Liputan6.com, Washington, DC - Tidur adalah suatu kebutuhan bagi manusia. Bagi mereka yang bekerja sepanjang pagi hingga petang atau lembur, bisa 6Â - 7 jam waktu tidur menjadi hal istimewa.
Akan tetapi, bagi sebagian orang sesuatu hal seperti tidur, justru membawa malapetaka bagi mereka sendiri dan orang lain. Salah satunya bagi mereka yang mengalami gangguan tidur berjalan atau dikenal dengan sleepwalking.
Baca Juga
Tidur berjalan atau somnabulisme membuat seseorang melakukan aktivitas tanpa sadar di tengah tidurnya. Dalam kondisi itu, pikiran si individu biasanya dipengaruhi oleh suatu ide yang kemudian ia lakukan sambil tidur.
Advertisement
Saat terbangun, seseorang kemudian tak menyadari atau samar mengingat tindakan yang telah ia lakukan.
Aktivitas yang dilakukan selama tidur berjalan biasanya sederhana, seperti mengambil makanan ke dalam kulkas, pergi ke luar kamar dan berpindah tidur ke ruang tamu, atau sekedar terbangun dan berdiri diam begitu saja.
Namun, ada pula beberapa kasus tidur berjalan yang membuat seseorang melakukan aktivitas kompleks. Termasuk di antaranya melakukan tindak kejahatan, seperti pelecehan seksual bahkan hingga pembunuhan.
Dari berbagai contoh, berikut 3 kasus orang yang diduga melakukan aksi kejahatan sambil tidur berjalan, seperti yang Liputan6.com rangkum dari Listverse.com, Sabtu (14/10/2017).
Â
1. Joseph Mitchell
Mitchell dari Amerika Serikat hidup dalam kondisi yang penuh dengan tekanan luar biasa. Ia menjadi pengangguran untuk waktu yang lama. Keluarganya dirundung hutang yang menumpuk.
Hal itu pun membuat Mitchell mengalami stress. Kondisi itu semakin diperparah dengan jam tidurnya yang sangat terbatas, sekitar satu jam dalam semalam.
Serangkaian faktor itu ternyata menjadi penyebab Mitchell melakukan tidur berjalan. Namun, tak seperti kasus umum tidur berjalan, tindakan yang dilakukan Mitchell saat tidur berjalan mengakibatkan nestapa.
Dia masuk ke kamar anak-anaknya dan mencekik putranya yang berusia empat tahun, Blake, sampai mati.
Mitchell kemudian mendatangi anak perempuannya yang tertidur, Lexi yang berusia 13 tahun, dan menelungkupkan kepalanya ke kasur. Ia melakukan itu sampai Lexi tak bergerak.
Kemudian, Mitchell menghampiri dan mencekik putranya yang lain, Devon yang berusia 10 tahun. Tapi Devon terbangun dan menangis. Mendengar suara itu, salah seorang anak Mitchell yang lebih tua terbangun dan mencegah aksi tersebut.
Setelah itu, pria itu lari dan mengunci diri ke sebuah kamar.
Polisi yang datang beberapa saat kemudian menemukan Mitchell telah menusuk dirinya sendiri di kamar tersebut. Namun, pria Afrika-Amerika itu berhasil diselamatkan.
Keesokan harinya, Mitchell mengaku tak mengingat seluruh kejadian yang telah ia lakukan pada malam sebelumnya. Ia kemudian didakwa melakukan pembunuhan berencana dan dua tuduhan percobaan pembunuhan.
Â
Advertisement
2. Kenneth Ecott
Ecott dan teman-temannya yang rerata berusia 20 tahun-an tengah merayakan pesta ulang tahun di sebuah rumah di Inggris. Mereka berpesta liar dengan minuman beralkohol sepanjang malam.
Hari semakin malam, para pemuda yang kelelahan akibat berpesta dan minuman berlakohol itu pun bergelimpangan tidur di sembarang tempat.
Keesokan paginya, seorang gadis berusia 15 tahun menjerit histeris setelah menemukan Ecott tak berbusana tertidur di atasnya. Mendengar teriakan itu, Ecott terbangun.
Ecott yang berusia 26 tahun itu kemudian diinterogasi oleh para peserta pesta, menuduhnya atas dugaan pelecehan seksual. Namun, pemuda itu mengaku tak mengingat kejadian apapun sepanjang malam, termasuk yang melibatkan gadis 15 tahun itu.
Pada hari yang sama, Ecott diamankan oleh kepolisian. Selang beberapa waktu, pemuda itu disidangkan atas dugaan kasus pelecehan seksual.
Â
3. Simon Fraser
Simon Fraser tengah tertidur di kasur di sebelah sang istri saat tiba-tiba ia melihat sesosok monster di kamarnya. Monster itu kemudian menerkam anak Fraser yang tertidur pulas di dalam keranjang bayi.
Fraser kemudian spontan berdiri, menggenggam monster itu, dan kemudian membantingnya ke dinding ke kamar.
Singkat kemudian, sang istri menjerit histeris, yang sontak ikut membangunkan Fraser dari tidur berjalannya. Seketika pria itu sadar, bukan monster yang telah ia banting ke dinding, melainkan bayinya sendiri yang masih berusia 18 bulan.
Pria itu didakwa melakukan pembunuhan. Dia mengatakan kepada pengadilan, "Saya bersalah dalam tidur saya tapi tidak bersalah dalam akal sehat saya."
Keluarganya bersaksi pernah mengalami serangan kekerasan dari Fraser saat ia tidur berjalan. Bahkan pada beberapa kesempatan, ia berusaha mencekik adiknya dan menyerang ayahnya.
Saat tidur berjalan Fraser juga kerap melukai dirinya sendiri.
Akhirnya setelah melalui serangkaian pemeriksaan dan tes yang kompleks, dokter pengadilan mengonfirmasi bahwa Fraser memang memiliki gangguan tidur berjalan. Pria itu kemudian bebas dari tuduhan.
Namun, Fraser berjanji di hadapan pengadilan bahwa ia akan mulai tidur di ruang terpisah untuk ke depannya.
Advertisement