Liputan6.com, Jakarta - Seorang rapper B.o.B mengumpulkan dana gotong-royong (crowdfund) untuk membuat satelit sendiri.
Wahana antariksa itu akan diluncurkan ke angkasa, untuk menjawab teka-teki, apakah Bumi bulat atau datar.
Penggalangan dana dilakukan melalui laman GoFundMe dan hanya meraih US$ 2.000 dalam lima hari pertama. Dalam jumlah itu, sang rapper sendiri menyumbang US$ 1.000 pertama. Padahal, ia berharap bisa mengumpulkan hingga US$ 1 juta.
Advertisement
Baca Juga
Musisi dari negara bagian Georgia, Amerika Serikat, itu adalah seorang pendukung teori konspirasi Bumi Datar.
Kita hargai upaya untuk membuktikan. Akan tetapi, seperti dikutip dari Live Science pada Jumat (29/9/2017), sebenarnya ada 7 cara yang lebih hemat biaya untuk membuktikan bulatan Bumi:
Â
1. Pergilah ke Pelabuhan
Ketika sebuah kapal berlayar ke arah cakrawala, benda itu bukan sekadar terlihat semakin kecil hingga tampak seperti sebuah titik.
Perhatikan, pertama-tama badan kapal tampak seperti 'tenggelam' di cakrawala, lalu tiang-tiangnya ikut 'tenggelam.'
Ketika sebuah kapal bergerak sebaliknya dari laut dan mendekati pantai, maka terlihat proses sebaliknya. Pertama tiang-tiang muncul dari cakrawala, lalu badan kapal ikut terlihat.
Pengamatan kapal-dan-cakrawala ini sudah cukup berdampak sehingga teks pertama terbitan tentang Bumi Datar berjudul "Zetetic Astronomy" memerlukan satu bab tersendiri untuk mencoba membantahnya.
Penjelasan yang diberikan menurut teks itu mengandalkan pada anggapan bahwa lenyapnya kapal menurut urutan tersebut di atas adalah ilusi yang disebabkan oleh perspektif.
Bantahan itu tidak masuk akal karena tidak ada perspektif gambar yang membuat bagian bawah benda duluan menghilang dari pandangan dibandingkan dengan bagian atasnya.
Jika ingin membuktikan bahwa perspektif bukan menjadi alasan bagi hilangnya badan kapal terlebih dahulu, bawalah teleskop atau binokuler ke pelabuhan. Dengan bantuan alat itu, terlihat bahwa kapal tampak 'tenggelam' akibat adanya lengkungan Bumi.
Â
Advertisement
2. Menatap Bintang-Bintang
Filsuf Aristoteles dari Yunani telah mengerti tentang bulatan Bumi pada 350 SM dan tidak ada yang berubah hingga sekarang. Perhatikan, konstelasi-konstelasi bintang tampak berbeda ketika dipandang dari derajat lintang yang berbeda pula.
Contoh yang paling gamblang adalah konstelasi Big Dipper dan Southern Cross. Konstelasi Big Dipper terdiri dari 7 bintang yang terlihat seperti suatu sendok dan selalu terlihat dari 41 derajat LU (lintang utara) atau di atasnya (semakin ke utara).
Di bawah 25 derajat LS (lintang selatan), kita sama sekali tidak bisa melihat Big Dipper. Sehingga, di utara benua Australia yang sedikit berada di atas lintang tersebut, Big Dipper hanya terlihat ujungnya.
Sebaliknya, di belahan selatan Bumi terlihat konstelasi Southern Cross (Salib Selatan) yang terdiri dari susunan 4 bintang.
Konstelasi ini masih bisa terlihat hingga kita bepergian ke Florida Keys di belahan utara Bumi.
Pemandangan konstelasi yang berbeda itu hanya masuk nalar jika Bumi ini bulat, sehingga konstelasi bintang di belahan utara berbeda dengan konstelasi bintang di belahan selatan Bumi.
Â
3. Menyimak Gerhana
Aristoteles juga semakin yakin bahwa Bumi ini bulat melalui pengamatan saat gerhana bulan. Dalam kejadian itu, bayangan Bumi yang tampak di wajah bulan terlihat melengkung.
Bentuk lengkungan (kurva) itu terlihat dalam semua kejadian gerhana bulan, walaupun Bumi berputar. Aristoteles dengan tepat mengambil kesimpulan bahwa Bumi ini pastilah melengkung di semua arahnya – ya, sebuah bola.
Dari situlah, gerhana matahari juga cenderung mendukung perkiraan bahwa planet-planet, bulan-bulan, dan bintang-bintang adalah benda bulat yang saling mengorbit satu sama lain.
