Liputan6.com, Pyongyang - Koran milik pemerintah Korea Utara menulis laporan pada Kamis, 28 September yang mengatakan sekitar 4,7 juta siswa dan pekerja sukarela mendaftar untuk jadi tentara negara itu.
Dengan demikian, bertambahnya pasukan berarti makin menambah jumlah tentara Korea Utara yang di dunia dianggap cukup besar untuk negara sekecil itu.
Dilansir dari Washington Post, Sabtu (30/9/2017), sangat sulit bagi analis luar untuk mengukur keakuratan laporan koran Rodong Sinmum. Media pemerintah Korea Utara telah mengeluarkan klaim serupa pada saat-saat ketegangan.
Advertisement
Awal musim panas ini, misalnya, koran itu mengklaim bahwa 3,5 juta warga telah mendaftar untuk jadi tentara setelah PBB memberlakukan sanksi baru terhadap Pyongyang.
Sebagian besar perkiraan menunjukkan bahwa Korea Utara memiliki jumlah personil angkatan bersenjata yang luar biasa besar dengan populasi Korut yang berjumlah 25 juta orang.
Departemen Luar Negeri AS memperkirakan bahwa Korea Utara memiliki lebih dari 1,18 juta personel angkatan bersenjata pada 2014, menjadikannya tentara terbesar keempat di dunia setelah China (2,37 juta), India (1,41 juta) dan Amerika Serikat (1,43 juta).
Sebagai perbandingan, militer Irak pada 2003 hanya memiliki 445 ribu tentara untuk populasi 26 juta.
Tentara berjumlah masif didesain oleh Konstitusi Korea Utara secara eksplisit menyatakan bahwa "pertahanan nasional adalah tugas tertinggi dan kehormatan warganya", dan warga negara diwajibkan untuk melayani angkatan bersenjata oleh undang-undang.
Sebuah laporan Kongres pada 2015 dari Departemen Pertahanan AS memperkirakan bahwa 4-5 persen warga Korea Utara bertugas militer aktif di Tentara Rakyat Korea (KPA), sementara 25-30 persen lainnya ditugaskan ke unit cadangan atau paramiliter dan akan tunduk pada mobilisasi perang.
Efektivitas kekuatan semacam itu tidak sepenuhnya jelas. Namun, seorang tentara Amerika yang bertempur dalam Perang Korea hampir tujuh dekade yang lalu menunjukkan bahwa tentara Korea Utara sangat luar biasa dalam penghindaran dan bertekad untuk menang.
Meski demikian, laporan Pentagon menyatakan peralatan militer utama KPA makin menua karena berdasarkan pada teknolongi 1950-an dari Uni Soviet atau China.
Seorang pembuat film Jepang yang mengelola jaringan citizen jurnalism di Korea Utara mengklaim bulan lalu bahwa karena kekurangan makanan kronis di negara tersebut, sebagian besar tentara terlalu lemah untuk berperang.
"Kontak saya mengatakan saat ada pembicaraan perang dengan AS, banyak tentara Korea Utara berada dalam kondisi fisik yang buruk dan tidak fit untuk perang," kata Jiro Ishimaru kepada surat kabar Guardian pada bulan Agustus.
Namun, para ahli mengatakan bahwa tentara yang dikerahkan ke depan masih akan menimbulkan ancaman bagi Korea Selatan dan sekutunya AS dalam sebuah perang.
Dalam konflik apapun, pasukan operasi khusus Korea Utara yang terlatih dengan baik - yang diperkirakan berjumlah sekurangnya 180 ribu personel militer - secara luas diperkirakan akan digunakan untuk menyerang fasilitas utama di Korea Selatan jika perang pecah.
Seiring dengan program rudal yang melaju cepat di negara ini, senjata nuklir dan biologisnya, dan sejumlah besar artileri yang ditujukannya ke ibu kota Korea Selatan, tentara Pyongyang yang berjumlah besar masih merupakan alasan lain mengapa analis ragu untuk merekomendasikan tindakan militer AS terhadap Korea Utara, terlepas dari ancaman berulang pemimpinnya.