Liputan6.com, Las Vegas - Setidaknya 58 orang tewas dan lebih dari 500 lainnya terluka akibat penembakan massal yang menargetkan sebuah konser di Las Vegas, Amerika Serikat.
Itu adalah insiden penembakan massal paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat di era modern. Melampaui jumlah korban dalam penembakan di Orlando, Florida yang menyudahi nyawa 49 orang.
Baca Juga
Seperti dikutip dari BBC, Selasa (3/10/2017), pelaku, Stephen Paddock memuntahkan peluru dari lantai 32 Mandalay Bay Hotel ke arah festival musik yang saat itu dihadiri 22 ribu orang.
Advertisement
Pria asal Nevada tersebut diyakini bunuh diri saat polisi menyerbu kamar hotel tempatnya berada. Aparat menemukan 10 senapan di dalam kamar tersebut.
Pihak berwenang masih menyelidiki motif di balik kekejamannya itu. Sejauh ini belum ditemukan keterkaitan Paddock dengan kelompok teroris internasional, meski ISIS mengklaim bertanggung jawab atas insiden itu.
"Sejauh ini, kami tak menemukan petunjuk yang mengaitkan perbuatannya dengan organisasi teroris internasional," kata Agen Khusus FBI Aaron Rouse dalam konferensi pers.
Sebelumnya, ISIS mengklaim berada di balik serangan tersebut dan mengklaim bahwa Paddock telah menjadi mualaf beberapa bulan sebelum insiden penembakan terjadi.
Namun, ISIS tak menyajikan bukti apapun. Organisasi teror tersebut sebelumnya beberapa kali membuat klaim sepihak dan tak berdasar atas sejumlah kejadian.
Sementara, Sheriff Las Vegas, Joe Lombardo mendeskripsikan penembakan tersebut sebagai serangan 'lone wolf' atau yang dilakukan pelaku tunggal. "Kami belum mengetahui apa persisnya keyakinan yang dianut pelaku," kata dia.
Pernyataan pihak kepolisian menyebut, penembakan terjadi pada Minggu 1 Oktober 2017, pukul 22.08 waktu setempat.
Pelaku, Stephen Paddock, berasal dari kota kecil Mesquite, yang jaraknya sekitar 100 km di timur laut Las Vegas. Ia tercatat sebagai tamu di Mandalay Bay Hotel sejak 28 September 2017.
Polisi di Mesquite telah menggeledah rumah milik pelaku dan menemukan sejumlah senjata. Namun, aparat mengatakan, pelaku tak pernah berurusan dengan pihak kepolisian sebelumnya. Penggeledahan juga dilakukan di rumah milik Paddock lainnya.
Kepolisian Las Vegas mengatakan, jumlah orang yang cedera kini melampaui angka 515 orang. Sementara, di antara mereka yang tewas diidentifikasi sebagai petugas polisi yang kala itu sedang tidak bertugas.
Sebelumnya, polisi mengumumkan bahwa mereka mencari seorang perempuan bernama Marilou Danley.
Namun, dalam pengumuman teranyar, Sheriff Lombardo mengatakan bahwa perempuan tersebut saat ini berada di luar Amerika Serikat dan tidak dianggap memainkan peran apa pun dalam penembakan yang dilakukan Stephen Paddock.
Marilou Danley diyakini pernah tinggal bersama Paddock. Sheriff Lombardo mengatakan, pelaku menggunakan sejumlah dokumen identitas perempuan itu untuk check in ke hotel.
Ratusan Tembakan Dimuntahkan
Sejumlah saksi mata mengaku, ratusan peluru dilepaskan saat kejadian. Suara mengerikan rentetan tembakan dari senapan otomatis bahkan terekam dalam sejumlah video yang diambil saat kejadian.
Kepanikan sontak terjadi. Orang-orang berlarian ke segala arah, memanjat semua penghalang yang ada di depannya, mencari selamat di sejumlah hotel, restoran, hingga ke Bandara Las Vegas.
"Seorang pria muncul dengan darah membasahi sekujur tubuhnya. Saat itulah saya tahu, hal mengerikan sedang terjadi," kata saksi mata, Mike Thompson kepada BBC. "Orang-orang berlarian, kekacauan terjadi."
Penyanyi Jason Aldean, yang dilarikan dari panggung saat penembakan terjadi, berbagi informasi di Instagram. Dia mengaku dalam kondisi aman, namun hatinya berduka akibat insiden penembakan tersebut.
"Malam ini sangat mengerikan," tulisnya." Sungguh menyakitkan hati saya bahwa hal mengerikan seperti itu bisa terjadi pada siapa saja, yang baru saja keluar untuk menikmati apa yang seharusnya menjadi malam yang menyenangkan," kata dia.
Nevada menerapkan sejumlah aturan soal senjata yang relatif lebih longgar di Amerika Serikat.
Orang diizinkan membawa senjata dan tidak perlu mendaftarkan diri sebagai pemilik senjata.
Pemeriksaan latar belakang memang dilakukan saat seseorang membeli senjata, tapi mereka juga diizinkan menjualnya secara pribadi.
Advertisement