Banyak pendukung teori Bumi Datar berpendapat bahwa planet ini berbentuk seperti cakram dan bintang-bintang serta planet-planet lain adalah benda-benda yang melayang di atas permukaan datar Bumi.
Jika benar demikian, maka gerhana matahari total pada Agustus 2017 di atas Amerika Utara tentu sukar dijelaskan.
Â
Advertisement
4. Panjatlah Sebatang Pohon
Ada lagi cara pembuktian yang mudah.
Kita bisa melihat lebih jauh ketika kita berada di tempat yang lebih tinggi. Jika Bumi ini datar, maka kita akan melihat jarak pandang yang sama dari ketinggian berapa pun.
Coba pikir, mata kita bisa mendeteksi cahaya di kejauhan, misalnya galaksi Andromeda yang berjarak 2,6 juta tahun cahaya.
Jadi, tentulah gampang bagi kita melihat cahaya di antara dua tempat berjauhan di muka Bumi, misalnya dari Miami dan New York yang berjarak 1.760 kilometer.
Ternyata tidak begitu.
Lengkungan Bumi membatasi pandangan kita hingga 5 kilometer antara 2 tempat di permukaan Bumi, kecuali kita memanjat pohon tinggi, berada di lantai atas gedung tinggi, atau gunung yang tinggi.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
5. Penerbangan Mengelilingi Bumi
Biaya penerbangan mengelilingi Bumi jelas tidak sampai US$ 1 juta, walaupun masih terbilang ribuan dolar.
Sekarang ini, lebih mudah bagi kita untuk melakukan penerbangan mengelilingi dunia. Bahkan ada perusahaan travel semisal AirTreks yang mengkhususkan diri dengan rute keliling dunia melewati beberapa kota perhentian.
Jika kita beruntung melihat pemandangan tak terhalang ke cakrawala dari penerbangan komersial yang terbang cukup tinggi, maka kita bahkan bisa melihat lengkungan Bumi secara langsung.
Menurut suatu makalah terbitan 2008 dalam jurnal Applied Optics, lengkungan Bumi mulai terlihat dari ketinggian 35 ribu kaki (10,7 kilometer), asalkan si pengamat memiliki bidang pandang lebih dari 60 derajat.
Benar, bidang pandang itu agak sukar diperoleh dalam penerbangan komersial karena keterbatasan ukuran jendela.
Lengkungan Bumi amat jelas terlihat mulai dari ketinggian 50 ribu kaki (15,2 kilometer).
Jadi, jangan heran kalau para penumpang pesawat Concorde di masa lalu bisa dengan mudah melihat lengkungan Bumi karena ketinggian terbang pesawat itu adalah 60 ribu kaki (18,3 kilometer).
Â
Advertisement
6. Luncurkan Balon Cuaca
Pada Januari 2017, pada mahasiswa University of Leicester, Inggris, mengikatkan beberapa kamera ke sebuah balon cuaca dan melepaskannya ke angkasa.
Balon tersebut membumbung hingga ketinggian 23,6 kilometer di atas permukaan Bumi, jauh di atas syarat ketinggian yang diperlukan untuk melihat lengkungan Bumi secara jelas.
Perangkat yang dipasangkan pada balon mengirimkan data kembali ke pengamat di Bumi dan jelas memperlihatkan lengkungan cakrawala.
Di Amerika Serikat (AS), asalkan beban balon kita kurang dari 1,8 kilogram, tidak ada larangan untuk meluncurkannya.
Cukup menghubungi administrasi penerbangan (Federal Aviation Administration, FAA) jauh sebelum jadwal peluncuran untuk memastikan balon kita tidak memasuki wilayah udara terlarang.
Â
7. Membandingkan Bayangan
Orang pertama yang mengukur pekiraan lingkar Bumi adalah ahli matematika Yunani bernama Eratosthenes yang lahir pada 276 SM.
Ia melakukannya dengan membandingkan bayangan saat titik balik musim panas (summer solstice) di lokasi yang sekarang dikenal sebagai Aswan di Mesir, sedikit ke arah utara Alexandria.
Pada siang hari, ketika matahari tepat berada di atas Aswan, tidak terjadi bayangan. Di Alexandria, sebuah tongkat yang ditancap di tanah memberikan bayangan.
Eratosthenes menyadari bahwa jika ia mengetahui sudut bayangan dan jarak dua kota yang dimaksud, maka ia bisa menghitung ukuran lingkar Bumi.
Seandainya Bumi ini datar, maka sama sekali tidak ada perbedaan panjang bayangan pada jam yang sama tersebut karena, secara relatif, matahari berada pada posisi yang sama dari tanah.
Perbedaan posisi matahari dari dua kota berjarak ratusan kilometer di permukaan Bumi hanya bisa terjadi jika Bumi ini bulat.
Advertisement