Liputan6.com, Bishkek - Sooronbai Jeenbekov keluar sebagai pemenang dalam Pemilihan Presiden Kyrgyzstan. Mantan perdana menteri yang didukung oleh Presiden Almazbek Atambayev itu, bersaing dengan ketat dalam pilpres bersejarah tersebut.
Pesaing utama Jeenbekov, Omurbek Babanov, mendapat lebih dari sepertiga suara.
Sejumlah pejabat pilpres mengatakan, Jeenbekov mendapatkan lebih dari 50 suara di putaran pertama yang digelar pada 15 Oktober 2017. Sementara itu, Babanov yang merupakan seorang taipan minyak, mendapat suara sekitar 33 persen.
Advertisement
Dikutip dari BBC, Senin (16/10/2017), Kyrgyzstan yang dahulunya merupakan bagian dari Uni Soviet, untuk pertama kalinya mentransfer kekuasaan secara damai sejak merdeka pada 1991. Pasalnya, dua presiden sebelumnya dilengserkan oleh kerusuhan.
Baca Juga
Tidak seperti negara-negara Asia Tengah lainnya yang dijalankan oleh pemimpin otoriter, Kyrgyzstan merupakan negara demokrasi.
Presiden dibatasi masa jabatannya, yakni selama enam tahun, di bawah sebuah konstitusi yang berlaku sejak 2010.
Namun, pilpres tersebut dibayangi oleh perselisihan mengenai tuduhan campur tangan negara tetangga, Kazakhstan.
Presiden Atambayev memicu kemarahan pemimpin Kazakhstan dengan mengatakan bahwa Babanov, yang berbisnis di sana, merupakan pilihan Kazakhstan untuk menjadi presiden. Namun, Babanov membantah bahwa ia telah didukung oleh negara yang beribu kota di Astana tersebut.
Sebagai respons atas tuduhan itu, Kazakhstan memperketat pemeriksaan bea cukai di perbatasan kedua negara. Hal itu memicu timbulnya antrean panjang.