Sukses

Obat Rindu WNI di Philadelphia, Kuliner RI Ala D'jakarta Cafe

Soto Betawi dan Ayam bakar nusantara khas D'jakarta Cafe milik WNI di Philadelphia, AS menjadi hidangan favorit pelanggan.

Liputan6.com, Philadelphia - Bisnis kuliner Indonesia di Amerika kian menjamur. Warga Tanah Air di Negeri Paman Sam pun bisa dengan mudah mengobati kerinduan mereka akan masakan nusantara.

Kini di kota Philadelphia ada D'jakarta Cafe, sebuah restoran nusantara milik pasangan WNI Beddy Sonie dan Alfitri Ho yang beroperasi sejak Juli 2017. Rumah makan itu menyajikan sejumlah masakan Indonesia.

Tak pernah terpikir sebelumnya oleh Beddy dan Alfitri untuk membuka sebuah restoran di Amerika. Awalnya, ini hanyalah sebuah angan-angan yang terucap, yang kemudian menjadi kenyataan.

"Enak juga ya, punya restoran. Dari satu perkataan itu, besoknya diulang lagi, di hati itu kayaknya harus dilakukan. Next thing we know, kita mulai cari tempat, menu, lalu kita ngomongin sama mamaku, soalnya mamaku chef-nya," ujar Alfitri Ho kepada VOA News yang Liputan6.com kutip Sabtu (7/10/2017).

"Kita mulai tukar pikiran. Tiba-tiba, tahu-tahu jadi aja. Experience, pengalaman, tahu-tahu info pun tidak ada. Zero sama sekali, tapi kita dibantu banget sama komunitas-komunitas Indonesia ya sampai akhirnya jadilah D’jakarta Cafe," imbuhnya.

Nama D’jakarta dengan penggunaan ejaan lama ini dipilih untuk memperkenalkan kota Jakarta kepada warga internasional, terutama yang belum pernah berkunjung ke sana.

"Jakarta itu tuh sangat megah. Banyak anak muda, makanan pun dari mancanegara ada, semua orang dari luar ada. Jadi kita mau kafe kita itu welcome semua anak muda, orang tua, untuk ngobrol, nongkrong dan dari lokal maupun turis-turis (asing) segala macam comfortable dengan kita punya kafe," kata perempuan yang sudah menetap di Philadelphia sejak tahun 2001.

Beragam dekorasi seperti becak, congklak, sepeda kuno, serta foto-foto bertema Indonesia pun ikut menghiasi dinding restoran yang beroperasi hari Selasa hingga Minggu.

Di salah satu sudut restoran juga terdapat mural yang identik dengan kota Jakarta. Mural tersebut didesain oleh ilustrator asal Indonesia, Tulus Dwi Heriyanto, di bawah nama Aan Brotherhood. Desainnya kemudian dilukis kembali oleh pelukis lokal Amerika.

Pilihan Menu

Mengenai pemilihan menu, Alfitri mengaku agak rumit, karena mereka ingin menyajikan pilihan makanan yang sudah tidak asing lagi di telinga orang Indonesia.

"Sayur asemlah. Iya kan? Orang semua kenal, entah dari Irian Jaya atau dari Sumatra, orang tahu sayur asem. (Lalu) ayam bakar, ayam goreng, mereka kenal. Kita pilih menu yang orang Indonesia kenal banget. Makanan yang enggak terlalu asing, yang bikin takut mereka coba," papar Alfitri.

Karena masih tergolong baru, Alfitri merasa masih harus banyak mempelajari bisnis restoran. Sehingga mereka tidak mau menawarkan terlalu banyak pilihan makanan. Hingga kini, menu yang ditawarkan oleh D’jakarta cafe antara lain adalah Bakso D’jakarta, Bakmi ayam jamur, lumpia bengkuang, hekeng atau rollade udang, serta minuman segar seperti es cendol dan soda gembira.

Soto Betawi menjadi menu yang banyak mengundang tanggapan positif dari para pelanggan. Bagi warga Indonesia, Haryo Mojopahit yang tinggal tak jauh dari restoran, menu nasi ayam bakar menjadi favoritnya.

"Ayam bakarnya itu, ayamnya meresap banget. Kecapnya juga terasa banget, terus dibakar dengan sempurna. Kemudian ada tempe (dan) tahu gorengnya, ada sayur asemnya. Nah, sayur asemnya itu yang saya selalu ketagihan dan bikin balik-balik lagi, karena memang segar banget," ujar Haryo.

2 dari 2 halaman

Harga Terjangkau

Dengan harga yang terjangkau sekitar US$5 sampai 7 per makanan, D’jakarta Cafe tak hanya mengundang pelanggan asal Indonesia di Philadelphia, tetapi juga warga lokal dan internasional yang penasaran dengan cita rasa makanan Indonesia. Bahkan ada yang rela datang dari negara bagian lain untuk mencicipi kuliner Indonesia di restoran tersebut.

"Tenyata dari minggu pertama, masyarakat lokal Philadelphia sendiri, entah ini orang bule, orang Indonesia, orang darimana pun datang. Sampai kita pun kaget, ada orang dari (negara bagian) Maryland datang kemari, orang bule. Kita tanya, 'kamu tahu darimana?', Mereka lihat ya, dari social media, dari Yelp, jadi kita juga kaget," ucap Alfitri.

Namun, siapa yang menyangka jika ternyata pelanggan lokal dan internasional sangat suka dengan rasa pedas. Kerap kali mereka meminta tambahan sambal jika datang ke D’jakarta Cafe.

"Mungkin (cabe) kita masaknya beda ya, dengan amerika yang mostly Italian (food) over here, lebih ke tomato sauce. Tomato sauce asam. Sedangkan Indonesia banyak racikan rempah-rempah, banyak cabe gitu, jadi mereka lebih (suka)," jelas Alfitri.

Satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam membuka restoran di Amerika adalah mengenai perizinan.

"Kita harus punya building permit. Misalnya kita mau pasang AC, kita harus punya izin untuk pasang AC itu sendiri," papar Alfitri.

"Kalau construction selesai, baru kita apply untuk food safety, lalu ada inspeksi," tambah Alfitri.

Alfitri dan Beddie mempelajari semuanya melalui buku yang telah disediakan, terutama mengenai penanganan makanan yang benar, mulai dari suhu yang tepat untuk setiap makanan yang dihidangkan dan sarung tangan yang harus digunakan saat memasak.

"(Inspektur) datang cek dari depan sampai belakang ke daput. Kemarin puji Tuhan (lulus) juga. Kita worry juga karena kita kan first timer, jadi kita enggak tahu apa (ekspektasinya). Tapi kita sudah bekerja keras untuk benar-benar sebelum mereka tanya ke kita, kita preparation-nya sesuai dengan buku," kata Alfitri.

Kepada teman-teman yang bermimpi untuk membuka restoran atau berbisnis apa pun, Alfitri berpesan agar tidak malu bertanya dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

"Apalagi kalau di komunitas Indonesia. Kita harus banyak bertanya (dan) banyak membantu. Kalau masalah rezeki, rezeki enggak ke mana. Tapi kalau kita membantu orang, untuk buka bisnis atau apa ya, maksudnya lebih bagus."

"Cuma ya itu, jangan malu bertanya ke siapa pun 'cara buka bisnis gimana, ya?'. Pasti ada yang mau bantu, karena awalnya kita ini malu bertanya. Kita takut orang itu tersinggung.

"Cuma at the end, tanggapan dari masyarakat Indonesia luar biasa malah sampai ada yang telpon, 'gimana ada yang perlu dibantu?'," pungkas Alfitri.

Video Terkini