Sukses

5 Fakta Menarik Tentang Prancis yang Tak Banyak Diketahui Orang

Walau sering menjadi bahan sindiran warga dunia yang berbahasa Inggris, Prancis memiliki sejumlah fakta menarik sebagai bangsa.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi sebagian orang berbahasa Inggris, negara dan bangsa Prancis kerap menjadi bahan olok-olok, entah sebagai bangsa pemakan keju yang mudah menyerah atau pemakai kalung bawang.

Padahal, militer Prancis sebenarnya memiliki catatan sebagai militer terbaik di Eropa, dengan 168 peperangan sejak 387 SM dan menang 109 di antaranya. Mereka kalah dalam 49 peperangan dan imbang dalam 10 peperangan.

Semua celaan yang ada sebenarnya mengacu kepada keadaan Perang Dunia II, ketika Prancis kehilangan 1,4 juta warga yang tewas ditambah dengan 4,3 juta orang cedera.

Memang benar bahwa Prancis menyerah di awal perang, tapi saat itu memang hanya Amerika Serikat dan Uni Soviet lah yang sebenarnya mampu menghadapi kekuatan Wehrmact pada 1939, bahkan dengan korban yang amat banyak.

Setelah Polandia dikhianati oleh Inggris, pihak Nazi Jerman bisa seenaknya melakukan serangan dan Prancis lah yang menanggung dampak langsungnya.

Pada 2017, Emmanuel Macron menjadi presiden termuda dalam sejarah Prancis. Saat itu ia berusia 39 tahun dan menikah dengan mantan guru sekolahnya yang berusia 24 tahun lebih tua.

Selain hal-hal tersebut, seperti diringkas dari listverse.com pada Jumat (29/9/2017), berikut ini adalah 5 fakta menarik tentang Prancis:

 

2 dari 6 halaman

1. Tujuan Wisata Terpopuler di Bumi

Seorang wanita menyegarkan dirinya di air mancur taman Andre Citroen, Paris, Senin (19/6). Suhu temperatur di ibu kota Prancis ini mencapai 36 derajat celcius. (AFP Photo / LUDOVIC MARIN)

Walaupun jumlah sedikit menutun, Prancis masih menjadi yang teratas untuk urusan wisata. Dengan citra sebagai bangsa yang romantis, sekitar 70 persen wisatawan berasal dari Eropa.

Hal tersebut menjadi pertanda rasa hormat yang diterima dari negara-negara tetangga. Sebutlah, misalnya, Paris, Mont Saint-Michel, Chateau de Chambord, dan Carcassonne.

Akan Tetapi, seperti semua negara dunia, tentu saja ada sisi kelam untuk semua itu. Jalan-jalan di Prancis mengundang penderitaan, tapi bangsa itu bisa menghadirkan pengalaman hebat yang tidak bisa ditiru banyak bangsa lain.

Bukan hanya wine dan cognac, tapi perasaan di antara bangsa-bangsa lain bahwa sejumlah hal dilakukan lebih baik oleh bangsa Prancis dibandingkan dengan yang lainnya.

 

3 dari 6 halaman

2. Larangan Kentang Selama 24 Tahun

Ilustrasi kentang goreng dan saos tomat. (Sumber Pixabay)

Perlu sekitar 40 tahun sejak kentang diperkenalkan di Prancis hingga akhirnya tercapai keputusan revolusioner untuk menggoreng umbi tersebut.

Sebagian alasannya adalah karena Prancis sama sekali tidak menganggap kentang sebagai makanan. Entah kenapa, bangsa Prancis sempat menuduh kentang sebagai penyebab penularan penyakit lepra.

Sekarang ini kita mengetahui bahwa biang keladi sebenarnya adalah perdukunan dan feminisme awal. Salah satu pemberani bangsa itu, Antoine-Augustin Parmentier, berjuang selama beberapa tahun agar umbi kegemarannya diakui sebagai makanan.

