Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump membuat klaim baru yang mengejutkan. Ia menyatakan, kekalahan ISIS dipengaruhi kepemimpinannya.
Sebelumnya, milisi yang didukung AS di Suriah mengumumkan keberhasilan mereka dalam membebaskan Raqqa, ibu kota ISIS. Pertempuran merebut kota itu berlangsung kurang lebih empat bulan.
Di Washington, militer AS mengatakan bahwa sekitar 90 persen wilayah Raqqa berhasil diambil alih. Namun, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dikabarkan masih menghadapi serangan di kantong-kantong perlawanan.
Advertisement
"Saya mengubah aturan pertempuran. Saya mengubah total militer kita. Saya benar-benar mengubah sikap militer dan mereka telah menyelesaikan tugas yang fantastis," ujar Trump di The Chris Plante Show seperti dikutip dari Independent, Kamis (19/10/2017).
Baca Juga
"ISIS sekarang telah menyerah dan mengangkat tangan, mereka mundur. Tak pernah ada yang menyaksikan itu sebelumnya," imbuhnya.
Ketika ditanya, mengapa hal tersebut tak terjadi sebelumnya, Trump menjawab, "Karena dulu Trump bukan Presiden Anda."
Ia menambahkan, "Maksud saya, ada perbedaan besar jika Anda melihat militer saat ini."
Mengalahkan ISIS merupakan komponen kunci dari kampanye Trump pada 2016. Ia berpendapat, pendahulunya, Barack Obama, terlalu lunak terhadap kelompok teroris itu, sementara lawannya dalam pilpres, Hillary Clinton, tidak lebih baik dari dirinya.
Sebagai Presiden, dalam menghadapi ISIS, Trump telah mengalihkan kekuasaan dari Gedung Putih ke Pentagon. Ia mendelegasikan lebih banyak kewenangan untuk pejabat militer di lapangan. Meski demikian, sebagian besar strategi pemerintahannya untuk memerangi ISIS masih sama dengan yang dilakukan di era Obama.
Dukungan AS
Raqqa menjadi perhatian utama pasukan koalisi pimpinan AS menyusul keberhasilan mereka mengusir ISIS dari Mosul pada Juli 2017. ISIS mengklaim Raqqa merupakan ibu kota khilafah mereka. Presiden Donald Trump telah mengizinkan pengiriman senjata ke kelompok Kurdi demi memastikan kemenangan atas ISIS di Raqqa.
Mei lalu, AS telah mengumumkan akan memasok senjata dan peralatan militer ke militan Kurdi yang memerangi ISIS. Langkah ini sebelumnya telah mendapat persetujuan Donald Trump.
Juru Bicara Pentagon kala itu, Dana W White, menyatakan bahwa Trump telah memberikan lampu hijau bagi Pentagon untuk mempersenjatai kelompok Kurdi -- bagian dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) -- demi memastikan kemenangan atas ISIS di Raqqa.
Kebijakan AS untuk mempersenjatai pasukan Kurdi pada awalnya dikhawatirkan akan mendapat tentangan dari Turki. Kelompok Kurdi yang tergabung dalam SDF berasal dari Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). Mereka merupakan faksi utama yang memerangi ISIS di Suriah.
Selama ini, Turki berpendapat bahwa YPG merupakan perpanjangan tangan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), kelompok yang dianggap sebagai gerakan separatis bahkan teroris oleh pemerintah Ankara. Namun, belakangan AS menjelaskan ke Turki bahwa pihaknya akan mengambil kembali senjata yang dipasok ke YPG jika perang melawan ISIS berakhir.
Sumber di Kementerian Pertahanan Turki mengatakan bahwa Menteri Pertahanan AS Jim Mattis telah berjanji kepada mitranya, Menteri Pertahanan Turki Fikri Isik untuk memberikan daftar senjata yang diserahkan ke YPG.
Advertisement