Sukses

Kemlu AS: Insiden Panglima TNI Ditolak Masuk Sudah Selesai

Jubir Kemlu AS Heather Nauert menggarisbawahi bahwa bukan pihaknya yang mengeluarkan keputusan penolakan terhadap Panglima TNI.

Liputan6.com, Washington, DC - Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pada Selasa siang waktu setempat menegaskan bahwa masalah ditolaknya Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo masuk ke AS akhir pekan lalu sudah selesai. Namun mereka menggarisbawahi bahwa Kementerian Luar Negeri tidak tahu menahu alasan penolakan tersebut.

"Berdasarkan apa yang saya pahami dan saya diberitahu bahwa semua masalah sudah selesai. Kedutaan Besar AS di Jakarta telah membahas isu ini dengan Menteri Luar Negeri (Retno Marsudi) pada 23 Oktober. Kami menyampaikan kembali penyesalan dan komitmen atas kemitraan dengan Indonesia. Ini jelas penting. AS berkomunikasi dengan pemerintah Indonesia," demikian pernyataan juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Heather Nauert di Washington DC seperti dilansir VOA Indonesia pada Rabu (25/10/2017).

Namun Nauert juga menggarisbawahi bahwa keputusan menolak Jenderal Gatot bukan berasal dari Kementerian Luar Negeri AS.

"Keputusan ini tidak dibuat oleh Kementerian Luar Negeri. Saya harus menjelaskan hal itu. Untuk hal lain, termasuk keputusan yang mereka buat sebelumnya, saya merujuk Anda ke Dinas Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan," jelasnya.

Sebelumnya, juru bicara Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika (DHS) Dave Lapan dalam pernyataan tertulis kepada VOA pada Senin waktu setempat mengatakan, Kedutaan Besar AS di Jakarta telah memberitahu Jenderal Gatot, karena protokol keamanan maka ketika ia tiba di bandara mungkin ada penundaan naik ke pesawat.

Upaya telah dilakukan oleh pihak Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS bekerja sama dengan Kedutaan Besar AS di Jakarta untuk menyelesaikan isu tersebut, sebelum orang nomor satu di militer Indonesia itu tiba, namun ia terlanjur ditolak naik ke pesawat.

Pernyataan tertulis itu lebih jauh menyatakan "perihal izin naik pesawat itu segera diselesaikan lewat koordinasi di antara kantor individu tersebut (Gatot Nurmantyo), Customs and Border Protection (Bea Cukai & Perlindungan Perbatasan), Kedutaan AS di Jakarta dan mitra-mitra lain pemerintah AS."

DHS menambahkan bahwa "penumpang itu dijadwalkan terbang dengan pesawat lain dan diizinkan terbang. Ia memilih tidak melanjutkan perjalanan."

2 dari 2 halaman

Jenderal Gatot: Saya Baru Berangkat Lagi Jika Diperintah Presiden

Ditemui di Istana Merdeka usai menghadap Presiden Joko Widodo pada Selasa 24 Oktober, Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa ia baru akan berangkat lagi ke AS atas perintah presiden.

"Saya ini tugas ke Amerika diperintah presiden sehingga merupakan perwakilan pemerintah. Begitu saya tidak bisa berangkat, saya lapor ke presiden, Menkopolhukam dan Menteri Luar Negeri. Maka saya tidak berkomentar apa pun juga, tanyakanlah kepada Menteri Luar Negeri. Kalau ditanya kapan saya berangkat lagi, nah karena saya sudah melapor maka saya hanya akan berangkat atas perintah presiden. Tanpa itu saya tidak berinisiatif apa pun juga," terang Gatot.

Lebih jauh Gatot mengatakan ia kecewa tidak jadi berangkat ke AS akhir pekan lalu karena ia bersahabat dengan Jenderal Joseph F. Dunford, Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika, yang mengundangnya untuk menghadiri konferensi pemimpin militer untuk melawan organisasi ekstremis atau "Chiefs of Defense Conference on Countering Violent Extremist Organization" (VEOs).

Acara itu diselenggarakan di Washington DC pada 23-24 Oktober.

"Kalau dikatakan saya kecewa, saya kecewa karena saya bersahabat dengan Jenderal Dunford. Kalau saya kesana, saya coffee morning di rumahnya yang asri, malamnya diajak makan malam, dimasakkan steak yang enak. Yang lebih istimewa lagi dinyanyikan lagu Bengawan Solo yang dinyanyikan prajurit-prajurit Amerika. Saya ingin ketemu mereka. Sayangnya gak kejadian," tambahnya.

 

Video Terkini