Liputan6.com, Seoul - Militer AS menerbangkan dua jet bomber Lancer B-1B milik US Air Force ke Semenanjung Korea dalam sebuah latihan bersama dengan Korea Selatan dan Jepang pada Selasa malam, 10 Oktober 2017.
Salah satu pejabat Korsel mengatakan, aksi itu sengaja dilakukan di tengah ketegangan yang muncul akibat program nuklir dan rudal Korea Utara.
Baca Juga
Dua jet tempur bomber B-1B didampingi dua pesawat tempur F-15K milik militer Korea Selatan. Pesawat AS terbang dari meninggalkan markas mereka di Guam. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dalam sebuah siaran pers pada hari Rabu, seperti dikutip dari Straits Times pada Rabu (11/10/2017).
Advertisement
Sementara itu, militer AS mengatakan dalam sebuah pernyataan terpisah bahwa pesawat tempur Jepang juga ikut dalam penerbangan itu, menjadikannya latihan gabungan malam pertama kalinya untuk pesawat bomber AS dengan jet tempur dari Jepang dan Korea Selatan.
Setelah memasuki wilayah udara Korea Selatan, kedua pesawat pengembom AS tersebut melakukan latihan penembakan rudal dari darat ke darat di perairan dekat pantai timur Korea Selatan. Kemudian, mereka terbang melintasi Korsel ke perairan dekat perbatasan China untuk mengulang latihan tersebut, tulis pernyataan Korea Selatan.
Militer Korea Selatan mengatakan ini adalah bagian dari latihan rutin untuk memperkuat pertahanan dan juga untuk menampilkan aliansi antara AS dan sekutunya di Semenanjung Korea.Â
Mayor Angkatan Udara AS Patrick Applegate mengatakan, "Terbang dan berlatih di malam hari bersama sekutu kami dengan cara yang aman dan efektif merupakan kemampuan penting yang bisa dilakukan antara AS, Jepang dan Korea Selatan untuk meningkatkan kemampuan taktis penerbang masing-masing negara."
"Ini adalah bentuk latihan yang baik tentang kemampuan kita untuk melakukan operasi tanpa batas dengan semua sekutu kita kapan saja, di mana saja," lanjutnya.
Pesawat bomber AS itu lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam. Pada bulan Agustus, Pyongyang mengancam akan menembakkan rudal jarak menengah ke arah Guam, wilayah AS yang jadi target pihak Utara.
Pejabat pemerintah Korea Selatan dan AS telah meningkatkan pengawasan mereka terhadap provokasi Korea Utara menjelang peringatan 72 tahun berdirinya partai berkuasa Korea Utara, yang jatuh pada hari Selasa 10 Oktober kemarin.
Korea Utara telah meluncurkan dua rudal di atas Jepang dan melakukan uji coba nuklir keenam dan terbesar dalam beberapa pekan terakhir. Aksi itu Korut lakukan untuk merespons sanksi dari PBB.
Â
18 Oktober Tanggal Penting
Meski pesta ulang tahun Korea Utara 10 Oktober berlalu tanpa peluncuran rudal atau uji coba nuklir, para pejabat khawatir bahwa Korut dapat melakukan provokasi lebih banyak setiap saat, terutama dengan China karena negara Tirai Bambu itu akan memulai Kongres Partai Komunis ke-19 yang sangat penting pada 18 Oktober.
Apa alasan yang membuat kongres yang diselenggarakan di China itu patut diantisipasi?
Seperti dikutip dari CNBC yang memperoleh penjelasan dari seorang analis, kongres penting itu akan memutuskan arah kepemimpinan Partai Komunis China dan proyeksi kebijakan pemerintah untuk lima tahun ke depan. Termasuk mungkin di antaranya, pembahasan mengenai hubungan China - Korea Utara.
"Ditambah lagi, saat ini hubungan China dan Korut tengah memasuki babak yang cukup buruk. Ditandai dengan sikap Tiongkok yang kini cenderung berpihak kepada AS dan PBB, khususnya ketika membicarakan soal sanksi terhadap Korut," tambah Evelyn Farkas, peneliti senior Atlantic Council.
"Sejatinya Beijing selalu enggan untuk mendesak Pyongyang. Namun, di bawah tekanan berat dari Washington, Beijing tampak mulai untuk memberangus sekutu historisnya itu," lanjutnya.
Bulan lalu, Negeri Tirai Bambu mengumumkan keinginannya untuk membatasi perdagangan dengan Korea Utara, seperti pada produk tekstil, makanan laut, dan minyak bumi, sesuai dengan resolusi terbaru PBB. Resolusi itu juga telah melarang entitas bisnis China melakukan jalinan dengan klien Korut.
Advertisement