Sukses

Pasukan Demokratik Suriah Klaim Rebut Ibu Kota ISIS

Raqqa menjadi perhatian utama pasukan koalisi pimpinan AS menyusul keberhasilan mereka mengusir ISIS dari Mosul pada Juli 2017.

Liputan6.com, Raqqa - Pasukan yang didukung Amerika Serikat di Suriah mengklaim bahwa saat ini mereka telah merebut kontrol atas Raqqa, wilayah yang dijuluki ibu kota ISIS. Meski demikian, sejumlah kecil anggota ISIS masih tersisa di sana.

Seperti dilansir BBC pada Selasa (17/10/2017), Pasukan Demokratik Suriah (SDF) juga mengatakan, alun-alun al-Naim, yang kerap dijadikan lokasi eksekusi oleh ISIS berhasil mereka kuasai. Pernyataan resmi terkait dengan keberhasilan merebut Raqqa akan segera mereka umumkan.

Sebelumnya diketahui sebuah konvoi pasukan lokal ISIS dan keluarga mereka telah meninggalkan Raqqa. Menurut SDF, pasukan asing ISIS tidak diizinkan untuk bergabung dengan mereka.

Sementara itu, pasukan setempat menerangkan bahwa dalam beberapa hari terakhir, lebih dari 3.000 warga sipil telah melarikan diri dari kota itu.

Raqqa merupakan salah satu kota besar pertama yang direbut ISIS pada tahun 2014. Mereka berkuasa di sana kurang lebih selama tiga tahun.

Pihak SDF menjelaskan bahwa sebuah aliansi milisi Kurdi dan Arab telah mengepung Raqqa selama hampir empat bulan. Pada Senin 16 Oktober, SDF mengatakan kepada BBC bahwa sekitar 50 anggota ISIS tetap bertahan di sekitar rumah sakit dan stadion.

Pembebasan Raqqa akan dilihat sebagai pukulan lain bagi ISIS yang terus mengalami kemunduran di Suriah dan Irak selama dua tahun terakhir.

Selama ini, ISIS yang menarik minat calon anggota dari seluruh dunia dengan interpretasi ekstrem hukum Islam telah menggunakan pemenggalan dan penyiksaan untuk meneror warga yang menentang peraturan mereka.

2 dari 2 halaman

Sokongan AS

Raqqa menjadi perhatian utama pasukan koalisi pimpinan AS menyusul keberhasilan mereka mengusir ISIS dari Mosul pada Juli 2017. ISIS mengklaim Raqqa merupakan ibu kota Khilafah mereka. Presiden Donald Trump telah mengizinkan pengiriman senjata ke kelompok Kurdi demi memastikan kemenangan atas ISIS di Raqqa.

Pada Mei lalu, AS telah mengumumkan akan memasok senjata dan peralatan militer ke militan Kurdi yang memerangi ISIS di. Langkah ini sebelumnya telah mendapat persetujuan Donald Trump.

Juru Bicara Pentagon kala itu, Dana W White, menyatakan bahwa Trump telah memberikan lampu hijau bagi Pentagon untuk "mempersenjatai kelompok Kurdi -- bagian dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) -- demi memastikan kemenangan" atas ISIS di Raqqa.

Kebijakan AS untuk mempersenjatai pasukan Kurdi pada awalnya dikhawatirkan akan mendapat tentangan dari Turki. Kelompok Kurdi yang tergabung dalam SDF berasal dari Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). Mereka merupakan faksi utama yang memerangi ISIS di Suriah.

Selama ini, Turki berpendapat bahwa YPG merupakan perpanjangan tangan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), kelompok yang dianggap sebagai gerakan separatis bahkan teroris oleh pemerintah. Namun, belakangan AS menjelaskan ke Turki bahwa pihaknya akan mengambil kembali senjata yang dipasok ke YPG jika perang melawan ISIS berakhir.

Sumber di Kementerian Pertahanan Turki mengatakan bahwa Menteri Pertahanan AS Jim Mattis telah berjanji kepada mitranya, Menteri Pertahanan Turki Fikri Isik untuk memberikan daftar senjata yang diserahkan ke YPG.

Video Terkini