Liputan6.com, Islamabad - Pemimpin kelompok militan Pakistan Jamaatul-Ahrar, Omar Khalid Khorasani, tewas di Afghanistan. Menurut juru bicara kelompok tersebut, Asa Mansoor, Khorasani tewas oleh serangan drone yang diduga milik Amerika Serikat.
Ia menambahkan, sembilan militan lainnya turut tewas dalam serangan tersebut.
"Pemimpin Jamaat-ul-Ahrar Omar Khalis Khorasani yang terluka parah akibat serangan drone AS baru-baru ini di Provinsi Pakita, Afghanistan, meninggal akibat luka tersebut pada Rabu (18 Oktober 2017)," Mansoor kepada AFP melalui telepon.
Advertisement
Baca Juga
"Setidaknya sembilan militan yang dekat dengan Khorasani juga tewas dalam serangan," imbuh Mansoor.
Sebelumnya, dalam beberapa hari terakhir terdapat rumor bahwa Khorasani terluka dalam serangan drone AS di sepanjang perbatasan Pakistan - Afghanistan. Kelompok itu pun kemudian mengonfirmasi kematiannya pada Kamis 19 Oktober 2017 waktu setempat.
Kematian Khorasani terjadi setelah Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson berkunjung ke Pakistan.
Dikutip dari BBC, Jumat (20/10/2017), para analis mengatakan, Islamabad telah mendesak Washington untuk menargetkan militan yang melakukan sejumlah serangan di Pakistan dan bersembunyi di perbatasan.
Media lokal pun melaporkan adanya peningkatan serangan drone dalam beberapa minggu terakhir. Hampir 40 orang, yang sebagian besar diduga miiltan, tewas di sepanjang perbatasan [Pakistan](Pakistan-Afghanistan "")Â - Afghanistan.
Sebelumnya, Khorasani pernah terluka parah dalam serangan udara NATO di Afghanistan timur pada 2015.
Â
Sekilas tentang Jamaatul-Ahrar
Jamaatul-Ahrar merupakan faksi kelompok militan Taliban Pakistan. Kelompok tersebut merupakan dalang dari sejumlah bom di Pakistan.
Kelompok itu mengaku menjadi dalang pemboman pada Paskah 2016 di sebuah taman di Lahore yang menewaskan setidaknya 70 orang, termasuk 29 anak-anak.
Mereka juga mengaku bertanggung jawab atas serangan ke sebuah rumah sakit di Quetta yang menewaskan setidaknya 74 orang.
Jamaatul-Ahrar telah berjanji setia kepada ISIS pada 2014. Namun setahun kemudian, mereka mengatakan telah bergabung kembali dengan Taliban Pakistan yang bersekutu dengan al-Qaeda.
Advertisement