Liputan6.com, St. Petersburg - Kalau orang mengatakan ada koki (juru masak) yang membantu Presiden Donald Trump terpilih menjadi pemimpin Amerika Serikat (AS), apakah kita memercayainya?
Bagaimana kalau juru masak itu ternyata ada dalam lingkaran kekuasan Presiden Vladimir Putin dari Rusia?
Baru-baru ini, pihak penyidik Amerika Serikat menduga pria Rusia bernama Yevgeny Prigozhin adalah biang keladi di belakang kampanye berita palsu (fake news) yang membantu terpilihnya Donald Trump menjadi presiden AS.
Advertisement
Para penyidik menduga pria yang menjadi koki dan pebisnis itu juga adalah seorang penyuntik dana untuk "troll factory" Rusia, demikian dikutip dari News.com.au pada Jumat (20/10/2017).
CNN melaporkan bahwa perusahaan milik Prigozhin menggunakan media sosial untuk menyebarkan berita palsu pada masa kampanye Pilpres 2016 di AS.
Bahkan ada "Departemen Provokasi" yang ditugaskan untuk memperbesar perpecahan sosial di AS.
Akan tetapi, siapakah sosok tersebut?
Secara teknis, Prigozhin adalah seorang koki yang bekerja untuk Vladimir Putin. Sebagai koki, ia bahkan menyuguhkan kaviar dan kue cokelat jenis truffle kepada Presiden George W Bush dalam kunjungannya pada 2002.
Ia memiliki beberapa restoran eksklusif dan sukses melakukan bisnis katering dengan kontrak-kontrak besar untuk memasok makanan ke sekolah-sekolah dan pihak militer Rusia.
Prigozhin juga memiliki beberapa pabrik pengolahan pangan, tapi pria berusia 56 tahun itu diduga "memasak" hal-hal selain makanan.
Baca Juga
Ia diduga menjadi pemasok utama dana kepada perusahaan rahasia bidang teknologi di kota kelahirannya, St Petersburg. Perusahaan itu dikenal sebagai "Internet Research Agency".
Selama masa pemilu, seperti dilaporkan oleh CNN, perusahaan itu memantau media sosial dan mengutak-atik hasil temuan search engine melalui "sistem promosi otomatis".
Sejumlah dokumen mengungkapkan bahwa ia telah beroperasi selama beberapa tahun dan menggelontorkan lebih dari US$ 1 juta per bulan setidaknya sejak 2013.
"Troll factory" itu disebut-sebut mendapat tugas melakukan penelitian terhadap setiap aspek di Amerika dan isu-isu yang sedang dihadapi Negeri Paman Sam.
Sejumlah isu yang diamati adalah masalah pajak, hak-hak kaum gay, dan peraturan senjata api. Semua itu diamati agar bisa memengaruhi diskusi daring (online) dan menggiring diskusi.
Menurut jurnalis investigasi Rusia bernama Andrei Zekharov, perusahaan milik Prigozhin tersebut terdiri dari beberapa entitas legal yang berganti-ganti setiap satu atau dua tahun.
Â
Bukan Pemain Baru
Prigozhin sendiri adalah seorang sosok yang penuh warna.
Pada 2016, ia pernah mendapat sanksi AS karena memasok dukungan dana untuk keperluan pendudukan militer Rusia atas Ukraina.
Pada 1980-an, ia juga pernah mendekam dalam penjara selama sembilan tahun karena penipuan dan perampokan.
Tidak mengherankan kalau pihak AS sudah mengamatinya cukup lama.
Bahkan, dalam laporan yang dicabut kerahasiaannya pada Januari lalu, disimpulkan adanya seseorang "yang kemungkinan menjadi penyandang dana bagi troll profesional yang disebut-sebut sebagai Internet Research Agency, berkedudukan di Saint Petersburg dan menjadi sekutu dekat Putin dengan kaitan ke intelijen Rusia".
Hanya saja, laporan yang dimaksud tidak menyebutkan nama.
Belum jelas langkah lanjutan apa yang akan diambil pihak berwenang AS. Apalagi, kalau semua ini benar, maka ia seharusnya dianggap sebagai sekutu terbesar Donald Trump.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:Â
Advertisement