Sukses

Serangan 6 Roket Menyambut Kunjungan Menhan AS di Afghanistan

ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan 6 roket di dekat Bandara Internasional Kabul sesaat setelah Menhan AS tiba.

Liputan6.com, Kabul - Enam roket menghantam di area dekat Bandara Internasional Kabul pada Rabu waktu setempat. Serangan itu terjadi setelah Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis, tiba di ibu kota Afghanistan untuk melakukan pembicaraan.

"Rudal yang ditembakkan menghantam dekat area militer di bandara tersebut, tapi tidak ada korban jiwa. Juga belum ada klaim dari kelompok yang bertanggung jawab," ujar juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Najib Danish, seperti dikutip dari Telegraph, Rabu (27/9/2017).

"Polisi telah menutup area tersebut untuk menemukan lokasi pasti dari mana roket ditembakkan," ujar Danish, seraya menambahkan bahwa tak ada penerbangan yang dibatalkan setelah serangan tersebut.

Beberapa jam kemudian, ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu melalui kantor berita Amaq.

Menurut Kementerian Luar Negeri Afghanistan, "penyusup" menggunakan roket SPG-9 dan mortir dalam serangan tersebut.

Serangan tersebut terjadi beberapa jam setelah Menhan AS itu tiba di Kabul. Ia adalah anggota pertama kabinet Donald Trump yang mengunjungi negara tersebut.

Mattis mengatakan Amerika Serikat akan mengirim 3.000 tentara tambahan ke Afghanistan untuk membantu melatih pasukan keamanan Afghanistan yang memerangi Taliban dan kelompok militan lainnya.

Saat ini ada sekitar 8.400 tentara AS di Afghanistan. Sebagian besar bertugas memberikan nasihat kepada tentara Afghanistan, namun beberapa lainnya terlibat dalam operasi melawan Taliban.

Kunjungan tingkat tinggi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, yang dilakukan Mattis, terjadi saat pasukan keamanan Afghanistan tengah berjuang mengalahkan Taliban. Mereka berupaya keras sejak penarikan pasukan tempur NATO pimpinan AS pada akhir 2014.

Mattis, bersama dengan pimpinan NATO Jens Stoltenberg, akan bertemu dengan Presiden Ashraf Ghani dan pejabat tinggi lainnya untuk membahas misi 'pelatihan dan bantuan' NATO, yang dipimpin AS, yang dirancang demi memperkuat militer Afghanistan untuk mempertahankan negaranya.

Video Terkini