangkat letnan kolonel.
Petrov mengakui, ia mendapat teguran atas keputusannya malam itu. Bukan tentang apa yang ia perbuat, melainkan terkait pelanggaran administrasi.
Sejak itu, selama 10 tahun, Petrov bungkam soal kejadian 26 September 1983 yang nyaris jadi Perang Nuklir. "Karena kupikir sangat memalukan bagi militer Soviet jika orang tahu sistemnya telah melakukan kesalahan fatal seperti itu."
Baru setelah Uni Soviet runtuh, kisah Petrov bocor ke pers. Ia pun diganjar banyak penghargaan internasional. Kendati demikian dirinya tak pernah merasa sebagai pahlawan.
Berkat hal tersebut, Petrov pun mendapat sebutan "pria yang menggagalkan Perang Nuklir" oleh Association of World Citizens di markas besar PBB di New York.
"Awalnya ketika orang mulai mengatakan kepada saya bahwa laporan TV ini menyebut saya sebagai pahlawan, saya terkejut," katanya pada RT pada tahun 2010.
"Saya tidak pernah menganggap diri saya sebagai pahlawan - saya benar-benar hanya melakukan pekerjaan saya."
"Itu adalah tugas saya ," kata dia. "Hanya kebetulan, dan untungnya saya yang bertugas malam itu."
Meninggal Pada 19 Mei dalam Kesendirian...
Petrov dilaporkan meninggal pada 19 Mei di rumahnya di sebuah kota kecil Fryazino, dekat Moskow. Di sana ia tinggal sendiri setelah pensiun.
Kabar kematiannya tidak langsung dipublikasikan saat itu, melainkan baru-baru ini dikonfirmasi kepada sang anak, Dmitri.
Kabar kematian yang didapat dari sang anak itu dikonfirmasi oleh Karl Schumacher, seorang aktivis perang yang baru saja mengetahui siapa Petrov sesungguhnya pada 1998. Karl pergi ke Rusia untuk bertemu dengannya dan terus berteman. Demikian seperti dikutip dari New York Times.
Sebab kematian Petrov adalah hypostatic pneumonia.
Putra Seorang Pilot
Stanislav Yevgrafovich Petrov lahir pada 7 September 1939 dekat Vladivostok, Rusia. Ayahnya adalah pilot jet tempur pada Perang Dunia II sementara ibunya seorang perawat.
Petrov kuliah di Kiev Higher Engineering Radio-Technical College milik Angkatan Udara Rusia.
Setelah bergabung dengan Angkatan Udara, kariernya melejit. Ia ditugaskan di bagian sistem peringatan dini untuk serangan di awal 1970an.
Petrov pensiun dari militer tahun 1984. Lalu bekerja sebagai insinyur senior di sebuah institut penelitian yang menciptakan sistem peringatan dini. Namun, ia kembali pensiun untuk merawat istrinya, Raisa yang terkena kanker. Belahan jiwanya itu meninggal pada 1997.
Selain mempunyai anak lelaki bernama Dmitri, Petrov memiliki anak perempuan, Yelena dan dua cucu.Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement