Liputan6.com, Jakarta Asosiasi negara-negara di Asia Tenggara, ASEAN, telah memasuki usia ke-50. Oleh sebab itu, banyak tantangan yang dihadapi oleh organisasi kawasan tersebut.
"Jika ditanya hal apa saja yang sudah diraih ASEAN selama 50 tahun, jawabannya banyak. Salah satu hal terbesar yang kami (ASEAN) capai adalah dapat mempertahankan stabilitas dan perdamaian," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi lewat video yang diputar di acara Konferensi Politik Luar Negeri (CIFP), Jakarta, Sabtu, 21 Oktober 2017.
Baca Juga
Menurut Menlu Retno, ASEAN adalah motor penggerak ekosistem perdamaian. Dan untuk memperkokohnya, integritas pun harus dijaga.
Advertisement
Selain itu, menurutnya, demi mencapai kesuksesan dalam waktu 50 tahun ke depan, ASEAN perlu bersatu, terpusat, dan tetap solid. Semuanya dapat tercapai dengan kepemimpinan bersama.
"Mari kita buat ASEAN menaklukkan dunia dengan unity, centrality dan solidarity," katanya.
Salah satu contoh persatuan yang sudah terlihat, yakni ketika negara-negara ASEAN membantu Myanmar dalam menyelesaikan krisis di Rakhine. Pada pekan lalu, bantuan kemanusiaan dari ASEAN sudah tiba di Myanmar.
Bantuan kemanusiaan dari ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre) untuk Rohingya di Negara Bagian Rakhine, telah tiba di Myanmar pada pekan lalu.
Direktur Eksekutif AHA Centre, Adelina Kamal, sudah menyerahkan bantuan itu kepada Menteri Kesejahteraan Sosial, Bantuan, dan Pemukiman Myanmar, Win Myat Aye di kantor Relief and Resettlement Department (RRD), Yangon, Myanmar.
Penyerahan bantuan turut dihadiri para duta besar negara anggota ASEAN dan pejabat yang mewakili.
Ketika menyampaikan sambutannya, Win Myat Aye memberi penghargaan dan ucapan terima kasih atas penyampaian bantuan dari AHA Centre.
Bantuan tersebut adalah gambaran dari persahabatan dan perhatian negara-negara ASEAN terhadap setiap anggotanya.
Bantuan itu terdiri dari tenda, peralatan untuk keluarga, perlengkapan kebersihan pribadi, peralatan dapur, generator listrik, peralatan listrik, perahu aluminium bermesin, dan peralatan pencahayaan yang dilengkapi generator.
Pengisi Konferensi
CIFP 2017 yang diselenggarakan dalam rangka hari jadi ASEAN ke-50 tahun dibuka dengan kumandang lagu kebangsaan RI, "Indonesia Raya". Disusul dengan nyanyian "ASEAN Way", sebagai pertanda semangat masyarakat di kawasan Asia Tenggara yang kini tengah tumbuh menjadi wilayah dengan perekonomian kuat.
CIFP 2017 ini dijadwalkan menghadirkan 80 pembicara yang merupakan figur ternama dari dalam dan luar negeri.
Masing-masing akan berbicara dalam 18 sesi terpisah, yang akan membahas sejumlah isu, meliputi globalisasi, sentralitas ASEAN, poros maritim, Laut China Selatan, Rohingya, Korea Utara, konflik Marawi, ISIS, perdagangan bebas, One Belt-One Road China, dan lain-lain.
Pembicara yang dijadwalkan mengisi segmen dalam konferensi tersebut, di antaranya Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, Deputi Kedaulatan Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman RI Arif Havas Oegroseno, dan Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu RI Jose Tavares.
Pengamat, analis, dan cendekiawan Tanah Air juga turut ambil bagian dalam perhelatan itu. Beberapa di antaranya Hasjim Djalal, Andi Wijayanto, Endy Bayuni, Evi Fitriani, Rene Pattirajawane, dan lain-lain.
Advertisement