Sukses

ISIS Hasilkan Jutaan Dolar dari Para Budak Seks?

Menurut penelitian sebuah lembaga di Inggris, perbudakan seksual menghasilkan puluhan juta dolar bagi ISIS.

Liputan6.com, London - Kelompok teroris konon kabarnya menggunakan para budak untuk menghasilkan uang dan menarik anggota baru -- termasuk para pelaku kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan para pemerkosa. Demikian menurut suatu penelitian.

Laporan yang dimaksud diterbitkan oleh lembaga think-tank Henry Jackson Society (HJS) di Inggris. Isinya memperingatkan bahwa perbudakan modern dan kekerasan seksual menjadi sumber pemasukan bagi ISIS dan kelompok-kelompok sejenis yang beroperasi di Afrika dan Timur Tengah.

Menurut laman bt.com, tahun lalu ISIS meraup antara US$ 10 hingga 30 juta dari perbudakan seksual.

Dalam penellitiannya, penulis sekaligus peneliti senior Nikita Malik mengatakan bahwa banyak sektor yang secara rutin ditangani secara terpisah oleh lembaga-lembaga global justru semakin berkaitan.

Dikutip dari The Independent pada Rabu (11/10/2017), wanita itu menambahkan, "Para teroris adalah penyelundupnya dan mereka itu adalah para kriminal, sehingga alamiah saja jika kelompok-kelompok itu akan bekerja sama."

"Teroris-teroris memiliki tambahan motivasi ideologis sehingga menerbitkan propaganda, untuk membenarkan perbudakan dan pemerkosaan kaum yang dianggap kafir."

"Ketika kelompok-kelompok itu kehilangan wilayah, mereka mencengkeram semakin kuat rute-rute penyelundupan yang dimanfaatkan."

2 dari 2 halaman

Taktik-Taktik Kejahatan Terorganisasi

Pengungsian warga Yazidi di Irak pada Agustus 2014. (Sumber Canada Broadcasting Company)

Penelitian mengungkapkan bahwa teroris-teroris menggunakan taktik-taktik yang dipakai oleh kejahatan terorganisasi (organized crime) seperti pencucian uang dan penyelundupan migran, narkoba, serta senjata.

Mereka kadang-kadang sengaja merekrut bekas anggota gangster yang memiliki keahlian yang diperlukan.

Tempat-tempat paling panas termasuk Libya, di sana ISIS termasuk di antara kelompok-kelompok bersenjata yang menculik, menyandera, dan memaksa migran untuk kerja paksa. Sehingga banyak yang kemudian melarikan diri ke Eropa lewat Laut Tengah.

Niger dan Nigeria juga menjadi titik penting penyelundupan. Di Timur Tengah, wilayah-wilayah ISIS di Suriah dan Irak menjadi titik-titik utama.

Genosida yang dilakukan terhadap warga Yazidi di Sinjar menyebabkan ribuan wanita dan anak perempuan diculik menjadi budak-budak seks dan digilir serta dijual di kalangan petempur.

ISIS secara terbuka mengiklankan kejahatan itu sebagai bagian dari upaya menguasai kelompok minoritas, termasuk dengan penggunaan fatwa dan propaganda sebagai dalih pembenaran perbudakan yang dimaksud.

Laporan HJS mengatakan, selain merendahkan dan menghukum warga Yazidi karena tidak tunduk kepada ideologi ISIS, genosida yang dilakukan "dimaksudkan sebagai insentif bagi para anggota rekrut dan petempur asing baru, melalui janji-janji adanya istri-istri dan budak-budak seks sebagai 'faktor penarik'".

Laporan itu menambahkan, "Unsur-unsur keagamaan disisipkan dalam praktik kekerasan seksual untuk mengaburkan kesalahan moral suatu pemerkosaan."

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:Â