Sukses

Pakai Email Pribadi, Menantu Trump Langgar Aturan?

Jared Kushner bukan sekadar menantu bagi Trump, namun ia juga salah satu penasihat senior bagi sang Presiden.

Liputan6.com, Washington, DC - Jared Kushner (36), menantu Presiden Amerika Serikat Donald Trump menggunakan akun email pribadi dalam kesehariannya sebagai pejabat Gedung Putih. Hal tersebut diungkapkan oleh kuasa hukumnya.

Kushner merupakan penasihat senior Trump. Pria keturunan Yahudi tersebut menikah dengan putri kesayangan Trump, Ivanka.

Seperti dikutip dari BBC pada Senin (25/9/2017), sang pengacara mengonfirmasi penggunaan akun email pribadi oleh Kushner melalui sebuah pernyataan pada hari Minggu waktu setempat.

Selama masa kampanyenya dalam Pilpres AS 2016, Trump berulang kali mengkritik keras rivalnya, Hillary Clinton, karena menggunakan akun email pribadi saat menjabat sebagai Menteri Luar Negeri.

Di hadapan massa pendukungnya, Trump kerap mengumbar janji akan memenjarakan Hillary atas dugaan, mantan ibu negara itu mungkin telah menyalahgunakan informasi rahasia. Namun, penyelidikan terhadap masalah ini ditutup tanpa dakwaan.

Menurut Politico, puluhan email dikirimkan oleh Kushner ke pejabat Gedung Putih lainnya termasuk di antaranya berisi tentang rencana acara dan pemberitaan media.

Tidak disebutkan ada indikasi bahwa Kushner berbagi informasi rahasia melalui akun email pribadinya.

"Bapak Kushner menggunakan alamat email Gedung Putih terkait dengan urusan pemerintahan. Kurang dari 100 email sejak Januari hingga Agustus dikirim atau dibalas Bapak Kushner ke rekan-rekannya di Gedung Putih dari akun email pribadinya," terang Abbe Lowell, kuasa hukum Kushner.

Peraturan federal menentukan bagaimana hal-hal terkait dengan presiden dan kegiatan pemerintah lainnya harus dijaga. Penggunaan akun email pribadi dapat membuat pihak lain menjangkau informasi yang seharusnya bersifat rahasia.

Sejauh ini belum diketahui apakah Kushner terlibat pelanggaran.

2 dari 2 halaman

Hillary Minta Maaf

Pada September 2015, Hillary sempat menyatakan permohonan maaf karena menggunakan akun email pribadinya saat memimpin Kementerian Luar Negeri AS antara tahun 2009-2013.

"Itu merupakan hal yang salah. Saya minta maaf. Saya bertanggung jawab soal itu dan mencoba untuk se-transparan yang saya bisa," ungkap Hillary kepada ABC news kala itu seperti dikutip dari BBC.

Sementara itu, di laman Facebook, Hillary menulis, "Ya, saya mestinya menggunakan dua alamat email, yang satu untuk urusan pribadi, yang satunya lagi untuk pekerjaan saya di Kementerian Luar Negeri. Keliru bahwa saya tak melakukannya. Saya minta maaf tentang hal itu dan saya sepenuhnya mengaku salah," tulisnya.

Meski demikian, istri dari Presiden ke-42, Bill Clinton, itu menolak tudingan bahwa ia melanggar hukum atau aturan pemerintah. Ia sampaikan, "Tak satu pun email yang saya kirim waktu itu yang digolongkan rahasia."