Sukses

Alun-Alun Adelaide 'Disulap' Jadi Kampung Indonesia

Sejumlah warga negara Australia yang memang sangat mencintai Indonesia ikut serta memeriahkan acara festival budaya RI di Adelaide.

Liputan6.com, Adelaide - Victoria Square Park di jantung Kota Adelaide, Australia, yang selama ini menjadi Alun-alun Ibu kota Australia Selatan, mendadak berubah menjadi Kampung Indonesia pada Minggu, 1 Oktober 2017. Kampung Indonesia, antara lain terdiri dari Kampung NTT, Papua, Sumatera, Jawa, Bali dan Kampung Lombok.

Melalui penyelenggaraan IndoFest 2017 yang mengetengahkan Kampung Indonesia, wajah pusat Kota Adelaide bak di Tanah Air karena dipenuhi tenda-tenda makanan Nusantara dan panggung pertunjukan seni-budaya Indonesia.

Keberadaan "Kampung Indonesia" di tengah-tengah Kota Adelaide terbukti menarik ribuan orang Australia, untuk menikmati kelezatan makanan dan berbagai sajian kesenian Indonesia.

Semua tenda atau warung makanan menjual beragam kuliner Indonesia yang sudah termasyhur di dunia, seperti rendang, satai ayam, nasi goreng, bakso, gudeg, gado-gado, dan sebagainya, serta jajanan pasar, antara lain kue singkong, wingko, dan cucur, dijejali pengunjung. Bahkan, mereka musti antre demi mendapatkan sepiring masakan Indonesia tersebut.

Menurut Ketua Panitia IndoFest 2017, Firda Firdaus yang juga menjabat Ketua Asosiasi Indonesia-Australia (AIA) Australia Selatan, dalam keterangan tertulis yang Liputan6.com terima Senin (2/10/2017), gelaran tersebut merupakan salah satu festival budaya Indonesia terbesar yang diadakan di luar Indonesia.

Yang menarik, sebagian panitianya adalah warga negara Australia yang memang sangat mencintai Indonesia.

George Mundy, salah seorang pengunjung, mengaku, setiap tahunnya selalu menunggu IndoFest.

"Festival makanan dan budaya seperti ditunjukkan dengan adanya Kampung Indonesia semakin memperkaya multikulturalisme Australia", tambah pria kelahiran Melbourne yang hadir bersama istrinya.

Yang lebih membanggakan, semua petinggi Negara bagian Australia Selatan dan Adelaide turut menghadiri IndoFest ini. Mulai dari Gubernur Hieu Van Le, Premier Jay Wheatherill, Menteri urusan Multikultural Zoe Bettison, Wali Kota Martin Haese dan istri, hingga sejumlah petinggi Parlemen.

Bahkan, Menteri Zoe Bettison secara khusus dan sangat bangga mengenakan pakaian tradisional Tapanuli.

Duta Besar RI untuk Australia, Y Kristiarto S Legowo bersama istrinya, Caecilia Legowo, yang didampingi Konsul Jenderal RI di Sydney, Yayan GH Mulyana, juga hadir di acara yang berlangsung setiap tahun itu.

Para tamu istimewa tersebut ketika datang di Kampung Indonesia disambut meriah oleh para mahasiswa dan masyarakat Indonesia yang mengenakan beragam pakaian tradisional Indonesia, mulai dari Papua, Kalimantan, Bali, Jawa, dan sebagainya serta tari ondel-ondel Betawi.

Yang lebih istimewa, Gubernur Hieu Van Le dan para petinggi negara bagian Australia Selatan yang hadir tersebut, menyapa pengunjung dan menyelingi pidato mereka dalam Bahasa Indonesia. Tak heran jika pidato mereka mendapatkan aplaus panjang dari penonton.

Dalam sambutannya, Gubernur Hieu Van Le memberikan pujian terhadap komunitas Indonesia di Adelaide yang mampu menghadirkan wajah Indonesia melalui Kampung Indonesia.

Sementara itu, Premier Jay Weatherill yang notabene adalah orang nomor satu di pemerintahan Negara Bagian Australia Selatan, menyebut IndoFest sebagai hadiah untuk publik Adelaide.

Penegasan Premier Australia Selatan ini diamini oleh Wali Kota Martin Haese. "Masyarakat Adelaide dapat belajar tentang kebinekaan Indonesia", ujar wali kota yang ibunya lahir di Medan tersebut.

 

2 dari 2 halaman

Jendela Budaya Indonesia

Menurut Dubes Kristiarto, IndoFest adalah jendela budaya Indonesia di Australia.

"Dengan menghadiri dan menyaksikan langsung IndoFest, publik Australia akan dapat merasakan dan mengetahui keindahan maupun kekayaan budaya Indonesia sehingga diharapkan akan semakin memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap Indonesia," ujar Dubes Kristiarto.

Ditambahkan oleh Dubes Kristiarto, IndoFest merupakan simbol kerja sama kebudayaan yang semakin kuat antara Indonesia dan Australia dewasa ini.

Selain parade budaya Nusantara dengan mengelilingi Alun-alun Adelaide, panggung pertunjukan kesenian yang ditampilkan juga menjadi salah satu daya tarik pengunjung.

Berbagai atraksi, mulai tari saman Aceh, Papua, serta gamelan Sunda, Bali, dan Jawa yang dikemas dengan alunan musik kontemporer hingga dangdut, mampu membuat para pengunjung betah menikmati Kampung Indonesia.

Penampilan mahasiswa Papua pun memukau. Mereka mengenakan pakaian khas Papua dan kaus bertuliskan "Papua Indonesia", membawakan tarian Asmat dari Papua yang sangat dinamis, menjadi salah satu pusat perhatian penonton. Pada akhir pertunjukan, mereka juga membentangkan bendera merah putih.

Bahkan ketika lagu "Sajojo" dari Papua didendangkan, Wali Kota Adelaide didampingi Dubes Kristiarto langsung naik ke panggung dan ikut berjoget bersama pengunjung lainnya.

Seperti biasa, panggung pertunjukan tak lengkap jika tak ada dangdut. Ketika musik dangdut dimainkan, melalui sejumlah lagu terkenal, seperti "Terajana", publik Australia pun tak mampu tidak bergoyang. Mereka larut dalam kemeriahan dangdutan.

Tak heran jika Wali Kota Adelaide dan istrinya bertahan berjam-jam berada di Kampung Indonesia hingga hampir usainya acara.

IndoFest tahun ini adalah yang kesepuluh kali diadakan di Adelaide, di mana dari tahun ke tahun terus meningkat jumlah pengunjung maupun variasi kesenian yang ditampilkan sehingga menjadi salah ikon budaya kota tersebut.