Sukses

Turki Sambut Baik Kesepakatan Rekonsiliasi Hamas dan Fatah

Turki mendesak sejumlah organisasi internasional termasuk PBB untuk mengakhiri krisis kemanusiaan di Palestina.

Liputan6.com, Ankara - Ibrahim Kalin, Juru Bicara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan, pihaknya menyambut baik penandatanganan kesepakatan rekonsiliasi antara dua kelompok politik yang berseteru di Palestina, Hamas dan Fatah.

"Kesepakatan rekonsiliasi ini mengakhiri konflik di antara saudara-saudara kita di Palestina," ujar Kalin lewat sebuah pernyataan seperti dikutip dari kantor berita Anadolu pada Minggu (15/10/2017).

Hamas dan Fatah diketahui menandatangani kesepakatan rekonsiliasi di Kairo, Mesir, pada Kamis, 12 Oktober 2017. Langkah tersebut menandai babak baru dalam sejarah Palestina sekaligus mengakhiri perpecahan politik yang telah berlangsung kurang lebih 10 tahun terakhir.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, Fatah yang berbasis di Ramallah akan memikul tanggung jawab politik dan administrastif di Jalur Gaza selambat-lambatnya pada 1 Desember mendatang.

Lebih lanjut Kalin menambahkan bahwa Presiden Erdogan selalu mendukung kesepakatan rekonsiliasi tersebut. Orang Nomor Satu di Turki itu juga dikabarkan telah bertemu baik dengan pemimpin Hamas mau pun pemimpin Fatah.

Pertemuan terakhir Erdogan dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas diadakan pada Agustus lalu di Ibu Kota Turki, Ankara.

Kalin pun mendesak organisasi internasional, terutama PBB untuk mengakhiri krisis kemanusiaan di Palestina dan menghidupkan kembali proses perdamaian serta mewujudkan solusi dua negara.

"Israel harus mengakhiri pengepungannya di tanah Palestina dan menghindari pergerakan yang membahayakan proses rekonsiliasi," tegas Kalin.

Tepi Barat dan Jalur Gaza yang diblokade telah terpecah belah secara politis sejak tahun 2007. Kala itu, Hamas berhasil mengalahkan Fatah dalam pemilu parlemen.

Melalui sebuah konflik berdarah, Hamas berhasil mengusir Fatah yang menolak mengakui hasil pemilu. Dan sejak saat itu, Hamas dan Fatah masing-masing telah menguasai Jalur Gaza dan Tepi Barat. Beberapa upaya rekonsiliasi pun gagal dilakukan.