Sukses

Hadapi Serangan Nuklir Korut, Korsel Kembangkan Bom Grafit

Korsel mengklaim siap menghujani Korut dengan bom grafit yang dapat melumpuhkan jaringan listrik.

Liputan6.com, Seoul - Korea Selatan siap untuk menyebarkan bom grafit yang dapat melumpuhkan jaringan listrik Korea Utara jika sewaktu-waktu terjadi perang nuklir.

Sumber militer mengatakan kepada kantor berita Yonhap bahwa senjata yang dikenal pula dengan julukan "blackout bomb" itu bekerja dengan menyebarkan filamen grafit karbon hingga berujung pada terjadinya gangguan jaringan listrik. Demikian seperti dilansir news.com.au pada Senin (9/10/2017).

Senjata tersebut telah dikembangkan oleh Badan Pengembangan Pertahanan Korsel sebagai salah satu aksi Kill Chain, yakni program serangan pendahuluan. Program tersebut dirancang untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan mencegat rudal yang datang secepat-cepatnya.

"Seluruh teknologi bagi pengembangan bom grafit yang dipimpin oleh Badan Pengembangan Pertahanan (ADD) telah diamankan. Ini merupakan tahapan di mana kami bisa membuat bom setiap saat," terang seorang pejabat militer.

Kementerian Pertahanan Korsel dikabarkan telah mengajukan dana senilai US$ 500 juta won bagi proyek tersebut. Namun sejauh ini, permintaan tersebut belum disetujui.

Bom grafit atau "blackout bomb" disebut pula sebagai "bom lunak" karena hanya memengaruhi sistem tenaga listrik yang menjadi target.

Senjata jenis itu perdana digunakan Amerika Serikat dalam Perang Teluk tahun 1990-1991. NATO juga menggunakannya dalam perang melawan Serbia pada tahun 1999.

"Blackout bomb" tidak bersifat mematikan bagi warga yang berada di sekitar lokasi pengeboman.

2 dari 2 halaman

Promosikan Sang Adik

Kabar terkait pengembangan bom grafit ini mencuat setelah Kim Jong-un mempromosikan sang adik, Kim Yo-jong, sebagai anggota Biro Politik Komite Pusat Partai. Biro yang dipimpin oleh Kim Jong-un ini berfungsi sebagai badan pengambilan keputusan partai.

Promosi Kim Yo-jong diumumkan bersama dengan puluhan pejabat tinggi lainnya yang dipimpin langsung oleh pemimpin Korut tersebut.

Dalam momentum yang sama, Kim Jong-un juga memuji program senjata nuklir negara tersebut yang telah membuat dunia internasional dilanda kecemasan.

Kim Yo-jong yang diperkirakan berusia 20-an akhir kerap terlihat menemani Kim Jong-um dalam kunjungan ke lapangan. Ia juga dikabarkan terlibat dalam operasi propaganda partai.

Kim Jong-un dan Kim Yo-jong terlahir dari pasangan Kim Jong-il dan seorang penari bernama Ko Yong-hui.

Dinasti Kim telah memerintah Korut sejak negara itu dibentuk pada tahun 1948. Berkuasanya Kim Jong-un menggantikan sang ayah Kim Jong-il yang meninggal pada Desember 2011.

Sejak memerintah, rezim Kim Jong-un telah melakukan enam uji coba nuklir -- terakhir pada September lalu. Di lain sisi, Kim Jong-un terus memperkuat cengkeraman kekuasaannya melalui serangkaian tindakan pembersihan, termasuk yang menargetkan paman dan saudara tirinya.

Pamannya, Jang Song-Thaek, dieksekusi pada tahun 2013 akibat tuduhan pengkhianatan. Sementara saudara tirinya, Kim Jong-nam, tewas setelah "diserang" di Bandara Udara Internasional Kuala Lumpur pada Februari 2017.

Baik perkembangan soal rudal mau pun nuklir Korut dinilai telah mencapai kemajuan signifikan di bawah kepemimpinan Kim Jong-un, meski sanksi terus menggempur.

Kim Jong-un tak menampik bahwa negaranya menghadapi "cobaan berat" dengan hantaman sanksi, tapi ia mengklaim bahwa perekonomian Korut tumbuh tahun ini.

Pria beristrikan Ri Sol-ju tersebut menggambarkan senjata nuklir Kort sebagai "pedang yang berharga" untuk melindungi mereka dari agresi.

"Senjata nuklir Korut adalah hasil yang sangat berharga yang dibayar dengan perjuangan berdarah rakyatnya demi mempertahankan nasib dan kedaulatan dari ancaman nuklir imperialis AS yang terus berlanjut," sebut Kim Jong-un beberapa waktu lalu.

Video Terkini