Liputan6.com, California - Dunia kini mengkhawatirkan aksi Korea Utara yang tengah mengembangkan senjata nuklir dan kerap uji coba yang menyerempet bahaya seperti melewati langit Jepang. Belum lagi ancaman-ancaman yang menimbulkan konflik retorik dengan Amerika Serikat. Banyak peneliti resah semua itu dapat memicu Perang Dunia III.
Keresahan kini bertambah melalui adanya senjata baru dengan teknologi sonik berkecepatan tinggi atau hipersonik misil. Melansir Daily Mail, pada Jumat (6/10/2017), senjata ini kini tengah dikembangkan oleh AS, Rusia dan China.
Baca Juga
Hal itu diketahui dari sebuah laporan yang mengatakan tipe baru senjata ini mampu membahayakan baik itu negara besar maupun kecil dalam sebuah perang.
Advertisement
Laporan itu merekomendasikan bahwa AS, Rusia dan China harus setuju untuk tidak mengekspor misil hipersonik ke negara lain.
Laporan itu dikeluarkan oleh RAND Corporation yang menguak bahayanya senjata ini. Misil Hipersonik mampu bermanuver dan terbang 5.000 km/per jam.
Kecepatan itu adalah lima kali lebih cepat dari misil tradisional. Sehingga, senjata tersebut mampu melawan misil apa pun sehingga membuat negara yang diserang tak bisa memberi peringatan.
"Senjata semacam itu saat ini sedang dikembangkan oleh AS, Rusia dan China, yang bisa memicu negara-negara lain mengikutinya," menurut para periset dalam laporan itu.
Negara lain termasuk, Eropa, Jepang, Australia dan India juga memulai teknologi serupa. Dengan demikian, misil hipersonik ini mampu berkembang dengan cepat.
Para periset dalam laporan itu memprediksi mungkin kurang dari 10 tahun untuk mencegah senjata ini menyebar.
Mereka juga meminta komunitas internasional agar segera membangun semacam pengawas kontrol agar teknologi hipersonik misil itu tidak menyebar.
"Karena jika tidak ada aturan ketat, senjata ini mampu memicu perang yang jauh lebih mengerikan dari yang kita pernah bayangkan," kata Richard Speier, penulis utama laporan RAND Corporation.
Ini bukan kali pertama para peneliti khawatir senjata ini mampu memicu Perang Dunia III.
Pada Juli 2016, Mark Gubrud, ahli fisika dan profesor di Peace, War, and Defense di Universitas North Carolina menyarankan agar teknologi ini seharusnya dilarang.
"Penerbangan hipersonik terdengar seperti mengasyikan, tapi itu bukan untuk Anda," tulis Gubrud dalam Bulletin of the Atomic Scientists.
"Itu berarti senjata yang mungkin digunakan untuk pembuka perang nuklir. Mereka juga bisa membawa hulu ledak berisi nuklir dan terbang tanpa diketahui radar," tutupnya.
Â
Â
Misil Hipersonik Milik AS dan Australia
Pada Juli lalu, AS dan Australia telah melakukan uji coba misil hipersonik. Senjata itu bisa terbang lima kali lebih cepat dari kecepatan suara.
Fase terakhir dari program Hypersonic International Flight Research Experimentation (HiFIRE) termasuk uji coba yang berhasil dilakukan di Australia Selatan. Demikian seperti dikutip dari The Independent.
Prototipe senjata hipersonik yang diujicobakan dua negara ini memiliki kemampuan untuk mengubah arah penerbangan di mana pesawat pengintai akan sulit mendeteksi.
Memiliki senjata jenis ini membuat AS bisa menyerang musuh tanpa pemberitahuan, termasuk pemberitahuan singkat.
Proyek HiFIRE, yang awalnya melibatkan NASA, telah diluncurkan lebih dari delapan tahun yang lalu.
Advertisement