Liputan6.com, Alexandria - Hari ini, 32 tahun yang lalu, empat pria bersenjata asal Palestina menaiki dan membajak kapal pesiar Italia, Achille Lauro, sesaat setelah melepas sauh dari Alexandria, Mesir.
Para pria bersenjata itu merupakan anggota Palestine Liberation Front (PLF), sayap kelompok Palestinian Liberation Organization (PLO). Otak aksi itu adalah salah satu petinggi PLO, Muhammad Zaidan alias Abu Abbas.
Keempat pelaku dengan mudah melakukan aksinya, mengingat tak ada pasukan keamanan di atas kapal pesiar. Demikian seperti dikutip dari History.com, Sabtu (7/10/2017).
Advertisement
Sebelum melakukan pembajakan kapal pesiar itu, Abbas sempat bertanggung jawab sebagai otak sejumlah serangan terhadap Israel dan warganya pada awal tahun 1980-an.
Ia memerintahkan beberapa anggota organisasi untuk melakukan operasi pengeboman terhadap Israel, dengan memanfaatkan paralayang atau balon udara, dan semuanya selalu gagal.
Baca Juga
Demi menyelematkan reputasi atas sejumlah kegagalan pengeboman itu, Abbas lantas memerintahkan sayap organisasinya, PLF untuk membajak Achille Lauro. Tanggal pun ditetapkan, tepat pada 7 Oktober 1985.
Setelah masuk ke kapal dan menyandera para penumpang, keempat pelaku mengajukan tuntutan. Mereka meminta agar Israel membebaskan anggota PLF yang dipenjara. Para pelaku juga meminta agar kapal berlabuh ke Suriah.
Tapi, Suriah menolak permintaan tersebut, yang menyebabkan para pelaku kehilangan kendali atas situasi di dalam kapal.
Demi memulihkan kuasa, para pembajak lantas hendak melakukan aksi kejam. Awalnya, mereka memisahkan penumpang asal Amerika Serikat dari kerumunan sandera dan menyatukannya di satu titik.
Setelah itu, para pelaku memilih salah satu sandera AS secara acak. Seorang lansia, berusia 69 tahun yang duduk di kursi roda ditarik dari kerumunan sandera AS.
Ia dibawa ke hadapan salah satu pembajak, lalu ditembak tepat di kepala. Peluru menembus tengkorak Leon Klinghoffer. Tubuh tak bernyawa lansia itu kemudian di lempar ke laut.
Pembunuhan Klinghoffer memicu kemarahan dunia, termasuk pemimpin PLO Yassir Arafat yang langsung memerintahkan keempat orang pembajak dikeluarkan dari keanggotaan organisasi.
Arafat juga mendesak agar Abbas segera mengakhiri situasi.
Pada 9 Oktober, merespons berbagai desakan itu, Abbas menghubungi para teroris, memerintahkan mereka untuk tidak membunuh lebih banyak penumpang, dan mengatur agar kapal pesiar itu kembali berlabuh di Mesir.
Sementara itu dalam kurun waktu yang berdekatan, pasukan elite AL Amerika Serikat, Navy SEALs tengah menuju Achille Lauro untuk melakukan operasi pembebasan sandera.
Tapi saat mereka tiba, para pembajak telah turun dari kapal yang telah kembali berlabuh di Mesir. Keempat pelaku pun melarikan diri menggunakan pesawat EgyptAir 737 menuju Libya.
Mengetahui destinasi dan moda transportasi para pembajak, AS lantas mengirim dua jet tempur F-14 yang kemudian mencegat pesawat yang ditumpangi keempat pelaku.
Pesawat itu dipaksa untuk mendarat di Sisilia, Italia.
Namun, ada hal yang sangat mengejutkan militer AS dan otoritas Italia pada saat itu di Sisilia. Ternyata, Abu Abbas turut bersama keempat pembajak di dalam pesawat EgyptAir 737.
Ketegangan pun terjadi antara pasukan AS dan otoritas Italia yang meributkan soal yurisdiksi serta 'siapa yang lebih berwenang' untuk menciduk Abbas Cs.
AS --yang salah satu warga negaranya dibunuh oleh para pembajak-- sangat menginginkan untuk meringkus, membawa, dan mengadili Abbas Cs di Negeri Paman Sam.
Sementara itu, otoritas lokal bersikukuh bahwa kewenangan untuk menciduk adalah milik mereka, mengingat Sisilia adalah wilayah kedaulatan Italia.
Ketegangan itu pun usai, setelah otoritas Italia --yang berhasil mempertahankan kewenangannya-- muncul sebagai pihak yang berhasil menciduk dan mengamankan kelima pria Palestina tersebut.
Abbas Cs pun diadili di Italia. Namun, meski didesak AS, pengadilan setempat hanya menjatuhkan vonis hukuman penjara puluhan tahun kepada para pembajak.
Sementara itu, Abbas berhasil lepas dari jerat hukum, setelah dibantu melarikan diri oleh salah satu aparat Italia yang menjadi simpatisan pria Palestina itu.
Muhammad Zaidan kemudian melarikan diri ke Yugoslavia, Yaman Selatan, dan akhirnya ke Baghdad, Irak, di mana ia menerima perlindungan, suaka, serta kekebalan hukum --yang mampu mencegahnya diekstradisi ke Italia-- dari Saddam Hussein.
Pada 2003, ketika AS melakukan invasi ke Irak, Abbas pun berhasil diringkus oleh militer dan dibawa ke Negeri Paman Sam, di mana akhirnya ia meninggal di dalam tahanan akibat kusta pada 2004.
Sementara itu pada tanggal yang sama tahun 1976, Hua Guofeng menggantikan Mao Zedong sebagai pemimpin tertinggi Partai Komunis China.
Sedangkan pada 7 Oktober 2003, aktor Arnold Schwarzenegger terpilih sebagai Gubernur California ke-38.