Akhirnya, pada 1772, dengan perkenan Louis XVI, kentang dinyatakan boleh direbus, dicacah, disemur, dan bahkan digoreng menjadi keripik berwarna keemasan yang enak.

 

4 dari 6 halaman

3. Bendera Kebangsaan Berwarna Putih

(Sumber Wikimedia Commons)

Setelah Louis XVI yang disebut sebelum ini kehilangan kepalanya karena dipancung menggunakan Guilotine, Napoleon naik ke tampuk kekuasaan.

Napoleon adalah seorang yang cemerlang dalam peperangan, tapi membuat keputusan sembrono ketika menyerbu Rusia dalam musim dingin. Ia pun didepak dan mulailah Restorasi Bourbon.

Mengibarkan bendera putih pun menjadi standar pada saat itu. Walaupun selama 2000 tahun sebelum masa itu, bendera putih telah dipakai sebagai simbol untuk menyerah.

Dengan gagasan janggal untuk memiliki seorang raja, Restorasi Bourbon hanya berlangsung selama 16 tahun. Mereka kemudian mengabaikan standar mereka sendiri menghadapi revolusi.

Itulah masa sejarah yang tercantum dalam kisah "Les Miserables" karya Victor Hugo.

5 dari 6 halaman

4. Mengemudi Tanpa SIM

(Sumber Wikimedia Commons)

Seseorang menginjak usia 14 tahun di Prancis diizinkan mengemudikan mobil mungil yang disebut VSP (voiture sans permis), yang berarti "kendaraan tanpa SIM."

Kecepatan tertinggi mobil dengan 2 tempat duduk itu adalah 45 kilometer per jam. Secara historis, mobil ini populer di kalangan warga usia lanjut dan kaum remaja di pedesaan.

Walaupun begitu, VSP juga memiliki kisah-kisah konyol sendiri. Sejak pertama kali hadir di pasar pada 1896, ada saja kaum pria Prancis yang iseng dengan kendaraan tersebut.

Mereka menguak kecepatan yang sebenarnya bisa dilakukan mobil tersebut, lalu melakukan balapan VSP dengan berjudi.

Walaupun nyaris menjadi barang usang setelah beberapa dekade, VSP seperti mendapat nyawa baru sebagai mobil listrik pengganti mobil BBM.

Karena kerangka yang sangat ringan – sekitar 350 kilogram – efisiensi mobil VSP tidak tertandingi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

6 dari 6 halaman

5. Pengguna Jangkungan Modern

(Sumber Wikimedia Commons)

Kadang-kadang kita heran melihat temuan kita sebagai manusia. Demikian juga dengan sejarah awal temuan jangkungan.

Sekarang ini jangkungan memang terkenal sebagai bagian dari seni pertunjukan atau hiburan badut-badut, tapi jangkungan adalah temuan sangat praktikal sehingga tidak ada satu bangsa pun bisa mengaku itu sebagai temuannya.

Bentang alam di pedesaan Gascony di akhir Abad ke-19 memang bisa dibilang ganas. Seperti dituliskan dalam Scientific American, "Tidak ada jalan raya, padahal penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada peternakan domba tinggal berpencar."

Itulah alasan sehingga para gembala kemudian mencipta dan menggunakan jangkungan.

Catatan tahun 1411 menunjukkan bahwa bangsa Belgia berperang sambil menggunakan jangkungan. Bangsa China dan Yunani Kuno juga menggunakannya.

Akan tetapi, untuk pemakaian praktis hingga masa baru-baru ini, Prancis adalah juaranya. Ya, penggunaan jangkungan memang hampir tak terdengar lagi karena pembangunan jalan dan rel.

Namun, pada 1891, seorang pengguna jangkungan bernama Sylvain Dornon dari kawasan Landes di Prancis, berjalan dari Paris ke Moskow selama 58 hari dengan menggunakan jangkungan.