Liputan6.com, New York - Tepat hari ini pada tahun 1962, badan pers Gedung Putih memanipulasi informasi tentang keberadaan Presiden John F. Kennedy.
Mereka mengatakan kepada awak media yang kala itu mencari Kennedy, menyebut bahwa sang presiden tak dapat ditemui karena sedang flu.
Baca Juga
Dikutip dari laman History.com, Jumat (20/10/2017), pada kenyataannya, Kennedy tengah mengadakan pertemuan rahasia dengan penasihat pribadi untuk memerintahkan tindakan blokade terhadap Kuba.
Advertisement
Saat itu, Kennedy berada di Seattle dan seharusnya dijadwalkan menghadiri Seattle Century 21 World’s Fair
Saat media tak melihat keberadaan Kennedy, pertanyaan pun bermunculan. Untuk itu, badan pers gedung putih memanipulasi informasi, dengan mengatakan, sang kepala negara mengalami 'infeksi saluran pernapasan bagian atas' dan terbang kembali ke Washington untuk beristirahat.
Empat hari sebelum kebohongan itu dilakukan, Kennedy telah melihat foto yang menunjukkan bahwa Uni Soviet telah membangun 40 lokasi rudal balistik di Kuba -- dengan jarak tempuh yang dilaporkan mampu menyerang AS.
Dalam pertemuannya dengan penasihat Kennedy diberikan tiga pilihan yang meliputi, bernegosiasi dengan Rusia untuk menghentikan aktivitas rudal, mengebom lokasi rudal di Kuba, atau menerapkan blokade angkatan laut di wilayah sana.
Dari tiga pilihan tersebut, Kennedy memilih untuk melakukan blokade terhadap Kuba. Baginya, mengebom lokasi rudal di Kuba bukan pilihan yang tepat.
Blokade tersebut akhirnya dimulai pada tanggal 21 Oktober 1962. Keesokan harinya, Kennedy menyampaikan sebuah pidato di hadapan publik yang menyampaikan peringatan kepada warga AS tentang bahaya dari Kuba.
Tak hanya itu, dalam pidatonya Kennedy juga meminta Perdana Menteri Soviet Nikita Khrushchev untuk menghentikan aktivitas rudal.
Pada tanggal 28 Oktober, Kennedy dan Khrushchev telah mencapai sebuah kesepakatan. Hingga akhirnya konflik tersebut dapat direda.
Rusia bersedia membongkar lokasi rudal yang ada di Kuba dan sebagai gantinya, Kennedy setuju untuk menutup lokasi rudalnya yang ada di Turki.
Di belahan bumi lain, pada tanggal yang sama tahun 2011, ternyata menjadi hari terakhir bagi diktator Muammar Khadafi. Pemimpin Libya yang telah berkuasa selama 42 tahun, 1969-2011, menemui ajalnya. Ia tewas di tangan pasukan oposisi yang disebut tentara Transisi Nasional Libya (NTC).
Sementara pada 20 Oktober 1991, gempa bumi besar berkekuatan 6,8 skala Richter mengguncang Uttarkashi, India. Menewaskan lebih dari 1.000 orang.