Sukses

PBB dan Korsel Pilih Diplomasi Damai untuk Atasi Isu Nuklir Korut

Menlu Korsel dan Sekjen PBB menyepakati cara diplomasi damai untuk atasi isu nuklir Korea Utara.

Liputan6.com, New York - Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung-wha dan Sekretaris Jendral PBB Antonio Guterres sepakat untuk mengupayakan penyelesaian damai atas masalah nuklir Korea Utara. Komitmen itu disampaikan oleh sejumlah sumber diplomatik di New York pada 23 September 2017.

Narasumber mengatakan, Kang Kyung-wha yang turut berada di New York untuk Sidang Majelis Umum PBB, bertemu dengan Guterres pada hari sebelumnya untuk membahas upaya penyelesaian damai atas isu Korut tersebut.

Menurut sumber, Gueterres menganggap, resolusi damai mengenai ketegangan di Semenanjung Korea semakin dibutuhkan. Khususnya ketika perang retorika antara pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump semakin menjadi pada beberapa waktu terakhir.

Kang menyepakati gagasan Gueterres dan juga mendukung kerja sama yang erat antara pemerintah Korea Selatan dan PBB. Demikian seperti dilansir The Korea Herald, Minggu (24/9/2017).

Sumber tersebut menambahkan bahwa Kang juga berterima kasih kepada Gueterres atas kesediaannya untuk berperan aktif dalam membantu menyelesaikan masalah di Semenanjung Korea.

Sebelum menjadi Menlu Korsel padaawal tahun ini, Kang pernah menjabat sebagai ketua tim transisi dan penasihat kebijakan senior untuk Sekjen Gueterres.

 

2 dari 2 halaman

Lain Korsel, Lain Pula Donald Trump

Berbeda dengan sejawatnya dari Korea Selatan yang menekankan diplomasi, Presiden AS Donald Trump justru menggaungkan retorika perang sebagai solusi untuk menangani isu Korea Utara. Gaung retorika itu kembali diumbar oleh Trump dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-72.

"Tidak ada yang menunjukkan penghinaan terhadap negara lain demi kesejahteraan mereka sendiri dibanding rezim jahat di Korea Utara. Mereka bertanggung jawab atas kelaparan jutaan rakyat Korea Utara. Juga atas pemenjaraan, penyiksaan, pembunuhan, dan penindasan yang tak terhitung jumlahnya. Kita semua saksi kekerasan rezim mematikan tersebut ketika seorang mahasiswa AS yang tidak berdosa, Otto Warmbier, kembali ke AS, hanya untuk meninggal dunia beberapa hari kemudian," tutur Trump.

Ayah lima anak itu juga menyinggung kematian Kim Jong-nam, kakak tiri Kim Jong-un. "Kita lihat bagaimana pembunuhan saudara sang diktator, menggunakan racun saraf di bandara internasional. Kita tahu soal penculikan seorang gadis Jepang berusia 13 tahun yang dipaksa menjadi guru bahasa bagi mata-mata Korut".

"Sekarang program senjata nuklir dan rudal Korut mengancam seluruh dunia dengan hilangnya nyawa manusia yang tak terbayangkan. Adalah sebuah kekejaman bahwa sejumlah negara tidak hanya berdagang dengan rezim semacam itu, namun juga mempersenjatai, memasok, dan secara finansial mendukung sebuah negara yang membahayakan dunia dengan konflik nuklir," tutup suami dari Melania tersebut.

Trump pun kembali melontarkan ancaman. Ia sampaikan, "AS memiliki kekuatan dan kesabaran yang besar, tapi jika terpaksa mempertahankan diri atau sekutu-sekutunya, kita tidak punya pilihan selain memusnahkan Korut sehancur-hancurnya. Rocket Man --julukan bagi Kim Jong-un-- tengah dalam misi bunuh diri dan menghabisi rezimnya. AS siap, mau, dan mampu, tapi semoga itu tidak perlu dilakukan".

"Sudah saatnya Korut menyadari bahwa denuklirisasi adalah satu-satunya masa depan yang bisa diterima. DK PBB belum lama ini mengadakan pemungutan dan dengan suara bulat 15-0 mengadopsi resolusi keras terhadap Korut, dan saya ingin berterima kasih kepada China dan Rusia karena telah mendukung dijatuhkannya sanksi. Tapi kita harus melakukan lebih banyak hal lagi," terang Trump.

Ia menambahkan, "Sudah saatnya semua bangsa bekerja sama untuk mengisolasi rezim Kim Jong-un hingga mereka menghentikan perilaku bermusuhan".

 

Saksikan video pilihan berikut ini: