Liputan6.com, Jakarta - Orang yang sedang berada dalam keadaan vegetatif tidak bisa menggerakkan bagian tubuh secara sengaja, bahkan tidak bisa juga menggerakkan mata.
Mereka dianggap benar-benar tidak sadar hingga akhirnya Adrian Owen (sekarang di Western University di London, Kanada) memindai otak manusia yang sedang dalam keadaan vegetatif menggunakan pemindai fMRI sambil meminta mereka membayangkan sedang bermain tennis.
Tim peneliti itu adalah yang pertama membuktikan bahwa sebagian dari orang yang sedang dalam keadaan tak sadar itu sebenarnya ada "di sana" karena pikiran dan kesadaran mereka masih utuh.
Advertisement
Tim Owen dan beberapa tim lainnya sekarang berusaha mengembangkan perangkat portabel pembaca pikiran untuk membantu para pasien dalam keadaan tersebut untuk berkomunikasi.
Baca Juga
Ukuran mesin MRI bisa sebesar sebuah kamar, sehingga perangkat portabel mereka menggunakan EEG, yaitu elektroda yang dipasang pada permukaan kulit kepala dalam bentuk topi.
Perangkat terkini rancangan Owen menggunakan bantalan getar pada setiap lengan, dan orang yang sedang dalam keadaan vegetatif diminta untuk memperhatikan bantalan kiri atau kanan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan 'ya' atau 'tidak'.
Dorongan untuk mengembangkan teknologi pembaca pikiran menarik kalangan di luar ranah klinis sempit. Dalam beberapa tahun belakangan, ada beberapa teknik yang telah dikembangkan untuk mengetahui apa yang orang dengar, baca, atau, hingga tingkat tertentu, pikirkan.
Dikutip dari New Scientist pada Jumat (22/9/2017), berikut ini adalah 5 caranya teknologi tersebut membantu kita:
Â
1. Menguak Suatu Arti
Pada 2012, Joao Correia di Maastricht University, Belanda, bersama-sama rekan-rekannya menemukan cara baru unutk mengetahui apakah mereka bisa mendeteksi kegiatan otak terkait dengan pengertian suatu kata.
Mereka menggunakan para sukarelawan dwibahasa (bilingual) dan merekam kegiatan otak mereka menggunakan pemindai fMRI ketika para peserta mendengarkan nama empat hewan, yaitu kerbau, kuda, hiu, dan bebek dalam Bahasa Inggris.
Para peneliti mendapati adanya pola-pola khas bagi tiap hewan dan mendapati bahwa pola-pola tersebut berulang ketika para sukarelawan mendengar nama hewan-hewan itu dalam bahasa Belanda. Hal demikian mengungkapkan bahwa konsep-konsep atau arti kata-kata telah terdeteksi.
Menurut Correia, suatu hari nanti kita akan bisa mengerti seluruh kalimat saat itu juga (real time).
Â
Advertisement
2. Menguping Suara Hati
Berhati-hatilah dengan siapa yang mendengar. Kegiatan pola otak sekarang ini bisa mengungkap tentang apa suara hati kita. Beberapa neuron tertentu dalam otak menjadi aktif untuk menanggapi kualitas tertentu pada suatu suara, misalnya frekuensi.
Pada 2014, sebuah tim yang dipimpin oleh Brian Pasley dari University of California, Berkeley, mengembangkan suatu algoritma yang dapat menerjemahkan kegiatan neural tersebut untuk mengerti suara-suara yang mendapat tanggapan dari otak kita.
Para peneliti menanyai tujuh orang yang mendapat implan pada otak mereka untuk perawatan epilepsi. Para peserta percobaan diminta membaca teks dari pidato Gettysburg Address sementara kegiatan otak mereka direkam.
Para peneliti kemudian menggunakan algoritma untuk mengerti pola otak mana yang berkait dengan setiap kata.
Mereka kemudian meminta para peserta untuk membaca dalam hati dan berhasil menggunakan algoritma yang sama untuk mendeteksi kata-kata yang sedang dibaca oleh peserta.
Masih perlu waktu untuk membawa algoritma itu menjadi perangkat, tapi para peneliti berharap nantinya mereka mampu 'masuk' ke dalam orang yang secara fisik tidak bisa bicara agar mereka bisa berkomunikasi.
Â
3. Niat dan Kehendak Bebas
Lagi ingin kopi? Bayangkan kalau kita bisa memikirkan itu dan sebuah robot kemudian membuatkan kopi untuk kita. Itulah implikasi dari implan otak yang dapat menerjemahkan niat.
Pada 2015, Richard Andersen di California Institute of Technology, Pasadena, bersama dengan timnya melakukan implan 2 elektrode kecil di bagian posterior parietal cortex dua orang peserta penelitian.
Para peneliti kemudian merekam kegiatan ratusan neuron dan sebuah komputer menerjemahkannya. Untuk Erik Sorto, para peneliti menterjemahkan niatnya menjadi gerakan-gerakan lengan robotik.
Mereka berhasil menguak niat orang ke-2 ketika melakukan permainan prisoner's dilemma.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement
4. Guru Musik
Baik sebagai siswa atau musikus, kita tentu ingin sekali bisa belajar dengam mudah. Sebentar lagi akan hadir alat bantu untuk itu.
Pada 2016, Beste Yuksel dan Robert Jacob dari Tufts University di Massachussetts mengembangkan BACh, singkatan dari Brain Automated Chorales.
Perangkat itu membantu orang mengukur betapa gigihnya otak mereka sedang bekerja. Hal tersebut dilakukan dengan penggunaan sensor di kening seseorang dan mengukur kadar oksigen di bagian prefrontal cortex di otak.
Sistem itu menyodorkan hal baru untuk dipelajari setelah membaca bahwa kadar oksigen menurun yang menandakan kesiapan kita untuk informasi tambahan.
Para peneliti menguji perangkat itu pada beberapa pemain piano yang tidak berpengalaman. Mereka semua mampu belajar sebuah lagi secara lebih cepat dan tepat dengan menggunakan BACh.
Â
5. Menuliskan Isi Pikiran
Pada Februari 2017, Jaimie Henderson, seorang ahli bedah syaraf di Stanford University Medical Center dan rekan-rekannya melaporkan bahwa tiga orang yang lumpuh telah berhasil mengetik tulisan mereka menggunakan pikiran dan implan pada otak.
Suatu tempelan silikon yang dilapisi ratusan sensor listrik ditanamkan pada bagian primary motor cortex, yaitu bagian otak yang bertugas untuk gerakan.
Peserta penelitian kemudian berpikir sedang menggerakkan bagian tertentu pada tubuh mereka, dan sebuah komputer menerjemahkan pikiran itu menjadi gerakan pada cursor di layar.
Dalam waktu satu hari, para peserta telah belajar caranya mengendalikan cursor secukupnya sehingga bisa mengetik 8 kata per menit.
Advertisement