Liputan6.com, Jakarta - Mengenyam pendidikan tinggi di luar negeri kini menjadi salah satu target yang mesti dicapai dalam daftar keinginan sebagian besar pelajar Indonesia. Tak sedikit pelajar Tanah Air yang berambisi mendulang ilmu pengetahuan dari kampus ternama dunia.
Merujuk laman World University Rankings edisi 2016 - 2017, sekitar 50 kampus top dunia tersebar di Benua Amerika dan Eropa.
Amerika Serikat mendominasi sebagai rumah bagi sejumlah kampus elite, seperti kluster The Ivy League --Princeton, Harvard, Cornell, dll-- hingga Massachusetts Institute of Technology (MIT). Di Inggris, ada Oxford University yang melegenda.
Advertisement
Ribuan mahasiswa-mahasiswi Negeri Zamrud Khatulistiwa pun berlomba mengincar kursi di universitas tersebut.
Namun, ketika sebagian besar putra-putri bangsa memusatkan perhatiannya ke AS dan Inggris, ada sebuah negara --dengan simbol daun maple pada benderanya-- yang turut menawarkan pendidikan tinggi yang tak kalah elite dengan kampus-kampus di atas.
"Bahkan menteri Anda merupakan alumni salah satu kampus top kami," jelas Duta Besar Kanada untuk Indonesia Peter MacArthur, saat wawancara khusus dengan Liputan6.com, Selasa (26/9/2017).
Baca Juga
"Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, Yohana Yembise, meraih gelar pascasarjana di Simon Fraser (top 300 versi World University Rankings). Ia bahkan menjadi salah satu alumni kehormatan yang menerima penghargaan dari universitas itu," jelas sang dubes.
Begitulah MacArthur menjelaskan soal universitas di negaranya, dan bagaimana Kanada membuka peluang besar bagi pelajar Tanah Air yang ingin mengenyam pendidikan tinggi berkualitas di sana.
Bagi mahasiswa Indonesia yang berambisi belajar di Kanada, ada McGill University, University of Toronto, dan University of British Columbia, yang duduk di peringkat top 50 versi World Rankings University.
Ada pula Simon Fraser University, tempat kuliah Menteri Yohana.
Dan, Negeri Maple dengan tangan terbuka sangat menyambut kedatangan para calon pelajar dari Tanah Air.
"Kami menaruh investasi besar pada sektor pendidikan. Dan kami turut mendorong dan sangat menyambut warga Indonesia untuk belajar di sana," jelas MacArthur.
Sang diplomat menjelaskan, pada pertengahan 2017, pengajuan student permit Indonesia naik 25 persen dibanding dengan tahun sebelumnya. Hal itu menandai meningkatnya daya tarik Kanada bagi calon mahasiswa dari Tanah Air.
Dan, demi semakin meningkatkan ketertarikan mahasiswa Negeri Zamrud Khatulistiwa untuk belajar di Negeri Maple, Kedubes Kanada rutin melaksanakan Canada Education Day di Jakarta.
"Kami melaksanakan kegiatan itu setiap dua tahun sekali. Nanti akan dilaksanakan pada Oktober 2017. Tujuannya, untuk mempromosikan pendidikan tinggi Kanada untuk warga Indonesia," jelas MacArthur.
Selain itu, MacArthur juga menjelaskan dua keuntungan yang dapat diperoleh mahasiswa asing, termasuk dari Indonesia, yang menempuh pendidikan tinggi di Kanada.
"Jika kalian pelajar asing pascasarjana yang belajar di Kanada, kami membuka kesempatan bagi kalian untuk mampu bekerja di sana. Mahasiswa asing dapat bekerja paruh hingga purna waktu," ujarnya.
Menurut ketentuan Kanada, mahasiswa pascasarjana yang masih menempuh pendidikan, diizinkan untuk bekerja paruh waktu (hingga 20 jam saat kalender akademik) dan purna waktu (saat masa libur akademik). Sementara, bagi yang telah menamatkan masa belajar, para lulusan juga diizinkan untuk bekerja dan menetap di Kanada hingga maksimal tiga tahun.
Dan semua itu, dapat dilakukan cukup dengan menggunakan visa pelajar dan tanpa harus mengurus visa ketenagakerjaan.
"Kesempatan itu dapat menjadi ajang untuk mendulang pengalaman bagi para mahasiswa pascasarjana yang menempuh pendidikan di Kanada," pungkas MacArthur.
"Saya tak menjamin cuaca hangat, karena sangat dingin di sana," katanya berkelakar. "Tapi yang jelas, pendidikan (tinggi) di Kanada sangat luar biasa."
Â
Saksikan video pilihan berikut ini: